Ekspektasi orang tua dan bujet terbatas menjadi dua tantangan utama bagi pasangan Milenial dan Gen Z untuk menikah. (Sumber gambar: Samantha Gades/Unsplash)

Riset: Ekspektasi Orang Tua & Bujet Terbatas Jadi Hambatan Anak Muda Menikah

16 February 2025   |   15:30 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Ekspektasi orang tua dan bujet terbatas menjadi dua tantangan utama bagi pasangan Milenial dan Gen Z untuk menikah. Temuan ini disebutkan dalam laporan terbaru Populix bertajuk Pre and Post Wedding: Financial Planning and Management. Laporan tersebut merupakan penelitian lanjutan dari laporan serupa yang diterbitkan Populix pada Maret 2023 lalu.

Laporan tersebut memaparkan terdapat 5 tantangan utama yang dihadapi pasangan Milenial dan Gen Z yang sedang merencanakan pernikahan. Keterbatasan bujet menjadi tantangan utama sebagaimana diakui oleh 59 persen responden, diikuti dengan ekspektasi orang tua sebagaimana diungkap oleh 57 persen responden.

Selain itu, 46 persen responden mengaku mengalami kesulitan untuk mencapai kesepakatan dengan pasangannya selama proses perencanaan pernikahan, juga 46 persen dari mereka mengaku kesulitan menemukan titik temu dengan berbagai vendor pernikahan, seperti wedding organizer, katering, juga pengelola gedung. Adapun, tantangan lainnya yakni keterbatasan waktu persiapan pernikahan yang dialami oleh 38 persen calon mempelai.

Baca Juga: Mengenal Lavender Marriage, Pernikahan Tanpa Cinta yang Menyimpan Rahasia Besar

Indah Tanip, VP of Research Populix, mengungkapkan meskipun ada sedikit penurunan khususnya pada faktor keterbatasan bujet, pada dasarnya temuan ini senada dengan data yang Populix temukan dua tahun lalu.

Selain itu, tahun ini, Populix secara khusus meneliti pengalaman lebih dari 500 pasangan yang sudah menikah, yang ternyata mengamini bahwa faktor keuangan dan ekspektasi keluarga menjadi dua tekanan sosial yang paling sering dialami sebelum menikah.
 

Ilustrasi pasangan menikah. (Sumber gambar: Eugenia Pankiv/Unsplash)

Ilustrasi pasangan menikah. (Sumber gambar: Eugenia Pankiv/Unsplash)

 

Tekanan Sosial & Finansial Prapernikahan

Empat dari delapan tekanan prapernikahan yang dialami oleh pasangan yang sudah menikah yakni dipengaruhi oleh keluarga. Tekanan untuk menemukan pasangan yang sesuai dengan harapan keluarga menempati posisi pertama sebagaimana diakui oleh 37 persen responden.

Hal lainnya diikuti oleh tekanan untuk sudah mapan secara finansial sebelum menikah (35 persen), tekanan untuk segera menikah dari keluarga (33 persen), dan tekanan untuk mematuhi norma atau tradisi pernikahan keluarga yang dialami 25 persen responden.

Kemudian ada tiga faktor yang berasal dari segi finansial maupun karier. Mulai dari tekanan untuk mapan secara finansial sebelum menikah yang diungkapkan 35 persen responden, tekanan untuk mengadakan pernikahan besar dan mewah sebagaimana diakui 16 persen responden, dan tekanan untuk menyelesaikan pendidikan atau mencapai jenjang karier tertentu sebelum menikah yang dialami 12 persen responden.

Selain itu, lingkungan juga jadi pemicu tekanan bagi para calon mempelai. Sekitar 31 persen responden mengeluhkan pertanyaan terus-menerus tentang rencana pernikahan dari kerabat dan teman. Sedangkan 33 persen mengalami tekanan saat membandingkan diri dengan teman yang sudah menikah.
 

g

Ilustrasi pasangan. (Sumber gambar: Ryan Franco/Unsplash)

 

Kiat Menghadapi Tekanan Prapernikahan

Meskipun begitu, sebagian besar responden menanggapi berbagai tekanan sosial tersebut dengan berbagai respon. Membuat keputusan berdasarkan kesiapan diri sendiri menjadi respon utama sebagaimana dilakukan oleh 45 persen responden, diikuti dengan membicarakan secara terbuka dengan keluarga dan teman (36 persen).

Beberapa respon lainnya yakni mengabaikan tekanan, dan berfokus pada rencana pribadi (33 persen), menjelaskan bahwa responden akan menikah ketika siap (31 persen), dan mencari dukungan dari pasangan atau teman yang mengerti situasi (29 persen).

Termasuk, menggunakan tekanan sebagai motivasi untuk merencanakan pernikahan (26 persen), menghindari diskusi tentang pernikahan dengan orang yang sering memberi tekanan (21 persen), dan menuruti sebagian tekanan untuk menjaga hubungan baik (14 persen).

Adapun, faktor utama yang disiapkan responden saat menghadapi tekanan soaial meliputi kesiapan mental dan emosional (53 persen), kesiapan finansial yang stabil (45 persen), keyakinan pada keputusan pribadi (39 persen), dan waktu yang tepat bagi responden dan pasangan (38 persen).

Selain itu, faktor lainnya termasuk keinginan untuk merencanakan pernikahan dengan matang (38 persen), dukungan dari pasangan (35 persen), tekanan dari keluarga atau lingkungan (18 persen), prioritas karier atau pendidikan (17 persen), serta tidak merasakan tekanan khusus alias memang kesepakatan berdua (2 persen).

"Faktor utama dalam menghadapi tekanan ini adalah kesiapan mental dan emosional, yang menunjukkan bahwa kesiapan pribadi adalah kunci bagi mereka ketika mempertimbangkan pernikahan," kata Indah.

Baca Juga: 4 Tip Memilih Wedding Organizer untuk Pesta Pernikahan Idaman

Editor: M. Taufikul Basari

SEBELUMNYA

Makki Ungkap Bocoran Lagu Religi yang Bakal Dirilis Ungu pada Ramadan 2025

BERIKUTNYA

Ini Ruang-Ruang Interaktif Menarik di Pameran Imersif Taylor Swift, Gratis untuk Spotify Premium

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: