Riset Ini Ungkap Minat Investasi & Pengelolaan Keuangan Milenial dan Gen Z 2024
13 December 2023 |
16:29 WIB
Menabung dan investasi menjadi dua hal yang masih dianggap penting oleh Milenial dan Generasi Z. Laporan hasil riset Populix bertajuk Indonesia Digital Economic and Financial Outlook 2024 baru-baru ini memaparkan pandangan sekaligus rencana pengelolaan keuangan dari dua generasi tersebut.
Rupanya, ada perbedaan cara pandang dan tujuan pengelolaan keuangan dari keduanya. Bagi generasi Milenial, perencanaan keuangan mereka cenderung berpusat pada tanggung jawab untuk kebutuhan keluarga dan persiapan keuangan jangka panjang.
Baca juga: Tren Investasi yang Disenangi Investor Muda, Apa Aja Ya?
Fokus utama mereka adalah memastikan stabilitas dan kenyamanan keluarga, termasuk menjamin kesejahteraan dan masa depan yang cerah bagi anak-anak mereka. Sebaliknya, perencanaan keuangan dari Gen Z ditentukan oleh masa muda mereka dan situasi saat ini.
Fokus keuangan mereka ditujukan pada gaya hidup, hobi, dan rekreasi. Hal ini mencerminkan keinginan Gen Z untuk bersenang-senang dan mencoba pengalaman baru. Meskipun terdapat perbedaan tujuan dan aspirasi, ada benang merah atau kesamaan yang mengikat kedua generasi tersebut yakni pengakuan akan pentingnya menabung dan berinvestasi untuk jangka panjang.
Lantas, bagaimana rencana pengelolaan keuangan dan investasi dari Milenial dan Generasi Z pada 2024?
Laporan itu menyebutkan bahwa mayoritas responden akan lebih mengutamakan menabung untuk tujuan jangka panjang yang spesifik sebagaimana dipilih oleh 78 persen responden. Disusul dengan investasi untuk masa depan (58 persen), menabung untuk dana pensiun (45 persen), dan membeli rumah (45 persen).
Selain itu, sebanyak 40 persen responden juga mengatakan akan mulai mengalokasikan dana untuk memulai bisnis pada 2024. Diikuti dengan rencana membeli mobil baru (26 persen), rekreasi ke luar negeri (21 persen), dan tabungan pendidikan anak-anak (21 persen).
Dana darurat ditempatkan sebagai hal penting dibandingkan lainnya dengan pertimbangan yakni digunakan untuk situasi yang tidak terduga seperti kebutuhan mendesak keluarga atau dana saat terkena musibah atau bencana.
Prioritas kedua yang mereka pilih yakni berinvestasi, dengan menabung saham atau produk investasi lainnya dengan risiko yang relatif rendah, serta jumlahnya dapat dikelola dan tidak mengganggu rencana keuangan mereka. Setelah berinvestasi, mereka memprioritaskan dana pensiun, disusul dengan pembayaran utang dan menabung untuk membeli barang tertentu.
Di era teknologi saat ini, Milenial dan Gen Z juga menunjukkan literasi pengelolaan keuangan yang lebih baik. Mayoritas dari mereka konsisten membuat rencana anggaran keuangan sebagaimana diakui oleh 60 persen responden. Selain itu, mereka juga melakukan pencatatan pengeluaran secara teratur (54 persen), dan menggunakan aplikasi keuangan untuk mengelola pengeluaran mereka (38 persen).
Menariknya, sebagai salah satu upaya dalam mengelola keuangan, responden laki-laki lebih menunjukkan keterbukaan untuk berkonsultasi dengan ahli keuangan dibandingkan perempuan. Studi menunjukkan hampir setengah dari responden perempuan menunjukkan keraguan dalam berkonsultasi, yang didorong oleh rasa tidak percaya dengan saran yang diberikan dan biaya yang harus dikeluarkan untuk berkonsultasi.
Sementara itu, dalam hal investasi, Milenial dan Gen Z sama-sama menganggapnya sebagai jaminan terhadap keamanan finansial di masa depan. Namun, terdapat perbedaan tujuan berinvestasi antara Milenial dan Gen Z.
Secara umum, milenial lebih memahami tentang potensi dan strategi keuangan melalui investasi. Mereka mengutamakan untuk memperoleh keuntungan tinggi dengan risiko sekecil mungkin dari investasi yang dijalankan.
Sedangkan Gen Z, meskipun menunjukkan ketertarikan tinggi dalam hal investasi untuk masa depan, perilaku investasi mereka masih terhambat oleh keterbatasan anggaran dan pengetahuan tentang opsi investasi yang beragam.
Co-Founder dan CEO Populix Timothy Astandu mengatakan menjelang 2024, teknologi akan semakin memengaruhi lanskap finansial dan ekonomi digital di Indonesia. Sebagai generasi paling aktif dan melek digital, Milenial dan Gen Z akan berada di poros ekosistem ekonomi digital yang mendorong lahirnya inovasi-inovasi baru.
Pada 2024, Populix memprediksi makin banyak konsumen yang mencari investasi jangka panjang, makin banyak peningkatan integrasi teknologi ke layanan keuangan, dan pergerakan positif dalam hal inklusi keuangan.
"Hal ini tentu membawa peluang dan tantangan bagi pelaku bisnis, institusi keuangan, dan pemerintah, sehingga riset dan data menjadi semakin penting untuk mengambil keputusan yang tepat," kata Timothy.
Hampir senada, Esther Sri Astuti selaku Direktur Program INDEF menuturkan pada 2024, ekonomi digital diproyeksikan akan terus bertumbuh secara positif bahkan mencapai dua kali lipat pada 2025. Prospek ekonomi digital, ucapnya, sangat besar didorong oleh pergeseran perilaku dari Milenial dan Gen Z sebagai kelompok konsumen terbesar.
"Oleh karena itu, butuh peran dari industri finansial, baik dari sektor banking maupun non-banking, untuk mendukung pemerataan ekonomi digital, serta regulasi yang kuat dari pemerintah untuk melindungi data pengguna dan keamanan pengguna dari serangan siber," ujarnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Rupanya, ada perbedaan cara pandang dan tujuan pengelolaan keuangan dari keduanya. Bagi generasi Milenial, perencanaan keuangan mereka cenderung berpusat pada tanggung jawab untuk kebutuhan keluarga dan persiapan keuangan jangka panjang.
Baca juga: Tren Investasi yang Disenangi Investor Muda, Apa Aja Ya?
Fokus utama mereka adalah memastikan stabilitas dan kenyamanan keluarga, termasuk menjamin kesejahteraan dan masa depan yang cerah bagi anak-anak mereka. Sebaliknya, perencanaan keuangan dari Gen Z ditentukan oleh masa muda mereka dan situasi saat ini.
Fokus keuangan mereka ditujukan pada gaya hidup, hobi, dan rekreasi. Hal ini mencerminkan keinginan Gen Z untuk bersenang-senang dan mencoba pengalaman baru. Meskipun terdapat perbedaan tujuan dan aspirasi, ada benang merah atau kesamaan yang mengikat kedua generasi tersebut yakni pengakuan akan pentingnya menabung dan berinvestasi untuk jangka panjang.
Lantas, bagaimana rencana pengelolaan keuangan dan investasi dari Milenial dan Generasi Z pada 2024?
Laporan itu menyebutkan bahwa mayoritas responden akan lebih mengutamakan menabung untuk tujuan jangka panjang yang spesifik sebagaimana dipilih oleh 78 persen responden. Disusul dengan investasi untuk masa depan (58 persen), menabung untuk dana pensiun (45 persen), dan membeli rumah (45 persen).
Selain itu, sebanyak 40 persen responden juga mengatakan akan mulai mengalokasikan dana untuk memulai bisnis pada 2024. Diikuti dengan rencana membeli mobil baru (26 persen), rekreasi ke luar negeri (21 persen), dan tabungan pendidikan anak-anak (21 persen).
Ada perbedaan pandangan dan minat dalam hal investasi dan pengelolaan keuangan di kalangan Milenial dan Gen Z. (Sumber gambar: Karolina Grabowska/Pexels)
Prioritas Keuangan
Hasil riset itu juga menyebutkan bahwa Milenial dan Gen Z memiliki prioritas keuangan yang tergolong unik. Alih-alih menempatkan pelunasan beban utang sebagai prioritas utama pengelolaan keuangan, mereka justru menempatkan dana darurat sebagai fokus utama.Dana darurat ditempatkan sebagai hal penting dibandingkan lainnya dengan pertimbangan yakni digunakan untuk situasi yang tidak terduga seperti kebutuhan mendesak keluarga atau dana saat terkena musibah atau bencana.
Prioritas kedua yang mereka pilih yakni berinvestasi, dengan menabung saham atau produk investasi lainnya dengan risiko yang relatif rendah, serta jumlahnya dapat dikelola dan tidak mengganggu rencana keuangan mereka. Setelah berinvestasi, mereka memprioritaskan dana pensiun, disusul dengan pembayaran utang dan menabung untuk membeli barang tertentu.
Cara Mengelola Keuangan
Di era teknologi saat ini, Milenial dan Gen Z juga menunjukkan literasi pengelolaan keuangan yang lebih baik. Mayoritas dari mereka konsisten membuat rencana anggaran keuangan sebagaimana diakui oleh 60 persen responden. Selain itu, mereka juga melakukan pencatatan pengeluaran secara teratur (54 persen), dan menggunakan aplikasi keuangan untuk mengelola pengeluaran mereka (38 persen).Menariknya, sebagai salah satu upaya dalam mengelola keuangan, responden laki-laki lebih menunjukkan keterbukaan untuk berkonsultasi dengan ahli keuangan dibandingkan perempuan. Studi menunjukkan hampir setengah dari responden perempuan menunjukkan keraguan dalam berkonsultasi, yang didorong oleh rasa tidak percaya dengan saran yang diberikan dan biaya yang harus dikeluarkan untuk berkonsultasi.
Sementara itu, dalam hal investasi, Milenial dan Gen Z sama-sama menganggapnya sebagai jaminan terhadap keamanan finansial di masa depan. Namun, terdapat perbedaan tujuan berinvestasi antara Milenial dan Gen Z.
Secara umum, milenial lebih memahami tentang potensi dan strategi keuangan melalui investasi. Mereka mengutamakan untuk memperoleh keuntungan tinggi dengan risiko sekecil mungkin dari investasi yang dijalankan.
Sedangkan Gen Z, meskipun menunjukkan ketertarikan tinggi dalam hal investasi untuk masa depan, perilaku investasi mereka masih terhambat oleh keterbatasan anggaran dan pengetahuan tentang opsi investasi yang beragam.
Co-Founder dan CEO Populix Timothy Astandu mengatakan menjelang 2024, teknologi akan semakin memengaruhi lanskap finansial dan ekonomi digital di Indonesia. Sebagai generasi paling aktif dan melek digital, Milenial dan Gen Z akan berada di poros ekosistem ekonomi digital yang mendorong lahirnya inovasi-inovasi baru.
Pada 2024, Populix memprediksi makin banyak konsumen yang mencari investasi jangka panjang, makin banyak peningkatan integrasi teknologi ke layanan keuangan, dan pergerakan positif dalam hal inklusi keuangan.
"Hal ini tentu membawa peluang dan tantangan bagi pelaku bisnis, institusi keuangan, dan pemerintah, sehingga riset dan data menjadi semakin penting untuk mengambil keputusan yang tepat," kata Timothy.
Hampir senada, Esther Sri Astuti selaku Direktur Program INDEF menuturkan pada 2024, ekonomi digital diproyeksikan akan terus bertumbuh secara positif bahkan mencapai dua kali lipat pada 2025. Prospek ekonomi digital, ucapnya, sangat besar didorong oleh pergeseran perilaku dari Milenial dan Gen Z sebagai kelompok konsumen terbesar.
"Oleh karena itu, butuh peran dari industri finansial, baik dari sektor banking maupun non-banking, untuk mendukung pemerataan ekonomi digital, serta regulasi yang kuat dari pemerintah untuk melindungi data pengguna dan keamanan pengguna dari serangan siber," ujarnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.