Usung Tajuk Fragmen, Agus Suwage Gelar Pameran Tunggal di Nadi Gallery
15 February 2025 |
16:00 WIB
Nadi Gallery kembali menggelar pameran tunggal dari seniman senior Agus Suwage, mempersembahkan karya-karya terbaru dalam sebuah eksplorasi artistik yang mendalam. Pameran bertajuk Fragmen ini menjadi pameran tunggal ke-9 bagi perupa asal Purworejo tersebut di salah satu galeri seni kontemporer di Jakarta.
Melalui pameran ini, Agus Suwage kembali menegaskan posisi dan kontribusinya dalam dunia seni rupa Indonesia, menampilkan karya-karya yang kaya akan refleksi pribadi serta kritik sosial yang menjadi ciri khasnya.
Pembukaan pameran diawali dengan penampilan Agus Suwage yang membawakan intro sebuah lagu dengan gitar. Tak heran, selain dikenal sebagai perupa andal, Agus juga mahir bermain musik. Momen ini pun menjadi salah satu adegan dalam filmnya yang akan datang.
Ihwal dihelatnya pameran ini memang menjadi bagian pembuatan film dokumenter yang membedah hubungan antara Agus Suwage, dan Biantoro Santoso, owner Nadi Gallery. Seteleng ini terbuka untuk umum pada 13 Februari sampai 13 Maret 2025.
Baca juga: ARTJOG 2024 Tampilkan Karya Komisi Agus Suwage dan Titarubi Bertajuk Suara Keheningan
Biantoro Santoso mengatakan, ide awal dari pameran ini adalah ingin menelisik hubungan antara dia dan Agus Suwage yang tak hanya sebatas profesional. Lebih dari itu, pembuatan film ini juga ingin mengungkai hal-hal lain di lingkar pertemanan.
Selain itu, pembuatan film ini dilakukan juga untuk menyambut usia galerinya yang memasuki seperempat abad pada 2025. Dia berharap pameran ini juga dapat semakin mempererat hubungan antara galeri dan seniman lain di Indonesia di ranah kesenian.
"Ini jadi pameran tunggal kesembilan antara Nadi dengan Agus. Meski tidak semuanya dihelat di Nadi Gallery, melainkan juga Galeri Nasional, Singapura, dan China," katanya saat membuka pameran pada Kamis, (13/2/25) malam.
Selaras, Agus Suwage mengaku juga cukup kaget saat diajak Bian untuk kembali berpameran tunggal. Pasalnya, dia mengaku belum banyak karya yang dipersiapakan, yang ada di studionya, Yogyakarta. Dari sinilah dia menggeber sejumlah lukisan untuk dipacak di ruang pamer.
Pada awalnya, Agus mengira karya-karya yang dipersiapkan hanya untuk ilustrasi film yang diambil dari katalog. Namun, setelah bertemu dengan Bian, nyatanya ini adalah pameran yang dipersiapkan dengan serius. Dari sinilah di kemudian mulai intens menggarap karya.
"Saya tidak punya karya baru dalam waktu yang sempit sekali, tapi ada beberapa karya tertinggal yang ada di studio yang kemudian dicocok-cocokan dengan tema pameran ini," katanya.
Secara umum, pameran ini memacak kurang lebih belasan karya Agus Suwage yang dikerjakan pada rentang periode 2010-2025. Karya terlama yang dipacak merupakan sebuah instalasi bertajuk Asu Celeng (porcelain and oven stove, 2010+2025) yang menampilkan guci berbentuk kepala di dalam oven.
Sementara itu, karya terbarunya terdiri dari 2 lukisan bertajuk I Lick Therefore I am dan Perjalanan ke Timur. Kedua karya ini mengimak gambar sisi negatif gambar tengkorak, dan perahu yang melaju di sebuah sungai. Di atasnya bersedekap sosok tanpa wajah dengan percikan api dan emas.
Kurator pameran Fragmen, Wahyudin mengatakan dalam pengkaaryaannya, Agus Suwage kerap melakukan apropriasi dari karya seniman atau musisi dunia. Tak jarang Agus juga mengapropriasi karya-karya lamanya dengan sentuhan baru sehingga menimbulkan asosiasi yang berbeda.
Karya Perjalanan ke Timur misalnya, sepintas mirip judul novel Hermann Hesse. Karya bertitimangsa 2025 itu juga bentuk apropriasi ulang lukisan bertajuk The Rain Song, yang dilukis sang seniman pada 2024. Tajuk lukisan tersebut diambil dari salah satu lagu dari Led Zeppelin.
"Pada hemat saya, gambar itu berhasil menggambarkan polok soal novel alegoris tentang pengembaraan 'aku' mencari kebenaran tertinggi," katanya.
Agus Suwage adalah perupa kontemporer ang dikenal dengan karya-karya kritik sosialnya yang tajam. Lahir pada 1959 di Purworejo, Jawa Tengah, Agus kerap menggabungkan berbagai medium dalam karyanya, termasuk lukisan, instalasi, dan patung.
Karya-karya Agus Suwage sering mengeksplorasi tema identitas, politik, agama, dan budaya populer, dengan sentuhan ironi dan humor. Agus kerap menggunakan potret diri dalam karyanya sebagai sarana refleksi dan kritik terhadap kondisi sosial di Indonesia maupun dunia.
Baca juga: Menerka Gagasan Identitas Diri dalam Pameran Ziggurat Agus Suwage
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Melalui pameran ini, Agus Suwage kembali menegaskan posisi dan kontribusinya dalam dunia seni rupa Indonesia, menampilkan karya-karya yang kaya akan refleksi pribadi serta kritik sosial yang menjadi ciri khasnya.
Pembukaan pameran diawali dengan penampilan Agus Suwage yang membawakan intro sebuah lagu dengan gitar. Tak heran, selain dikenal sebagai perupa andal, Agus juga mahir bermain musik. Momen ini pun menjadi salah satu adegan dalam filmnya yang akan datang.
Ihwal dihelatnya pameran ini memang menjadi bagian pembuatan film dokumenter yang membedah hubungan antara Agus Suwage, dan Biantoro Santoso, owner Nadi Gallery. Seteleng ini terbuka untuk umum pada 13 Februari sampai 13 Maret 2025.
Baca juga: ARTJOG 2024 Tampilkan Karya Komisi Agus Suwage dan Titarubi Bertajuk Suara Keheningan
Biantoro Santoso mengatakan, ide awal dari pameran ini adalah ingin menelisik hubungan antara dia dan Agus Suwage yang tak hanya sebatas profesional. Lebih dari itu, pembuatan film ini juga ingin mengungkai hal-hal lain di lingkar pertemanan.
Selain itu, pembuatan film ini dilakukan juga untuk menyambut usia galerinya yang memasuki seperempat abad pada 2025. Dia berharap pameran ini juga dapat semakin mempererat hubungan antara galeri dan seniman lain di Indonesia di ranah kesenian.
"Ini jadi pameran tunggal kesembilan antara Nadi dengan Agus. Meski tidak semuanya dihelat di Nadi Gallery, melainkan juga Galeri Nasional, Singapura, dan China," katanya saat membuka pameran pada Kamis, (13/2/25) malam.
Seniman Agus Suwage bermain gitar saat pembukaan pameran Fragmen di Nadi Gallery Jakarta, pada Kamis (13/2/2025) malam. (sumber gambar: Hypeabis.id/Nadhif Alwan)
Selaras, Agus Suwage mengaku juga cukup kaget saat diajak Bian untuk kembali berpameran tunggal. Pasalnya, dia mengaku belum banyak karya yang dipersiapakan, yang ada di studionya, Yogyakarta. Dari sinilah dia menggeber sejumlah lukisan untuk dipacak di ruang pamer.
Pada awalnya, Agus mengira karya-karya yang dipersiapkan hanya untuk ilustrasi film yang diambil dari katalog. Namun, setelah bertemu dengan Bian, nyatanya ini adalah pameran yang dipersiapkan dengan serius. Dari sinilah di kemudian mulai intens menggarap karya.
"Saya tidak punya karya baru dalam waktu yang sempit sekali, tapi ada beberapa karya tertinggal yang ada di studio yang kemudian dicocok-cocokan dengan tema pameran ini," katanya.
Secara umum, pameran ini memacak kurang lebih belasan karya Agus Suwage yang dikerjakan pada rentang periode 2010-2025. Karya terlama yang dipacak merupakan sebuah instalasi bertajuk Asu Celeng (porcelain and oven stove, 2010+2025) yang menampilkan guci berbentuk kepala di dalam oven.
Sementara itu, karya terbarunya terdiri dari 2 lukisan bertajuk I Lick Therefore I am dan Perjalanan ke Timur. Kedua karya ini mengimak gambar sisi negatif gambar tengkorak, dan perahu yang melaju di sebuah sungai. Di atasnya bersedekap sosok tanpa wajah dengan percikan api dan emas.
Sejumlah pengunjung menikmati pameran Fragmen di Nadi Gallery Jakarta, pada Kamis (13/2/2025) malam. (sumber gambar: Hypeabis.id/Nadhif Alwan)
Karya Perjalanan ke Timur misalnya, sepintas mirip judul novel Hermann Hesse. Karya bertitimangsa 2025 itu juga bentuk apropriasi ulang lukisan bertajuk The Rain Song, yang dilukis sang seniman pada 2024. Tajuk lukisan tersebut diambil dari salah satu lagu dari Led Zeppelin.
"Pada hemat saya, gambar itu berhasil menggambarkan polok soal novel alegoris tentang pengembaraan 'aku' mencari kebenaran tertinggi," katanya.
Agus Suwage adalah perupa kontemporer ang dikenal dengan karya-karya kritik sosialnya yang tajam. Lahir pada 1959 di Purworejo, Jawa Tengah, Agus kerap menggabungkan berbagai medium dalam karyanya, termasuk lukisan, instalasi, dan patung.
Karya-karya Agus Suwage sering mengeksplorasi tema identitas, politik, agama, dan budaya populer, dengan sentuhan ironi dan humor. Agus kerap menggunakan potret diri dalam karyanya sebagai sarana refleksi dan kritik terhadap kondisi sosial di Indonesia maupun dunia.
Baca juga: Menerka Gagasan Identitas Diri dalam Pameran Ziggurat Agus Suwage
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.