Menerka Gagasan Identitas Diri dalam Pameran Ziggurat Agus Suwage
18 May 2024 |
20:27 WIB
1
Like
Like
Like
Seniman kontemporer Agus Suwage kembali menggelar pameran tunggal yang menawarkan gagasan tentang identitas dengan sudut pandang yang unik. Mengambil tajuk Ziggurat, perupa asal Purworejo itu memacak delapan karya terbarunya pada 18 Mei hingga 23 Juni 2024 di Galeri ROH Project, Jakarta.
Ziggurat adalah bagian dari program dwipameran tunggal yang sedang digagas oleh ROH Project. Di galeri yang terletak di Menteng tersebut, secara bersamaan, memacak dua seniman untuk mempresentasikan pameran tunggalnya.
Baca juga: Suka Karya Seni? Yuk Cek Agenda Pameran Seni Mei 2024 di Jakarta
Selain Agus Suwage, ROH Project juga menggandeng seniman muda Nadya Jiwa dalam pameran tunggal dengan mengambil tajuk Sadar. Dwipameran tunggal pun jadi ruang presentasi artistik menarik untuk melihat dua seniman lintas generasi ini.
Di Ziggurat, Agus Suwage kembali menggabungkan elemen sindiran, ilustrasi kekerasan, dan aprosiasi untuk berbicara tentang perspektifnya sendiri. Utamanya pada pengamatannya yang cerdik soal keadaan masyarakat sekitar.
Ketika memasuki Galeri Orange, satu instalasi gigantik dari Agus langsung memantik sorotan. Berjudul Monumen Ego, instalasi patung monolitik itu tersusun dengan megah, tingginya mencapai 5,5 meter.
Agus membangun Monumen Ego dengan konstruksi struktur persegi panjang berbahan panel seng, bahan yang juga sudah sering muncul di karya-karyanya sebelumnya. Instalasi ini dibangun melebar di bagian bawahnya dan makin mengerucut di bagian atas.
Di bagian atapnya itu, terdapat lelehan berwarna emas yang tampak mengalir ke bawah. Satu lampu neon juga menempel di sisi depan, menjadi kombinasi yang apik berbadu dengan pigmen emas tersebut.
Sekilas, instalasi ini tampak bersifat kolosal dan kokoh. Namun, ketika didekati, struktur seng itu sebenarnya sangat tipis. Di beberapa bagiannya, terdapat karat yang seolah menyimbolkan kesementaraan.
“Bentuknya ini memang seperti sebuah monumental. Karya ini adalah perenungan saya tentang egoisme,” ujar Agus saat ditemui di Galeri Roh, Jakarta, Sabtu (18/5/2024).
Karya-karya Agus memang kerap merujuk pada sejarah seni, filsafat, agama, musik, dan politik. Sang perupa dalam Monumen Ego pun kembali mengais amatan-amatannya tersebut pada topik-topik kesukaannya.
Itu pula yang kemudian nama pameran tunggalnya disebut Ziggurat. Zigurat berasal dari kata zagaru yang berarti bangunan tinggi, seperti gunung, yang adalah menara bertingkat dengan bagian puncaknya makin mengecil, mirip piramida berundak.
Ziggurat juga adalah salah satu bangunan peninggalan yang paling terkenal dari peradaban Mesopotamia (Sumeria). Hal yang tampak monumental, tetapi kemudian diinterpretasikan ulang dalam bayangan kesementaraan.
Di hadapan Monumen Ego, terdapat seri lukisan bertajuk Studi Monumen Ego. Seri lukisan berjumlah 12 itu berdimensi lebih kecil tentunya, 76 cm x 56 cm. Seluruhnya ditempel berjejer dalam format 3 vertikal dan 4 mendatar.
Dalam lukisan seri itu, seluruhnya menggambarkan monumen berbentuk segitiga yang bertingkat. Agus memainkan palet warna yang beragam, dari hitam, putih, abu, hijau, hingga cokelat,
Jika diperhatikan, pada beberapa bagian seri lukisan itu, terdapat figur yang muncul. Figur itu kerap kali memandang monumen segitiga itu dari jarak dekat, yang lain bahkan digambarkan seolah menyatu dan hanya tersisa sedikit bagian tubuhnya saja.
Seri lukisan itu tampak menggambarkan proses lain yang juga reflektif, sebelum akhirnya Monumen Ego terbentuk. Lapis demi lapis perjalanan itu menyeruak di setiap seri lukisan yang dihadirkan.
Lain dari itu, Agus juga memacak karya berjudul Frida. Lukisan itu berdimensi 114 cm x 85 cm dengan dominasi palet emas yang kembali muncul. Lukisan ini menggambarkan potret diri Frida Kahlo yang masyhur.
Namun, ada yang berbeda dari yang lain, warna emas di lukisan ini memang semacam lebih mengarah ke sephia. Palet warna emas itu rupanya juga diperoleh Agus dengan cara unik.
Dia menggunakan tobacco juice atau air tembakau untuk menghasilkan warna kuning yang seperti emas itu. Pewarna itu kemudian ditaruh di media kertas dan menghasilkan artistik yang berbeda.
Sementara itu, Founder ROH Jun Tirtadji mengatakan Agus Suwage adalah seniman yang kerap kali bekerja melalui berbagai mrfia untuk menyelidiki banyak gagasan tentang identitas secara unik. Itu pun kini terjadi di pameran ini.
Baca juga: Komunitas Perempuan Perupa Empu Gampingan Pamer Karya di Galeri Nasional
Simbol-simbolnya kerap sering kali membingkai kompleksitas keberadaan manusia, dari tentang kecerahan maupun kegelapan. Melalui pameran ini, kata Jun, Agus Suwage kembali menerka aneka pertimbangan hidup, tak terkecuali perihal eksistensi.
Editor: Fajar Sidik
Ziggurat adalah bagian dari program dwipameran tunggal yang sedang digagas oleh ROH Project. Di galeri yang terletak di Menteng tersebut, secara bersamaan, memacak dua seniman untuk mempresentasikan pameran tunggalnya.
Baca juga: Suka Karya Seni? Yuk Cek Agenda Pameran Seni Mei 2024 di Jakarta
Selain Agus Suwage, ROH Project juga menggandeng seniman muda Nadya Jiwa dalam pameran tunggal dengan mengambil tajuk Sadar. Dwipameran tunggal pun jadi ruang presentasi artistik menarik untuk melihat dua seniman lintas generasi ini.
Di Ziggurat, Agus Suwage kembali menggabungkan elemen sindiran, ilustrasi kekerasan, dan aprosiasi untuk berbicara tentang perspektifnya sendiri. Utamanya pada pengamatannya yang cerdik soal keadaan masyarakat sekitar.
Ketika memasuki Galeri Orange, satu instalasi gigantik dari Agus langsung memantik sorotan. Berjudul Monumen Ego, instalasi patung monolitik itu tersusun dengan megah, tingginya mencapai 5,5 meter.
JIBI/Bisnis/Fanny Kusumawardhani PAMERAN ZIGGURAT DAN SADAR Pengunjung melihat karya seniman Agus Suwage di Galeri ROH, Jakarta, Sabtu (18/5/2024). Dwipameran tunggal karya senima Nadya Jiwa bertajuk Sadar dan Seniman Agus Suwage bertajuk Ziggurat tersebut berlangsung mulai 22 Mei hingga 23 Juni 2024.
Agus membangun Monumen Ego dengan konstruksi struktur persegi panjang berbahan panel seng, bahan yang juga sudah sering muncul di karya-karyanya sebelumnya. Instalasi ini dibangun melebar di bagian bawahnya dan makin mengerucut di bagian atas.
Di bagian atapnya itu, terdapat lelehan berwarna emas yang tampak mengalir ke bawah. Satu lampu neon juga menempel di sisi depan, menjadi kombinasi yang apik berbadu dengan pigmen emas tersebut.
Sekilas, instalasi ini tampak bersifat kolosal dan kokoh. Namun, ketika didekati, struktur seng itu sebenarnya sangat tipis. Di beberapa bagiannya, terdapat karat yang seolah menyimbolkan kesementaraan.
“Bentuknya ini memang seperti sebuah monumental. Karya ini adalah perenungan saya tentang egoisme,” ujar Agus saat ditemui di Galeri Roh, Jakarta, Sabtu (18/5/2024).
Karya-karya Agus memang kerap merujuk pada sejarah seni, filsafat, agama, musik, dan politik. Sang perupa dalam Monumen Ego pun kembali mengais amatan-amatannya tersebut pada topik-topik kesukaannya.
Itu pula yang kemudian nama pameran tunggalnya disebut Ziggurat. Zigurat berasal dari kata zagaru yang berarti bangunan tinggi, seperti gunung, yang adalah menara bertingkat dengan bagian puncaknya makin mengecil, mirip piramida berundak.
Ziggurat juga adalah salah satu bangunan peninggalan yang paling terkenal dari peradaban Mesopotamia (Sumeria). Hal yang tampak monumental, tetapi kemudian diinterpretasikan ulang dalam bayangan kesementaraan.
seri lukisan bertajuk Studi Monumen Ego (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)
Di hadapan Monumen Ego, terdapat seri lukisan bertajuk Studi Monumen Ego. Seri lukisan berjumlah 12 itu berdimensi lebih kecil tentunya, 76 cm x 56 cm. Seluruhnya ditempel berjejer dalam format 3 vertikal dan 4 mendatar.
Dalam lukisan seri itu, seluruhnya menggambarkan monumen berbentuk segitiga yang bertingkat. Agus memainkan palet warna yang beragam, dari hitam, putih, abu, hijau, hingga cokelat,
Jika diperhatikan, pada beberapa bagian seri lukisan itu, terdapat figur yang muncul. Figur itu kerap kali memandang monumen segitiga itu dari jarak dekat, yang lain bahkan digambarkan seolah menyatu dan hanya tersisa sedikit bagian tubuhnya saja.
Seri lukisan itu tampak menggambarkan proses lain yang juga reflektif, sebelum akhirnya Monumen Ego terbentuk. Lapis demi lapis perjalanan itu menyeruak di setiap seri lukisan yang dihadirkan.
Frida (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)
Lain dari itu, Agus juga memacak karya berjudul Frida. Lukisan itu berdimensi 114 cm x 85 cm dengan dominasi palet emas yang kembali muncul. Lukisan ini menggambarkan potret diri Frida Kahlo yang masyhur.
Namun, ada yang berbeda dari yang lain, warna emas di lukisan ini memang semacam lebih mengarah ke sephia. Palet warna emas itu rupanya juga diperoleh Agus dengan cara unik.
Dia menggunakan tobacco juice atau air tembakau untuk menghasilkan warna kuning yang seperti emas itu. Pewarna itu kemudian ditaruh di media kertas dan menghasilkan artistik yang berbeda.
Sementara itu, Founder ROH Jun Tirtadji mengatakan Agus Suwage adalah seniman yang kerap kali bekerja melalui berbagai mrfia untuk menyelidiki banyak gagasan tentang identitas secara unik. Itu pun kini terjadi di pameran ini.
Baca juga: Komunitas Perempuan Perupa Empu Gampingan Pamer Karya di Galeri Nasional
Simbol-simbolnya kerap sering kali membingkai kompleksitas keberadaan manusia, dari tentang kecerahan maupun kegelapan. Melalui pameran ini, kata Jun, Agus Suwage kembali menerka aneka pertimbangan hidup, tak terkecuali perihal eksistensi.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.