Menggali Data & Narasi Gunung Padang yang Sesungguhnya
12 February 2025 |
16:35 WIB
Situs Gunung Padang kembali menjadi sorotan setelah Kementerian Kebudayaan berniat melanjutkan riset dan penelitian lebih dalam di tempat tersebut. Dalam satu dekade terakhir, sejumlah ahli memang masih berbeda pendapat terkait bentuk, usia, temuan, maupun lapisan budayanya.
Situs Gunung Padang terletak di Cianjur, Jawa Barat. Lokasinya berjarak 45 km dari kota Cianjur, sekitar 110 km dari kota Bandung, dan sekitar 165 km dari kota Jakarta. Untuk menuju ke sana, Genhype perlu melakukan perjalanan dengan jalur yang naik-turun, terkadang berlubang dan berbatu.
Baca juga: Ada Efisiensi, Penelitian Gunung Padang Akan Pakai Skema Public Private Partnership
Gunung Padang sebenarnya bukan objek sejarah baru. Laporan pertama mengenai keberadaan situs ini pertama kali dimuat pada Rapporten van de Oudheidkundige Dienst pada 1914.
Sejarawan Belanda, N.J.Krom juga telah menyinggungnya pada 1949 agar diteliti oleh para arkeolog. Arkian, pada 1979, penduduk setempat juga sempat melaporkan keberadaan tumpukan yang mengarah ke Gunung Gede, itu pada instansi terkait.
Penelitian cukup intensif kembali dilakukan pada medio 2011-an. Penelitian ini dilakukan oleh Tim Riset Terpadu Mandiri (TTRM) yang kemudian mengangkat namanya ke panggung internasional. Sejak saat itu, situs ini mulai mendapat sorotan, selain juga karena sejumlah kontroversi yang muncul.
Ahli geologi dari BRIN Danny Hilman Natawidjaja mengatakan dalam satu dekade terakhir, situs Gunung Padang memang seolah lebih sering diselimuti oleh kontroversi. Mulai dari perdebatan apakah situs ini berbentuk piramida atau berundak.
Kemudian, ada pula isu yang menyebut tersimpan koin purba hingga emas 2 ton di bawah Gunung Padang. Hilman menyebut semua itu adalah omong kosong dan sudah seharusnya diskusi yang berkembang di publik tak menyoroti itu.
Menurutnya, kontroversi yang sebenar-benarnya dari situs Gunung Padang adalah soal usianya. Sebab, itulah yang membuat Gunung Padang disorot tidak hanya di Indonesia, tetapi juga dunia.
Danny mengatakan sejauh ini peneliti Indonesia tidak berbeda pendapat soal lapisan atas atau punden berundak di situs Gunung Padang. Namun, silang pendapat muncul ketika mulai membicarakan lapisan bawahnya.
Dalam penelitiannya bertajuk Geo-Archaeological Prospecting of Gunung Padang Buried Prehistoric Pyramid in West Java, Danny mengemukakan bahwa situs Gunung Padang memiliki tiga lapisan budaya. Masing-masing memiliki umur yang berbeda.
Unit 1 adalah situs punden berundan yang saat ini terlihat di bagian paling atas. Danny menyebut umur bangunan dan kebudayaan di unit 1 berada di sekitar 3.000 sampai 4.000 tahun.
Kemudian, Unit 2 adalah berupa gundukan tanah urug serta susunan bongkahan batu yang ditemukan di lapisan bawah dari Unit 1. Batuan ini diklaim memiliki umur 7.500-8.000 tahun.
Lalu, Unit 3 adalah strukur batuan di bawahnya Unit 2. Menurut Danny, Unit 3 mirip dengan Unit 2, tetapi jauh lebih lapuk. Danny mengeklaim umur Unit 3 setelah dites carbon adalah 16.000 tahun.
Menurut Danny, ketiga unit ini dibangun dalam rentang waktu yang berbeda. Pembangunannya pun cukup unik. Sebab, setelah Unit 3 dibangun, akan ditimbun oleh tanah, lalu disusun lagi menjadi Unit 2, begitu seterusnya.
“Tiga Unit ini seluruhnya berada di atas gunung atau menyelimuti seperti topi. Jadi, bagian atas gunung ini itu buatan manusia, sedangkan di bawahnya lagi adalah memang perbukitan alami,” katanya dalam diskusi Melihat Kembali Nilai-Nilai Penting Situs Cagar Budaya Nasional Gunung Padang: suatu Upaya Pelestarian Cagar Budaya Berkelanjutan di Kementerian Kebudayaan, Jakarta, Selasa, (11/2/2025).
Dalam penelitian itu, Danny menyebut timnya menemukan beberapa peninggalan, salah satunya adalah batu kujang. Bagi Danny, kontroversi gunung Padang yang mestinya digali dan diuji ialah soal umur tersebut.
Sebab, saat ini sejarah umumnya mencatat periode 16 tahun yang lalu, peradaban manusia modern di Indonesia masih prasejarah. Namun, kini adanya penemuan ini bisa membuat sejarah berbeda.
Penelitian oleh Danny dan kawan-kawan ini sempat berhasil lolos review dan jurnal tersebut dirilis pada 20 Oktober 2023 di Archaeological Prospection. Akan tetapi, pada 1 Desember 2023, John Wiley & Sons Inc, penerbit jurnal, mencabut artikel tersebut.
Sementara itu, arkeolog BRIN Lutfi Yondri cukup menyangsikan temuan tersebut. Lutfi yang juga melakukan penelitian di situs tersebut menduga Gunung Padang berusia lebih muda dari yang diperkirakan.
Dia pun pernah melakukan pembukaan kotak ekskavasi di teras 1, dengan temuan berupa balok-balok batu andesit yang masih dilapisi kerak lempung. Setelah itu, di bawahnya lagi cenderung tanah kosong.
“Hasil analisis penanggalan karbon di teras 1 sekitar 2 abad sebelum masehi,” ucap Lutfi.
Penelitian Lufti tidak melakukan penggalian lebih dalam seperti Danny. Sebab, Lutfi ketika penggalian di teras atas dilakukan, dia sudah tidak menemukan tanda-tanda baru karena berupa tanah. Oleh karena itu, dia memberhentikan penggalian.
Lutfi mengatakan jika ada klaim situs Gunung Padang dibangun lebih dari puluhan tahun, maka ada pertanyaan paling mendasar kemudian perlu dijawab, yakni siapa manusia yang membuat itu.
Menurut Lutfi, keberadaan kebudayaan di suatu daerah tak bisa disangsikan dari kondisi yang lebih makro. Umumnya, kebudayaan tersebut juga saling memengaruhi satu sama lain.
Lutfi mengatakan pada medio yang diklaim sebagai umur situs Gunung Padang tersebut, manusia di di Indonesia masih berada di kehidupan purbakala. Masyarakatnya masih tinggal di gua dan menjadi pemburu-pengumpul.
Dilihat secara lebih mikro lagi, peradaban awal di Jawa Barat diperkirakan paling awal tinggal di gua 12.000 sampai 6.000 tahun yang lalu. Ini berdasarkan peninggalan arkeologis yang pernah terungkap.
Kemudian, dalam timeline sejarah dunia, manusia baru bersatu dan menciptakan pemukiman besar pada sekitar 9.700 SM. Oleh karena itu, sukar membayangkan anomali terhadap klaim yang disampaikan.
Sementara itu, Tim Ahli Cagar Budaya Nasional Junus Satrio Atmodjo mengatakan riset situs Gunung Padang memang belum lengkap saat ini. Fokus riset yang ada masih berputar pada struktur bangunan.
Padahal, satu hal lain yang cukup penting adalah manusia yang membuatnya, mereka tinggal di lingkungan seperti apa, dan mengapa mereka membuat itu.
Mengingat situs Gunung Padang cukup besar, butuh berapa banyak manusia pula yang terlibat di dalamnya, berapa lama pembuatannya, dan bagaimana mereka menyusunnya.
Menurutnya, penelitian terhadap lingkungan manusia yang membuat situs Gunung Padang saat ini punya arti yang penting. Hasilnya, mungkin akan menjawab sekaligus menyatupadukan beberapa data yang ada saat ini.
Di luar itu, dirinya mengatakan saat ini pihaknya memang banyak kehilangan data penting untuk meneliti situs ini. Padahal, situs ini merupakan salah satu yang terbesar di Asia Tenggara.
Junus mengatakan telah meneliti dan mengunjungi Gunung Padang sejak 1984. Kala itu, masih banyak ditemukan gerabah dengan tekstur tebal-tebal. Ini mencirikan bahwa gerabah tersebut diperkirakan berusia lebih dari 1.000 tahun.
“Ya, bisa dibilang ini masih primitif ya. Karena ini masih tebal-tebal bukan tipis,” ungkapnya.
Namun, ketika kembali mengunjungi Gunung Padang beberapa tahun setelahnya, dirinya tak menemukan lagi gerabah itu. Dia menduga gerabah telah diambil masyarakat tetapi tidak mengetahui ke mana mereka membawanya.
Selain itu, ada pula beberapa struktur bangunan yang tampak dicabut. Sebab, kala itu, lokasi Gunung Padang masih berupa hutan dan kebun. Masyarakat yang belum tahu memindahkannya begitu saja.
Sementara itu, Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan dalam riset perbedaan pandangan merupakan suatu hal yang lumrah. Menbud mengakui jawaban persoalan situs Gunung Padang bisa didapat dengan cepat atau justru sebaliknya.
Dia lantas memberi contoh persoalan di piramida di Mesir, meski sudah diteliti lebih dari 40 tahun masih menimbulkan pro-kontra di lingkungan peneliti di sana. "Kita dengar semua perspektif dari berbagai latar belakang. Memang perlu ada satu kesimpulan nantinya sebelum akhirnya dipugar," katanya.
Baca juga: Penelitian Situs Gunung Padang Berlanjut, Arkeolog Siapkan Data Penelitian
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Situs Gunung Padang terletak di Cianjur, Jawa Barat. Lokasinya berjarak 45 km dari kota Cianjur, sekitar 110 km dari kota Bandung, dan sekitar 165 km dari kota Jakarta. Untuk menuju ke sana, Genhype perlu melakukan perjalanan dengan jalur yang naik-turun, terkadang berlubang dan berbatu.
Baca juga: Ada Efisiensi, Penelitian Gunung Padang Akan Pakai Skema Public Private Partnership
Gunung Padang sebenarnya bukan objek sejarah baru. Laporan pertama mengenai keberadaan situs ini pertama kali dimuat pada Rapporten van de Oudheidkundige Dienst pada 1914.
Sejarawan Belanda, N.J.Krom juga telah menyinggungnya pada 1949 agar diteliti oleh para arkeolog. Arkian, pada 1979, penduduk setempat juga sempat melaporkan keberadaan tumpukan yang mengarah ke Gunung Gede, itu pada instansi terkait.
Penelitian cukup intensif kembali dilakukan pada medio 2011-an. Penelitian ini dilakukan oleh Tim Riset Terpadu Mandiri (TTRM) yang kemudian mengangkat namanya ke panggung internasional. Sejak saat itu, situs ini mulai mendapat sorotan, selain juga karena sejumlah kontroversi yang muncul.
Ahli geologi dari BRIN Danny Hilman Natawidjaja mengatakan dalam satu dekade terakhir, situs Gunung Padang memang seolah lebih sering diselimuti oleh kontroversi. Mulai dari perdebatan apakah situs ini berbentuk piramida atau berundak.
Kemudian, ada pula isu yang menyebut tersimpan koin purba hingga emas 2 ton di bawah Gunung Padang. Hilman menyebut semua itu adalah omong kosong dan sudah seharusnya diskusi yang berkembang di publik tak menyoroti itu.
Menurutnya, kontroversi yang sebenar-benarnya dari situs Gunung Padang adalah soal usianya. Sebab, itulah yang membuat Gunung Padang disorot tidak hanya di Indonesia, tetapi juga dunia.
Danny mengatakan sejauh ini peneliti Indonesia tidak berbeda pendapat soal lapisan atas atau punden berundak di situs Gunung Padang. Namun, silang pendapat muncul ketika mulai membicarakan lapisan bawahnya.
Dalam penelitiannya bertajuk Geo-Archaeological Prospecting of Gunung Padang Buried Prehistoric Pyramid in West Java, Danny mengemukakan bahwa situs Gunung Padang memiliki tiga lapisan budaya. Masing-masing memiliki umur yang berbeda.
Unit 1 adalah situs punden berundan yang saat ini terlihat di bagian paling atas. Danny menyebut umur bangunan dan kebudayaan di unit 1 berada di sekitar 3.000 sampai 4.000 tahun.
Kemudian, Unit 2 adalah berupa gundukan tanah urug serta susunan bongkahan batu yang ditemukan di lapisan bawah dari Unit 1. Batuan ini diklaim memiliki umur 7.500-8.000 tahun.
Lalu, Unit 3 adalah strukur batuan di bawahnya Unit 2. Menurut Danny, Unit 3 mirip dengan Unit 2, tetapi jauh lebih lapuk. Danny mengeklaim umur Unit 3 setelah dites carbon adalah 16.000 tahun.
Menurut Danny, ketiga unit ini dibangun dalam rentang waktu yang berbeda. Pembangunannya pun cukup unik. Sebab, setelah Unit 3 dibangun, akan ditimbun oleh tanah, lalu disusun lagi menjadi Unit 2, begitu seterusnya.
“Tiga Unit ini seluruhnya berada di atas gunung atau menyelimuti seperti topi. Jadi, bagian atas gunung ini itu buatan manusia, sedangkan di bawahnya lagi adalah memang perbukitan alami,” katanya dalam diskusi Melihat Kembali Nilai-Nilai Penting Situs Cagar Budaya Nasional Gunung Padang: suatu Upaya Pelestarian Cagar Budaya Berkelanjutan di Kementerian Kebudayaan, Jakarta, Selasa, (11/2/2025).
Dalam penelitian itu, Danny menyebut timnya menemukan beberapa peninggalan, salah satunya adalah batu kujang. Bagi Danny, kontroversi gunung Padang yang mestinya digali dan diuji ialah soal umur tersebut.
Sebab, saat ini sejarah umumnya mencatat periode 16 tahun yang lalu, peradaban manusia modern di Indonesia masih prasejarah. Namun, kini adanya penemuan ini bisa membuat sejarah berbeda.
Penelitian oleh Danny dan kawan-kawan ini sempat berhasil lolos review dan jurnal tersebut dirilis pada 20 Oktober 2023 di Archaeological Prospection. Akan tetapi, pada 1 Desember 2023, John Wiley & Sons Inc, penerbit jurnal, mencabut artikel tersebut.
Sementara itu, arkeolog BRIN Lutfi Yondri cukup menyangsikan temuan tersebut. Lutfi yang juga melakukan penelitian di situs tersebut menduga Gunung Padang berusia lebih muda dari yang diperkirakan.
Dia pun pernah melakukan pembukaan kotak ekskavasi di teras 1, dengan temuan berupa balok-balok batu andesit yang masih dilapisi kerak lempung. Setelah itu, di bawahnya lagi cenderung tanah kosong.
“Hasil analisis penanggalan karbon di teras 1 sekitar 2 abad sebelum masehi,” ucap Lutfi.
Penelitian Lufti tidak melakukan penggalian lebih dalam seperti Danny. Sebab, Lutfi ketika penggalian di teras atas dilakukan, dia sudah tidak menemukan tanda-tanda baru karena berupa tanah. Oleh karena itu, dia memberhentikan penggalian.
Lutfi mengatakan jika ada klaim situs Gunung Padang dibangun lebih dari puluhan tahun, maka ada pertanyaan paling mendasar kemudian perlu dijawab, yakni siapa manusia yang membuat itu.
Menurut Lutfi, keberadaan kebudayaan di suatu daerah tak bisa disangsikan dari kondisi yang lebih makro. Umumnya, kebudayaan tersebut juga saling memengaruhi satu sama lain.
Lutfi mengatakan pada medio yang diklaim sebagai umur situs Gunung Padang tersebut, manusia di di Indonesia masih berada di kehidupan purbakala. Masyarakatnya masih tinggal di gua dan menjadi pemburu-pengumpul.
Dilihat secara lebih mikro lagi, peradaban awal di Jawa Barat diperkirakan paling awal tinggal di gua 12.000 sampai 6.000 tahun yang lalu. Ini berdasarkan peninggalan arkeologis yang pernah terungkap.
Kemudian, dalam timeline sejarah dunia, manusia baru bersatu dan menciptakan pemukiman besar pada sekitar 9.700 SM. Oleh karena itu, sukar membayangkan anomali terhadap klaim yang disampaikan.
Mencari Peradaban Manusia di Gunung Purba
Sementara itu, Tim Ahli Cagar Budaya Nasional Junus Satrio Atmodjo mengatakan riset situs Gunung Padang memang belum lengkap saat ini. Fokus riset yang ada masih berputar pada struktur bangunan.
Padahal, satu hal lain yang cukup penting adalah manusia yang membuatnya, mereka tinggal di lingkungan seperti apa, dan mengapa mereka membuat itu.
Mengingat situs Gunung Padang cukup besar, butuh berapa banyak manusia pula yang terlibat di dalamnya, berapa lama pembuatannya, dan bagaimana mereka menyusunnya.
Menurutnya, penelitian terhadap lingkungan manusia yang membuat situs Gunung Padang saat ini punya arti yang penting. Hasilnya, mungkin akan menjawab sekaligus menyatupadukan beberapa data yang ada saat ini.
Di luar itu, dirinya mengatakan saat ini pihaknya memang banyak kehilangan data penting untuk meneliti situs ini. Padahal, situs ini merupakan salah satu yang terbesar di Asia Tenggara.
Junus mengatakan telah meneliti dan mengunjungi Gunung Padang sejak 1984. Kala itu, masih banyak ditemukan gerabah dengan tekstur tebal-tebal. Ini mencirikan bahwa gerabah tersebut diperkirakan berusia lebih dari 1.000 tahun.
“Ya, bisa dibilang ini masih primitif ya. Karena ini masih tebal-tebal bukan tipis,” ungkapnya.
Namun, ketika kembali mengunjungi Gunung Padang beberapa tahun setelahnya, dirinya tak menemukan lagi gerabah itu. Dia menduga gerabah telah diambil masyarakat tetapi tidak mengetahui ke mana mereka membawanya.
Selain itu, ada pula beberapa struktur bangunan yang tampak dicabut. Sebab, kala itu, lokasi Gunung Padang masih berupa hutan dan kebun. Masyarakat yang belum tahu memindahkannya begitu saja.
Sementara itu, Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan dalam riset perbedaan pandangan merupakan suatu hal yang lumrah. Menbud mengakui jawaban persoalan situs Gunung Padang bisa didapat dengan cepat atau justru sebaliknya.
Dia lantas memberi contoh persoalan di piramida di Mesir, meski sudah diteliti lebih dari 40 tahun masih menimbulkan pro-kontra di lingkungan peneliti di sana. "Kita dengar semua perspektif dari berbagai latar belakang. Memang perlu ada satu kesimpulan nantinya sebelum akhirnya dipugar," katanya.
Baca juga: Penelitian Situs Gunung Padang Berlanjut, Arkeolog Siapkan Data Penelitian
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.