Sejumlah pengunjung dan jurnalis menunggu Menteri Kebudayan Fadli Zon di salah satu ruang MNI yang memacak karya-karya Lee Man Fong pada Senin malam (10/2/2025). (sumber gambar: Hypeabis.id/Himawan L Nugraha)

Sambut Cap Go Meh, Karya Kho Ping Hoo hingga Lee Man Fong Hadir di Pameran Kongsi

12 February 2025   |   15:50 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Museum Nasional Indonesia kembali menghelat pameran seru yang bisa Genhype nikmati saat luang. Mengusung tajuk Kongsi: Akulturasi Tionghoa di Nusantara, seteleng ini dibuka pada 11 Februari sampai Mei 2025 untuk menyambut momen Cap Go Meh dan Imlek. 

Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan pameran ini menampilkan senarai aspek akulturasi budaya Tionghoa di Indonesia. Momen tersebut terefleksi dari berbagai benda peninggalan sejarah, arsitektur, karya sastra, hingga karya dan instalasi seni kontemporer. 

"Kita merayakan ini sebagai peringatan untuk Imlek dan Cap Go Meh, yang merupakan bentuk akulturasi dengan budaya lokal," katanya pada awak media di Museum Nasional Indonesia. 

Diketahui, Cap Go Meh adalah akhir dari rangkaian perayaan tahun baru Imlek yang dilakukan tiap tanggal 15 pada bulan pertama penanggalan Tionghoa. Cap Go Meh adalah perayaan khas di Indonesia dan Malaysia, di China perayaan ini disebut Yuan Xiao Jie. 

Baca juga: Senarai Akulturasi Tionghoa di Nusantara Terefleksi dalam Pameran Kongsi di MNI
 

Menteri Kebudayaan Fadli Zon (kanan depan), Desainer Didit Hediprasetyo (kiri depan), dan Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha (tengah) saat mengunjungi pameran KONGSI: Akulturasi Tionghoa seusai pembukaan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, Senin (10/2/2025). (sumber gambar: Hypeabis.id/Himawan L Nugraha)

Menteri Kebudayaan Fadli Zon (kanan depan), Desainer Didit Hediprasetyo (kiri depan), dan Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha (tengah) saat mengunjungi pameran KONGSI: Akulturasi Tionghoa seusai pembukaan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, Senin (10/2/2025). (sumber gambar: Hypeabis.id/Himawan L Nugraha) 

Menurut Menbud perayaan Imlek dan Cap Go Meh adalah hasil akulturasi antara budaya Tionghoa yang telah berbaur dengan budaya lokal. Percampuran budaya inilah yang memperkaya keragaman budaya di Nusantara baik dari sisi bahasa, karya seni, dan laku kehidupan sehari-hari.

Dalam pameran ini misal, Genhype akan menjumpai nekara -alat musik perunggu berbentuk seperti gendang- yang diyakini berasal dari China bagian selatan. Ditemukan di daerah Banten, nekara ini ditengarai dibawa orang-orang China yang berdagang di Nusantara pada awal Masehi. 

"Indonesia ini bisa dikatakan sebagai salah satu melting pot tertua di dunia. Wilayah Indonesia yang terdiri dari berbagai kepulauan juga menjadi tempat pertemuan dari budaya lain, sehingga terjadi akulturasi," katanya. 
 

Ada Karya Kho Ping Ho  & Lee Man Fong 

Selain menyajikan ragam akulturasi, pameran ini juga menghadirkan sejumlah karya seni, baik sastra dan lukisan, buah tangan karya pengarang dan perupa keturunan Tionghoa, atau diaspora dari negeri Tirai Bambu yang sejenak mukim di Indonesia. Salah satunya adalah Kho Ping Hoo.

Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo, atau Kho Ping Hoo (1926-1994), adalah penulis cerita silat legendaris keturunan China berdarah Jawa. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Bu Kek Siansu, karakter protagonis yang menurunkan ilmu silatnya setiap musim semi pada sembarang orang.

Beberapa seri karyanya yang tampak pada pameran ini adalah serial Sepasang Pedang Iblis, Sakit Hati Seorang Wanita, dan Sin Eng Kian Hwat. Senarai koleksi cerita silat ini adalah  milik Fadli Zon Library, yang dipinjamkan untuk ikut dipamerkan dalam seteleng Kongsi.
 

Sejumlah karya Kho Ping Hoo dalam

Sejumlah karya Kho Ping Hoo dalam pameran KONGSI: Akulturasi Tionghoa seusai pembukaan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, Senin (10/2/2025). (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar) 

Di ruang berbeda, Genhype juga akan bertemu dengan sejumlah karya pelukis legendaris Lee Man Fong (1913-1988). Perupa kelahiran Guangzhou, China, ini merupakan salah satu pelukis Istana Negara. Namun, pasca tragedi 1965, di pindah ke Singapura, imbas kedekatannya dengan Sukarno. 

Di Tumasek, Lee Man Fong kemudian lebih banyak membuat lukisan binatang dari zodiak Tionghoa untuk dijual. Pada ruang ini, Genhype akan melihat 8 karyanya yang mayoritas menggambarkan objek-objek binatang. Di antaranya seperti gambar angsa, kelinci, singa, hingga kakatua.

Walakin, tidak dijelaskan dengan rinci milik siapa lukisan-lukisan karya maestro yang dipacak itu. Saat ditemui wartawan, Fadli hanya menjelaskan lukisan ini adalah milik seorang kolektor yang dipinjamkan untuk dipamerkan dalam ekshibisi kongsi, begitu juga dengan senarai karya lain.

Ketua Komisi IV DPR Fraksi Partai Gerindra, Titiek Soeharto tampak kagum saat menyaksikan karya Lee Man Fong. Dia datang bersama putranya, Ragowo Hediprasetyo alias Didit. Bersama Menteri dan Wakil Menteri Kebudayaan, mereka juga sempat berfoto di bawah salah satu lukisan tersebut. 

Pameran Kongsi akan berlangsung selama tiga bulan ke depan. Adapun harga tiket bagi masyarakat yang tertarik datang adalah Rp25.000. Akan tetapi, sebelum menikmati pameran ini masyarakat diwajibkan membeli tiket masuk ke MNI sebesar Rp15.000 bagi anak usia 3-12 tahun, Rp25.000 untuk dewasa dan Rp50.000 untuk WNA.

Pembelian tiket pameran dapat dilakukan secara langsung di tempat yakni di loket museum ataupun melalui aplikasi Traveloka. Dihelatnya pameran ini adalah upaya dari Museum dan Cagar Budaya (IHA) dalam melakukan tugasnya dalam mempromosikan kegiatan budaya sebagai upaya penguatan wawasan masyarakat. 

Baca juga: Menyimak Ragam Eksplorasi Perupa di Pameran Revisiting Art:1 New Museum Jakarta

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Menggali Data & Narasi Gunung Padang yang Sesungguhnya

BERIKUTNYA

Konser Musisi Internasional 13-16 Februari 2025: Green Day hingga Linkin Park

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: