Semut dapat menjadi solusi murah deteksi dini kanker. (Sumber foto: Pexels/ Egor Kamelev)

Peneliti Prancis Temukan Semut Berpotensi Digunakan Pada Deteksi Dini Kanker

28 January 2023   |   08:31 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Salah satu cara untuk meningkatkan kelangsungan hidup penderita kanker adalah dengan melakukan deteksi sejak dini. Dalam perkembangan terbaru, peneliti dari Prancis menemukan bahwa semut memiliki kemampuan untuk mendeteksi kanker yang ada di dalam tubuh seseorang.

Berdasarkan abstrak para peneliti yang dikutip dari The Royal Society Publishing, studi menunjukkan bahwa semut dengan andal mendeteksi isyarat tumor dalam urin tikus dan memiliki potensi untuk bertindak sebagai bio-detektor kanker yang efisien dan murah.

Serangga seperti semut memiliki indera penciuman yang halus, dan dapat dilatih dengan mudah dan cepat dengan pengkondisian penciuman.

Baca juga: Minimnya Skrining Dini Jadi Tantangan Penanganan Kanker Serviks di Indonesia

“Menggunakan urin dari patient-derived xenografit sebagai stimulus, kami menunjukkan bahwa semut dapat belajar membedakan bau tikus sehat dari tikus yang mengandung tumor dan melakukannya hanya setelah tiga percobaan pengkondisian,” demikian tertulis.

Para peneliti menuliskan bahwa semut menghabiskan sekitar 20 persen lebih banyak waktu di sekitar bau yang dipelajari daripada di samping stimulus lainnya setelah dilatih. Analisis kimia menegaskan bahwa keberadaan tumor mengubah bau urin, dan mendukung hasil perilaku semut.

Sel tumor dicirikan oleh senyawa organik volatil spesifik (VOC) yang dapat digunakan sebagai biomarker kanker. Melalui pembelajaran asosiatif penciuman, hewan dapat dilatih untuk mendeteksi VOC.

Sementara itu, latar belakang penelitian semut sebagai pendeteksi kanker adalah karena penyakit ini merupakan penyebab utama kematian di seluruh dunia dengan jumlah individu yang meninggal sebanyak 10 juta, dan terdapat lebih dari 19 juta kasus pada 2020.

Para peneliti menuliskan cara untuk meningakatkan tingkat kelangsungan hidup para penderita kanker adalah dengan memperbaiki metode diagnosis. Semakin cepat terdeksi, semakin tinggi kemungkinan untuk sembu.

Metode deteksi dini kanker pada saat ini seringkali bersifat invasif, misalnya dengan kolonoskopi, dan biayanya cukup mahal. Jadi, hanya sedikit orang yang dapat melakukannya. Mereka mencontohkan kanker yang paling bayak diderita wanita di Prancis adalah kanker payudara.
 

Semut sutra (formica fusca) atau yang dikenal juga sebagai semut pelacak. (Sumber foto: Wikimedia)

Semut sutra (formica fusca) atau yang dikenal juga sebagai semut pelacak. (Sumber foto: Wikimedia)

Meskipun Prancis adalah negara maju, data pada 2019 menunjukkan bahwa kurang dari setengah atau hanya 48,6 persen populasi berisiko, yakni wanita usia antara 50 dan 74 tahun, menjalani skrining untuk penyakit kanker.

Semut bukan satu-satunya hewan yang dapat mendeteksi kanker. Dalam penelitian lebih lanjut, diketahui bahwa serangga adalah alat pendeteksi yang menjanjikan karena relatif mudah ditangani dan tidak memerlukan fasilitas pemeliharaan yang mahal.

Di antara banyak jenis serangga, semut, dan khususnya formica fusca, menunjukkan kemampuan belajar yang luar biasa dengan menggunakan bau yang relevan secara ekologis. Pada spesies ini, satu percobaan pelatihan sudah cukup untuk membentuk ingatan jangka panjang asli yang berlangsung selama berhari-hari.

Selain itu, semut ini sangat tahan terhadap kepunahan memori. Setelah pelatihan, para semut dapat diuji hingga sembilan kali tanpa imbalan sebelum respons mereka mulai menurun.

Para peneliti menuliskan menggunakan rangsangan penciuman berupa sampel urin dari patient-derived xenografit (PDX) tikus yang membawa tumor manusia. PDX mewakili model yang lebih realistis karena sel kanker yang menyusun tumor tumbuh dalam organisme hidup dengan segala kerumitannya.

Selain itu, tumor yang digunakan dalam xenografit stabil dalam waktu dan dapat digandakan sehingga memungkinkan untuk tes obat dan penyelidikan pra-klinis dalam jumlah yang hampir tidak terbatas, “Memastikan bahwa pasien pada asal tumor yang dicangkokkan menerima pengobatan yang optimal,” demikian tertulis.

PDX yang menjadi bahan penelitian dibuat menggunakan tumor payudara manusia triple-negatif, yakni tipe tumor yang sangat agresif. Pasien dengan subtipe ini menunjukkan kelangsungan hidup yang buruk.

Sementara itu, urin menjadi pilihan sebagai stimulus lanaran dapat dengan mudah dikumpulkan dan disimpan. Sampel ini kemudian dianalisis menggunakan solid-phase micro-extraction (SPME) dan kromatografi gas yang digabungkan dengan spektrometri massa (GC-MS) untuk mengkarakterisasi perubahan komposisi VOC akibat adanya kanker.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda

 

SEBELUMNYA

Suka Kulineran Manis? Yuk ke Dessert Markt di ASHTA District 8

BERIKUTNYA

Selain Semut, Ini Hewan Lain yang Berpotensi Mendeteksi Dini Kanker

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: