Potret Narasi Personal Hingga Isu Sosial dalam Pentas Buku Foto 2025
25 January 2025 |
08:22 WIB
Pentas Buku Foto kembali hadir. Mengangkat tema ‘Merajut Dialog Antarbudaya, Melampaui Batas Geografis’, gelanggang perayaan kerja bersama antara Yayasan Riset Visual mataWaktu dan Gueari Galeri ini menampilkan karya-karya buku serta zine foto dari lanskap fotografi lokal hingga global.
Pada Pentas Buku Foto yang berlangsung mulai 24 Januari sampai 15 Februari 2025 ini, pengunjung bisa menikmati karya dari 51 nominasi Dummy Award 2024 yang diselenggarakan Photobook Museum, Jerman. Puluhan buku foto tersebut sudah dipamerkan keliling negara sebelum tiba di Indonesia, antara lain di Spanyol, Jerman, Italia, Polandia, Argentina, Brasil, Hong Kong, dan Chili.
Baca juga: Mendekatkan Seni & Sejarah pada Anak Lewat Pameran Pola-pola Bejana di KiN Space
Melalui Dummy Award 2024, karya-karya seperti Phantom/Vibration karya Taisuke Nakano dan Nagi karya Yoshikatsu Fujii mengupas berbagai lapisan pengalaman manusia, mulai dari refleksi mimpi hingga kenangan masa kecil. Buku seperti No Georgian Dream karya Lea Greub menyoroti aspirasi dan perjuangan generasi muda dalam menghadapi perubahan politik.
Diketahui, banyak dari buku pilihan Dummy Award 2024 yang memadukan seni visual dengan keintiman pribadi, seperti, Like the Waves Appear and Disappear karya Teresa Pistorius, yang menceritakan perjalanan menjadi ibu. Karya-karya lainnya, seperti A'Muntagna yang dikemas oleh Emanuele Occhipinti, mencerminkan hubungan, manusia dengan lanskap alam, membingkai Gunung Etna sebagai metafora kekuatan dan ancaman.
Tidak kalah menarik dalam Pentas Buku Foto 2025 yaitu karya-karya pegiat buku dan zine foto Indonesia yang diterbitkan dalam dua tahun terakhir. Pengunjung akan menikmati visualisasi keragaman cerita, budaya, dan pengalaman personal dari koleksi buku foto atau zine dari para fotografer lokal.
Setidaknya terdapat 36 pengkarya buku atau zine foto terpilih dari total 60 judul karya yang masuk pada tahun ini. Koleksi-koleksi ini akan membuat pengunjung menyelami berbagai tema seperti perjuangan sosial, keberlanjutan lingkungan, pengalaman personal, dan isu-isu identitas.
Dari koleksi lokal, yang cukup menarik perhatian pada Pentas Buku Foto 2025 yakni buku berjudul ADHA karya Dhika Prabowo. Tampil dengan dimensi besar dibungkus kulit kambing, dengan potongan halaman asimetris, buku ini memvisualisasikan tradisi kurban, khususnya di daerah pedalaman Indonesia, yang diambil Dhika dalam kurun waktu 2017-2023.
“Gua melihat hal baru seperti potong sapi di pulau, termasuk proses peternakan di atas gunung. Karena negara kepulauan, tradisi Adha se-effort itu di Indonesia,” ujarnya saat pembukaan Pentas Buku Foto 2025 di Yayasan Riset Visual mataWaktu, Jakarta, Jumat, (24/1/2025).
ADHA merupakan salah satu karya fotografer lokal yang lolos nominasi 50 besar dari 400 buku foto pada Dummy Award 2024. Buku ini juga sudah tampil pada festival fotografi di beberapa negara.
Karya berjudul ‘mBrebeki’ dari Desyatri Parawahyu Mayangsari juga terbilang menarik karena menjadi luapan emosi personal yang menggambarkan bagaimana proses penyembuhan luka, yang tidak pernah tersampaikan. Memiliki makna berisik, MBrebeki, tidak hanya bisa dinikmati secara visualisasi tetapi bisa menjadi wadah untuk menyalurkan suara-suara bising di kepala.
“Kertasnya merepresentasikan kebisingan dengan diremas-remas. Dalam ilmu psikologi, kita remas, kita buang. Aku selalu libatkan pembaca mari buang luka kita untuk tetap bisa hidup walaupun sesakit apapun itu,” jelas Desyatri.
Rika Panda, inisiator pelibatan karya lokal untuk Pentas Buku Foto 2025 mengatakan buku foto memang menjadi media untuk menyampaikan ekspresi, keresahan, hingga pemikiran yang berputar di kepala. Oleh karena itu, foto yang terpilih, cukup kuat untuk menggambarkan apa yang ingin diceritakan oleh pembuat karya.
Dia menilai, dalam membuat karya fotografi, ide terkadang muncul dari hal-hal yang ada di sekitar. Dengan demikian, fotografer memiliki kedalaman cerita dan menguatkan visual yang ditampilkan. “Buku foto itu ada visual, ada fotonya, kalau fotonya itu dihapus, apakah buku itu tetap berbunyi?,” imbuhnya.
Sementara itu, kurator Pentas Buku Foto 2025, Gunawan Widjaja, menyampaikan banyak cerita menarik yang tidak bisa dibicarakan dengan teks. Oleh karena itu, melalui pameran yang diinisiasi Yayasan Riset Visual mataWaktu dan Gueari Galeri ini, dia berharap bukan hanya fotografer yang mencurahkan ceritanya lewat buku, tetapi juga dari ekosistemnya, termasuk di dalamnya para penikmat karya fotografi.
Gunawan mengatakan pihaknya ingin mengeksplorasi narasi, desain, hingga penyusunan cerita, terlepas apakah foto itu diambil dengan kamera profesional atau sekadar kamera ponsel. “Kita bukan soal teknis baiknya seperti apa, tapi lebih ke ceritanya. Bagaimana menyampaikan cerita itu secara maksimum,” tambahnya.
Akan tetapi, yang terpenting dari penyelenggaraan Pentas Buku Foto 2025, yakni sebagai ruang pertemuan dan dialog antarnegara yang saling melengkapi. Lebih dari sekadar ajang pementasan buku foto, di dalamnya terdapat percakapan antarbudaya, negara, generasi, dan ide-ide.
Tidak hanya itu, selama kegiatan Pentas Buku Foto 2025, ada tiga karya buku foto yang diluncurkan. Jefri Tarigan meluncurkan karya buku fotonya bertajuk Shadows of Loyalty, sedangkan Zaki Habibi dengan karyanya berjudul Abandoned and Beyond.
Baca juga: Pameran Tale Within Threads: Saat Seni Tekstil Menggugat Isu Lingkungan
Di sisi lain, atas dukungan Bursa Kamera Profesional, karya foto Eddy Hasby yang mengulas arsip pembuatan buku Long Winding Road akan dipamerkan bersamaan dengan peluncuran bukunya yang berjudul Gate of Redemption.
Selain dipentaskan di mataWaktu seluruh karya nominasi Dummy Award 2024 dan buku/zine foto Indonesia terpilih akan turut digelar di Yogyakarta pada 21–23 Februari 2025. Berikutnya berlangsung di Bandung pada 27 Februari–2 Maret 2025, dengan penyelenggara oleh mitra komunitas SOKONG! dan RAWS SYNDICATE.
Editor: Fajar Sidik
Pada Pentas Buku Foto yang berlangsung mulai 24 Januari sampai 15 Februari 2025 ini, pengunjung bisa menikmati karya dari 51 nominasi Dummy Award 2024 yang diselenggarakan Photobook Museum, Jerman. Puluhan buku foto tersebut sudah dipamerkan keliling negara sebelum tiba di Indonesia, antara lain di Spanyol, Jerman, Italia, Polandia, Argentina, Brasil, Hong Kong, dan Chili.
Baca juga: Mendekatkan Seni & Sejarah pada Anak Lewat Pameran Pola-pola Bejana di KiN Space
Melalui Dummy Award 2024, karya-karya seperti Phantom/Vibration karya Taisuke Nakano dan Nagi karya Yoshikatsu Fujii mengupas berbagai lapisan pengalaman manusia, mulai dari refleksi mimpi hingga kenangan masa kecil. Buku seperti No Georgian Dream karya Lea Greub menyoroti aspirasi dan perjuangan generasi muda dalam menghadapi perubahan politik.
Diketahui, banyak dari buku pilihan Dummy Award 2024 yang memadukan seni visual dengan keintiman pribadi, seperti, Like the Waves Appear and Disappear karya Teresa Pistorius, yang menceritakan perjalanan menjadi ibu. Karya-karya lainnya, seperti A'Muntagna yang dikemas oleh Emanuele Occhipinti, mencerminkan hubungan, manusia dengan lanskap alam, membingkai Gunung Etna sebagai metafora kekuatan dan ancaman.
Gunawan Wijaya, kurator Pentas Buku Foto 2025. (Sumber gambar: Nadhif Alwan/Hypeabis.id)
Setidaknya terdapat 36 pengkarya buku atau zine foto terpilih dari total 60 judul karya yang masuk pada tahun ini. Koleksi-koleksi ini akan membuat pengunjung menyelami berbagai tema seperti perjuangan sosial, keberlanjutan lingkungan, pengalaman personal, dan isu-isu identitas.
Dari koleksi lokal, yang cukup menarik perhatian pada Pentas Buku Foto 2025 yakni buku berjudul ADHA karya Dhika Prabowo. Tampil dengan dimensi besar dibungkus kulit kambing, dengan potongan halaman asimetris, buku ini memvisualisasikan tradisi kurban, khususnya di daerah pedalaman Indonesia, yang diambil Dhika dalam kurun waktu 2017-2023.
“Gua melihat hal baru seperti potong sapi di pulau, termasuk proses peternakan di atas gunung. Karena negara kepulauan, tradisi Adha se-effort itu di Indonesia,” ujarnya saat pembukaan Pentas Buku Foto 2025 di Yayasan Riset Visual mataWaktu, Jakarta, Jumat, (24/1/2025).
ADHA merupakan salah satu karya fotografer lokal yang lolos nominasi 50 besar dari 400 buku foto pada Dummy Award 2024. Buku ini juga sudah tampil pada festival fotografi di beberapa negara.
Karya berjudul ‘mBrebeki’ dari Desyatri Parawahyu Mayangsari juga terbilang menarik karena menjadi luapan emosi personal yang menggambarkan bagaimana proses penyembuhan luka, yang tidak pernah tersampaikan. Memiliki makna berisik, MBrebeki, tidak hanya bisa dinikmati secara visualisasi tetapi bisa menjadi wadah untuk menyalurkan suara-suara bising di kepala.
“Kertasnya merepresentasikan kebisingan dengan diremas-remas. Dalam ilmu psikologi, kita remas, kita buang. Aku selalu libatkan pembaca mari buang luka kita untuk tetap bisa hidup walaupun sesakit apapun itu,” jelas Desyatri.
Rika Panda, inisiator pelibatan karya lokal untuk Pentas Buku Foto 2025 mengatakan buku foto memang menjadi media untuk menyampaikan ekspresi, keresahan, hingga pemikiran yang berputar di kepala. Oleh karena itu, foto yang terpilih, cukup kuat untuk menggambarkan apa yang ingin diceritakan oleh pembuat karya.
Dia menilai, dalam membuat karya fotografi, ide terkadang muncul dari hal-hal yang ada di sekitar. Dengan demikian, fotografer memiliki kedalaman cerita dan menguatkan visual yang ditampilkan. “Buku foto itu ada visual, ada fotonya, kalau fotonya itu dihapus, apakah buku itu tetap berbunyi?,” imbuhnya.
Rika Panda. (Sumber gambar: Nadhif Alwan/Hypeabis.id)
Gunawan mengatakan pihaknya ingin mengeksplorasi narasi, desain, hingga penyusunan cerita, terlepas apakah foto itu diambil dengan kamera profesional atau sekadar kamera ponsel. “Kita bukan soal teknis baiknya seperti apa, tapi lebih ke ceritanya. Bagaimana menyampaikan cerita itu secara maksimum,” tambahnya.
Akan tetapi, yang terpenting dari penyelenggaraan Pentas Buku Foto 2025, yakni sebagai ruang pertemuan dan dialog antarnegara yang saling melengkapi. Lebih dari sekadar ajang pementasan buku foto, di dalamnya terdapat percakapan antarbudaya, negara, generasi, dan ide-ide.
Desyatri Parawahyu Mayangsari dengan karyanya mBrebeki (Sumber gambar: Nadhif Alwan/Hypeabis.id)
Baca juga: Pameran Tale Within Threads: Saat Seni Tekstil Menggugat Isu Lingkungan
Di sisi lain, atas dukungan Bursa Kamera Profesional, karya foto Eddy Hasby yang mengulas arsip pembuatan buku Long Winding Road akan dipamerkan bersamaan dengan peluncuran bukunya yang berjudul Gate of Redemption.
Selain dipentaskan di mataWaktu seluruh karya nominasi Dummy Award 2024 dan buku/zine foto Indonesia terpilih akan turut digelar di Yogyakarta pada 21–23 Februari 2025. Berikutnya berlangsung di Bandung pada 27 Februari–2 Maret 2025, dengan penyelenggara oleh mitra komunitas SOKONG! dan RAWS SYNDICATE.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.