Seri karya Tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer (sumber gambar: Istimewa)

Rayakan Seabad Pramoedya Ananta Toer, Tetralogi Pulau Buru Bakal Dicetak Ulang

23 January 2025   |   13:00 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Perayaan seabad sastrawan Pramoedya Ananta Toer bakal digelar pada 6-8 Februari di Blora, Jawa Tengah. Selain diikuti pertunjukan seni, musik, diskusi, hingga pameran, festival ini juga bakal dimeriahkan dengan cetak ulang buku-buku karya Pram.

Salah satu yang dinanti dan diharapkan para penggemar sastra Indonesia, serta dicetak ulang kembali adalah Tetralogi Pulau Buru. Seri 4 karya sastra ini terdiri atas Bumi manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.

Baca juga: Festival Seabad Pramoedya Ananta Toer Siap Dihelat di Blora, Jawa Tengah

Perwakilan dari Lentera Dipantara, penerbit yang mengelola karya-karya Pramoedya Ananta Toer, Angga Okta Rahman mengatakan, pada peringatan seabad Pram, pihaknya akan mencetak ulang buku-buku karya sastrawan asal Blora itu, selama setahun ke depan.

Angga mengatakan, dalam cetak ulang hingga penerbitan karya baru ini, pihaknya dan keluarga, juga akan bekerja sama dengan para penerbit di Indonesia untuk menelurkan edisi khusus peringatan 100 tahun kelahiran Pramoedya Ananta Toer.

"Kita mau momen seabad Pram ini mau mengeluarkan kembali [cetak ulang] buku-buku karya Pram, baik yang sudah diterbitkan Hasta Mitra, maupun yang belum pernah diterbitkan sama sekali," kata cucu Pram, itu saat ditemui Hypeabis.id.
 
 

Novel Tetralogi Pulau Buru, memang menjadi salah satu magnum opus Pramoedya Ananta Toer. Sesuai tajuknya, Pram menyelesaikan keempat buku ini saat mengalami penahanan di Pulau Buru pada era Orba, medio 1965-1979. Pada masanya, membaca buku ini juga harus sembunyi-sembunyi.

Kala itu, pasca Gerakan 30 September 1965,Pram ditangkap dalam penyerbuan massa ke kediamannya, di Jakarta, pada 13 Oktober 1965. Tragisnya, delapan manuskrip yang belum selesai dibuat juga turut dihancurkan dan dibakar bersama-sama koleksi lima ribu buku di perpustakaan pribadinya.

Arkian, Pram juga harus mendekam di penjara tanpa keadilan selama 14 tahun. Mulai dari Penjara Salemba, Tangerang, dan Nusa Kambangan, sebelum akhirnya diberangkatkan bersama 800 orang tahanan politik ke Pulau Buru pada 16 Agustus 1969 dengan kapal “ADRI XV”. Pram baru 'bebas' pada 21 Desember 1979.

Namun, sebagaimana pikiran tak pernah bisa dipenjara, selama di Buru, Pram berhasil melahirkan sejumlah anak-anak ruhaninya. Di antaranya Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Arok Dedes, Mata Pusaran, Arus Balik, Mangir, Di Atas Lumpur, dan dokumentasi Perawan Remaja dalam Cengkeraman Militer. 

Penerbitan Buku Baru

Selain cetak ulang karya-karya Pram, Angga menjelaskan, sejumlah buku yang pernah ditulis kakeknya, rencananya juga akan diterbitkan tahun ini. Di antaranya adalah Musim Kawin di Nusa Kambangan, dan Mata Pusaran. Judul karya terakhir, adalah bagian kedua dari tetralogi Arok Dedes.

Kendati begitu, naskah Mata Pusaran hingga saat ini belumlah lengkap, atau hanya terdiri dari 2/3 dari total keseluruhan naskah. Sebab, naskah master ketikan dari karya ini dirampas Angkatan Darat yang hingga saat ini tak diketahui rimbanya, salah satu karya yang disebut sebagai tulisan terakhir Pram, itu.
 

ahah

Novel Arok Dedes karya Pramoedya Ananta Toer (sumber gambar: Istimewa)

Hingga saat diwawancara, Angga juga masih akan berunding dengan pihak keluarga apakah naskah-naskah tersebut akan diterbitkan atau tidak. Pasalnya, draft tersebut banyak yang masih tercecer, sehingga mereka berusaha untuk mencari dan melengkapinya terlebih dulu, agar dapat dinikmati publik.

"Untuk yang sudah layak diterbitkan karena naskahnya sudah lengkap adalah Musim Kawin di Nusakambangan. Ini juga ditulis [Pram] di Pulau Buru setelah dia dipindahkan dari Nusakambangan pada 1969," imbuhnya.

Terpisah, Candra Gautama Editor Senior Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), mengatakan dari hasil diskusi antara Lentera Dipantara dengan KPG, mereka akan meluncurkan edisi khusus karya-karya Pram, yang berbeda dari yang telah diterbitkan sebelumnya.

Candra menjelaskan, bahwa antara Lentera Dipantara, sebagai penerbit, dan KPG sebagai distributor resmi, untuk mengusung perwajahan cover sesuai dengan kegemaran Pram akan satu warna tertentu." Nah warnanya apa ini tidak kami sebut dulu. Biar nanti pas peluncurannya bisa dilihat langsung," katanya.

Candra menambahkan, untuk momen seabad Pram ini mereka akan mencetak ulang Tetralogi Pulau Buru, terlebih dulu. Barulah kemudian akan dirancang cetak ulang lain, termasuk kumpulan cerpen Cerita dari Blora, dan satu karya Pram yang belum pernah diterbitkan, yakni Mata Pusaran.

"Ini masih kami diskusikan untuk diterbitkan [apa tidak] mudah-mudahan di tahun ini juga bisa terbit," jelasnya.

Baca juga: Kusala Sastra Khatulistiwa di Mata Iksaka Banu & Ayu Utami

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Inflasi Jabatan, Tren Gen Z yang Bikin Posisi Kerja Jadi Semakin ‘Glamour’ Tanpa Tanggung Jawab

BERIKUTNYA

3 Fakta Stargate, Ambisi Trump Bikin Pusat Data AI Terbesar di Dunia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: