Penulis Iksaka Banu saat ditemui di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta, Senin (20/1/2025). Sumber gambar: Hypeabis.id/Luke Andaresta.

Kusala Sastra Khatulistiwa di Mata Iksaka Banu & Ayu Utami

21 January 2025   |   19:45 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Kembalinya Kusala Sastra Khatulistiwa (KSK) setelah vakum selama 3 tahun disambut positif oleh para penulis Indonesia. Sejak pertama kali digelar tahun 2001, KSK telah menjadi salah satu ajang penghargaan sastra paling bergengsi di Tanah Air. Ajang tahunan ini dianggap memberikan dampak positif bagi ekosistem sastra dalam negeri.

Penulis Iksaka Banu menilai Kusala Sastra Khatulistiwa merupakan ajang yang sangat penting baik bagi penulis maupun penerbit. Menurutnya, KSK bisa menjadi semacam tonggak atau bukti bahwa penulis sudah sampai pada satu titik pencapaian tertentu untuk karya-karya sastranya.

Baca juga: Kusala Sastra Khatulistiwa Hadir Lagi setelah 3 Tahun Vakum

Hal itu menurutnya tidak terlepas dari lembaga penyelenggara KSK yang prestisius dan kredibel dengan para juri yang kompeten, sehingga ketika seorang penulis memenangkan hadiah ini, bisa menjadi suatu pencapaian tersendiri.

Sementara bagi penerbit, anugerah KSK ini berguna untuk mengangkat reputasi dan kredibilitas lantaran karya-karya terbaik dari para penulisnya yang memenangkan penghargaan.

"Saya melihat Kusala Sastra itu adalah anugerah sastra yang paling prestisius dan besar pengaruhnya. Kita lihat faktanya bahwa segera setelah seseorang ditahbiskan di ajang ini, memacu kreativitas baik penulisnya sendiri maupun penulis lain untuk membuat karya yang lebih baik," katanya saat ditemui di Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta, Senin (20/1/2025).

Iksaka Banu sendiri telah memenangkan hadiah KSK sebanyak dua kali. Penghargaan pertama yang diraihnya pada 2014 berkat kumpulan cerpen Semua untuk Hindia, dan hadiah kedua didapatnya pada 2019 berkat antologi cerpen Teh dan Pengkhianat.

Pria yang akrab disapa Banu itu bercerita penghargaan KSK yang diterimanya memberikan dampak tersendiri bagi karya-karya sastranya. Dampak yang paling kentara adalah buku-bukunya dibaca oleh banyak orang, membuat baik buku Semua untuk Hindia maupun Teh dan Pengkhianat masing-masing telah memasuki cetakan ketujuh dan kedelapan.

Selain itu, buku-bukunya yang menang KSK juga memantik diskusi dan kritik di kalangan pembaca. Untuk buku Semua untuk Hinda misalnya, yang menuai kritik lantaran menggambarkan kolonial Belanda bukan sebagai tokoh yang jahat. Bahkan, oleh sebagian kalangan, Banu dituding lewat karyanya ingin mengubah peta sejarah Indonesia bahwa Belanda bukan pihak yang jahat.

Padahal, dia hanya ingin mengangkat kisah orang-orang Belanda yang termarginalkan, yang tidak ada hubungannya dengan pemerintah kolonial. Hal itu pun membuat Banu akhirnya menjadi lebih profesional, teliti, dan hati-hati dalam menulis, tanpa mengubah ideologinya dalam berkarya. 

"Salah satu keuntungan menang KSK adalah kita kemudian dipanggil kemana-mana kan. Nah, kita bisa menceritakan apa yang sebetulnya ingin saya sampaikan dalam buku itu. Ketika saya jelaskan, mereka baru tahu," kata penulis berusia 60 tahun itu.

Hampir senada, penulis Ayu Utami menilai bahwa KSK merupakan satu-satunya ajang penghargaan sastra yang paling bergengsi di Indonesia. Namun, dia sangat menyangkan dengan besarnya potensi penulis dan karya-karya sastra bertalenta di Tanah Air, Indonesia hanya memiliki satu ajang penghargaan yang rutin memberikan hadiah sastra kepada para pengarang.

"Bayangkan Indonesia yang penduduknya sekarang sekitar 270  juta, itu hanya memiliki satu atau dua hadiah sastra tingkat nasional yang bergengsi. Itu sebenarnya sangat menyedihkan. Jadi hadirnya KSK itu sangat luar biasa dan dibutuhkan masyarakat intelektual Indonesia," kata penulis novel Saman (1998) itu.

Ayu Utami mendapatkan penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa berkat novel Bilangan Fu pada 2008. Setelah itu, dia juga pernah menjadi koordinator dewan juri di ajang tersebut.

Menurutnya, dalam menilai kualitas suatu karya sastra dapat dilihat dari beberapa hal, mulai dari penghargaan yang diterima oleh buku tersebut, berhasil terjual banyak (best seller), hingga pernah ditampilkan dalam festival sastra.

"Jadi untuk melihat perkembangan mutu kesusastraan Indonesia, kita bisa melihat dari tiga patokan itu. Dan dari situ, hadiah sastra menjadi salah satu yang penting karena kadang-kadang best seller itu belum tentu bagus," tuturnya.

Dia pun berharap agar ajang KSK bisa berlangsung secara rutin tiap tahunnya, serta pemerintah dan pihak terkait bisa mendukung keberlanjutan ajang ini dari berbagai sisi. "Saya percaya kalau ini dilaksanakan terus maka akan menimbulkan satu semangat dari para penulis untuk berkarya dengan baik, karena ada apresiasi yang bagus yang dilakukan oleh KSK," imbuhnya.

Sementara itu, Kusala Sastra Khatulistiwa akhirnya akan digelar kembali pada 2025 di bawah Yayasan Richard Oh Kusala Indonesia (YRKI). Lembaga yang didirikan tahun 2024 ini berinisiatif meneruskan apa yang telah dibangun oleh semangat filantropis dan kecintaan terhadap kesusastraan dari seorang Richard Oh. Adapun, tiga orang yang ditunjuk sebagai kurator program KSK 2025 yakni Nezar Patria, Eka Kurniawan, dan Hasan Aspahani.
 
Berbeda dari gelaran-gelaran sebelumnya yang hanya memberikan penghargaan kepada prosa dan puisi, KSK 2025 akan memberikan hadiah juga untuk kategori cerpen. Adapun, buku-buku yang dinilai adalah karya berbahasa Indonesia yang terbit sepanjang 2024.

Pengiriman karya berlangsung mulai 20 Januari hingga 20 Februari 2025. Adapun, untuk pengumuman pemenang KSK 2025 dijadwalkan berlangsung pada Juni 2025.
 
Nantinya, para pemenang KSK 2025 akan mendapatkan hadiah uang tunai masing-masing Rp75 juta. Dengan demikian, total nilai hadiah KSK 2025 ialah Rp100 juta.
 
Selain itu, berbeda dari gelaran-gelaran sebelumnya, KSK 2025 akan memberikan tambahan hadiah berupa pembelian buku pemenang senilai Rp25 juta. Nantinya, buku akan disebarkan ke sekolah, komunitas, dan perpustakaan/taman bacaan masyarakat, sebagai dukungan pada penerbit, serta perluasan pembaca karya sastra yang berkualitas.

Baca juga: Cek Syarat, Ketentuan & Hadiah Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

SEVENTEEN Donasi US$1 Juta ke UNESCO Global Youth Grant Scheme, Begini Pesannya

BERIKUTNYA

Sensasi Merasakan Pendaran Sinar Matahari Pagi di Ranca Upas

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: