Potensi Cuan Bisnis Makanan Beku Menyasar Segmen Gaya Hidup Praktis
21 January 2025 |
07:30 WIB
Waktu dan kegiatan sering kali menjadi hambatan banyak orang untuk menyiapkan kebutuhan primer, berupa makanan setiap hari. Alasan tersebut menjadi salah satu pendorong pertumbuhan usaha olahan makanan praktis, salah satunya frozen food (makanan beku).
Shelvi Mei Wulandari (25), pemilik bisnis Sayour yang berdiri sejak 2021 dan berlokasi di kawasan Bontang, Kalimantan Timur. Shelvi bercerita bahwa dia memiliki kebiasaan untuk memotret dan memposting makanan olahannya setiap kali memasak.
Tak menyangka, dari sana ia justru menerima banyak orderan awal. “Bertepatan dengan saat itu yang sedang lock down, beberapa pelanggan meminta untuk Sayour jual lauk pauk juga,” ujar Shelvi.
Baca juga: Meraup Cuan Bisnis Percetakan Daring pada Era Serba Digital
Kini Sayour menghadirkan variasi menu yang semakin beragam. Mulai dari aneka seafood, aneka ayam potong, aneka ikan segar, lauk pauk setengah matang (ungkep ayam, amplea, paru, perkedel, hingga bandeng presto), berbagai lauk marinasi hingga beragam lauk makanan pendamping ASI.
Dirinya menyebut beberapa menu andalah Sayour antara lain lauk pauk marinasi, ikan berbumbu hingga ayam fillet tanpa tulang. Cara Shelvi menjangkau konsumen adalah lewat pemasaran fisik dan daring. Sayour sudah memiliki satu toko fisik dan lebih jauh memanfaatkan Instagram dan WhatsApp sebagai media promosi lanjutan.
Bukan mulus, Shelvi menghadapi banyak tantangan selama bergelut dengan bisnis olahan makanan ini. Mulai dari tantangan pengiriman yang sering kali jauh lebih lama. Lebih khusus daging ikan dan ayam yang butuh waktu untuk dibekukan terlebih dahulu.
Kedua adalah persaingan dagang di wilayahnya yang semakin ramai. Ia menyebut banyak usaha sejenis yang berani melakukan gambling harga miring. Namun dirinya positif mampu konsisten dengan kualitas yang mereka miliki.
Ketiga soal permintaan konsumen yang beragam dan terkadang sulit dipenuhi karena terbatasnya tenaga dan waktu pengerjaan.
Terakhir ia menyebut paket sayur dan lauk praktis di Indonesia masih perlu dipromosikan lebih jauh karena belum terlalu familiar. Ketika merintis Sayour ia ingat bahwa tidak ada satu pun input dari media sosial terkait usaha paket sayur dan lauk praktis yang dapat menjadi inspirasinya kala itu.
“Berkali-kali trial and error, foto produk satu per satu, hingga akhirnya cerita saya merintis Sayour viral di platform Tik-Tok (1,9 M views) dan barulah banyak bermunculan usaha serupa,” ucap Shelvi.
Terlepas dari beragam rintangan, pendapatan Sayour mampu mmencapai Rp40 juta– Rp50 juta setiap bulannya. Dia menambahkan bahwa bulan puasa dan akhir pekan adalah waktu terbaik meraup orderan lauk praktis.
Enggan berpuas diri, Shelvi menyebut ke depan masih memiliki rencana untuk melakukan join-tenant dan menitipkan hasil produksi Sayour di toko-toko frozen food yang lebih besar.
Selaras, Miranty Telfiyana (33) memiliki usaha serupa bernama Dapoer Njonjamiya yang lebih fokus ke makanan matang. Didirikan sejak akhir tahun 2021, Miya menyebut ini bermula dari kegiatannya mengisi waktu luang setelah menikah.
Miya adalah wanita pekerja sebelumnya. Dia harus putar otak untuk membunuh rasa jenuh ketika dia pindah dari Jakarta ke Magelang, Jawa Tengah kala itu. Tercetuslah ide untuk belajar masak dan ini juga yang menjadi ide awal bisnis Miya. “Iseng buat Story di Instagram. Kalau aku open PO kira-kira pada mau enggak?” ternyata jawabannya ramai banget,” cerita Miya.
Hal itu menjadi kesempatan awal baginya melancarkan usaha Dapoer Njonjamiya. Namun lika-liku perjalanan membawa Miya pada pilihan untuk memberhentikan sejenak dapurnya pada 2022. Barulah sejak Desember 2024, dia mulai fokus menjalankan Dapoer Njonjamiya kembali.
Memulai usaha ini di awal, Miya mantap dengan dua menu andalannya yakni Ayam Suwir Jerit dan Tongkol Suwir Mercon dan secara bertahap menambah dua menu lain saat itu. Merasa tak cukup, debut ulangnya pada 2024 kemarin Miya langsung menambahkan total belasan menu baru untuk lini usahanya.
Adapun menu-menunya dibedakan menjadi menu dewasa dan kids. Khusus menu kids, Miya tawarkan beberapa keunggulan antara lain pilihan daging yang lebih berkualitas seperti ayam probiotik, penggunaan garam himalaya, olahan tanpa gula, pengawet, dan pewarna, terakhir tanpa campuran tepung terigu.
Menu best seller Dapoer Njonjamiya untuk kategori dewasa adalah Oseng Paru Petir dan Tongkol Suwir Mercon, Sambel Besengek Usus Ampela Pete. Sementara menu kids terlaris adalah Shrimp dan Chicken Egg Roll serta Rendang Sapi.
Miya sepenuhnya mengandalkan upaya promosi worth of mouth di media sosial melalui kenalan dan kerabatnya. “Kita belum sampai promosi fisik kaya event atau bazar begitu,” ucap Miya. Begitu juga dengan proses pengantaran yang sepenuhnya dilakukan secara daring.
Tantangan usaha Miya utamanya soal harga bahan pokok termasuk cabai yang sedang melambung tinggi saat ini. Selain itu keamanan paket makanan beku yang ia kirimkan melalui ekspedisi juga menjadi pertimbangannya sejak lama.
“Mungkin mau deket Imlek yah dan bulan Puasa jadi pada naik, terutama cabai. Selanjutnya soal treatment tiap-tiap ekspedisi terhadap paket makanan kita,” lanjutnya.
Dapor Njonjamiya menargetkan penjualan tertinggi di bulan Puasa dan Lebaran serta momen Nataru untuk raup orderan konsumen. Walau tak secara eksplisit menyebutkan estimasi omzetnya, Miya cerita bahwa satu bulan terakhir ia berhasil menjual sekitar 200 bungkus paket makanan frozen food dengan rerata harga Rp45.000 per bungkusnya.
Baca juga: Prediksi Bisnis 2025: Sektor Potensial dan Strategi Menghadapi Daya Beli yang Menurun
Miya belum lama ini juga terus melakukan ekskalasi usaha dengan tambahan menu baru di rak makanananya, yang terbaru adalah Mozarella Chicken Sausage. Ke depannya ia juga berencana bekerja sama dengan sejumlah cafe dan resto yang linear dengan produk miliknya. “Misal aku ajuin proposal ke cafe yang ada menu rice bowl, nah aku bisa supply lauknya di sana,” ucap Miya.
Soal target pasar baik Shelvi maupun Miya menyasar konsumen yang serupa. Keduanya sepakat bahwa ibu rumah tangga baik yangbekerja di luar maupun tidak serta karyawan menjadi top tier utama sasaran mereka.
“Produk yang kami jual sangat praktis dan menghemat waktu. Juga beberapa menu kami juga ala Western atau Korean food yang familiar di kalangan Milenial & gen z,” ucap Shelvi. Sementara Miya menambahkan anak kos, traveller hingga orang yang hendak mengirimkan hampers sebagai tambahan sasaran konsumenya.
“Dapoer Njonjamiya sediakan hampers yang disebut besek untuk konsumen yang hendak mengirimkan menu lauk sebagai hantaran, di christmas kemarin banyak yang pesan ini,” tutup Miya.
Editor: Fajar Sidik
Shelvi Mei Wulandari (25), pemilik bisnis Sayour yang berdiri sejak 2021 dan berlokasi di kawasan Bontang, Kalimantan Timur. Shelvi bercerita bahwa dia memiliki kebiasaan untuk memotret dan memposting makanan olahannya setiap kali memasak.
Tak menyangka, dari sana ia justru menerima banyak orderan awal. “Bertepatan dengan saat itu yang sedang lock down, beberapa pelanggan meminta untuk Sayour jual lauk pauk juga,” ujar Shelvi.
Baca juga: Meraup Cuan Bisnis Percetakan Daring pada Era Serba Digital
Kini Sayour menghadirkan variasi menu yang semakin beragam. Mulai dari aneka seafood, aneka ayam potong, aneka ikan segar, lauk pauk setengah matang (ungkep ayam, amplea, paru, perkedel, hingga bandeng presto), berbagai lauk marinasi hingga beragam lauk makanan pendamping ASI.
Dirinya menyebut beberapa menu andalah Sayour antara lain lauk pauk marinasi, ikan berbumbu hingga ayam fillet tanpa tulang. Cara Shelvi menjangkau konsumen adalah lewat pemasaran fisik dan daring. Sayour sudah memiliki satu toko fisik dan lebih jauh memanfaatkan Instagram dan WhatsApp sebagai media promosi lanjutan.
Bukan mulus, Shelvi menghadapi banyak tantangan selama bergelut dengan bisnis olahan makanan ini. Mulai dari tantangan pengiriman yang sering kali jauh lebih lama. Lebih khusus daging ikan dan ayam yang butuh waktu untuk dibekukan terlebih dahulu.
Kedua adalah persaingan dagang di wilayahnya yang semakin ramai. Ia menyebut banyak usaha sejenis yang berani melakukan gambling harga miring. Namun dirinya positif mampu konsisten dengan kualitas yang mereka miliki.
Ketiga soal permintaan konsumen yang beragam dan terkadang sulit dipenuhi karena terbatasnya tenaga dan waktu pengerjaan.
Terakhir ia menyebut paket sayur dan lauk praktis di Indonesia masih perlu dipromosikan lebih jauh karena belum terlalu familiar. Ketika merintis Sayour ia ingat bahwa tidak ada satu pun input dari media sosial terkait usaha paket sayur dan lauk praktis yang dapat menjadi inspirasinya kala itu.
“Berkali-kali trial and error, foto produk satu per satu, hingga akhirnya cerita saya merintis Sayour viral di platform Tik-Tok (1,9 M views) dan barulah banyak bermunculan usaha serupa,” ucap Shelvi.
Terlepas dari beragam rintangan, pendapatan Sayour mampu mmencapai Rp40 juta– Rp50 juta setiap bulannya. Dia menambahkan bahwa bulan puasa dan akhir pekan adalah waktu terbaik meraup orderan lauk praktis.
Enggan berpuas diri, Shelvi menyebut ke depan masih memiliki rencana untuk melakukan join-tenant dan menitipkan hasil produksi Sayour di toko-toko frozen food yang lebih besar.
Selaras, Miranty Telfiyana (33) memiliki usaha serupa bernama Dapoer Njonjamiya yang lebih fokus ke makanan matang. Didirikan sejak akhir tahun 2021, Miya menyebut ini bermula dari kegiatannya mengisi waktu luang setelah menikah.
Miya adalah wanita pekerja sebelumnya. Dia harus putar otak untuk membunuh rasa jenuh ketika dia pindah dari Jakarta ke Magelang, Jawa Tengah kala itu. Tercetuslah ide untuk belajar masak dan ini juga yang menjadi ide awal bisnis Miya. “Iseng buat Story di Instagram. Kalau aku open PO kira-kira pada mau enggak?” ternyata jawabannya ramai banget,” cerita Miya.
Hal itu menjadi kesempatan awal baginya melancarkan usaha Dapoer Njonjamiya. Namun lika-liku perjalanan membawa Miya pada pilihan untuk memberhentikan sejenak dapurnya pada 2022. Barulah sejak Desember 2024, dia mulai fokus menjalankan Dapoer Njonjamiya kembali.
Memulai usaha ini di awal, Miya mantap dengan dua menu andalannya yakni Ayam Suwir Jerit dan Tongkol Suwir Mercon dan secara bertahap menambah dua menu lain saat itu. Merasa tak cukup, debut ulangnya pada 2024 kemarin Miya langsung menambahkan total belasan menu baru untuk lini usahanya.
Adapun menu-menunya dibedakan menjadi menu dewasa dan kids. Khusus menu kids, Miya tawarkan beberapa keunggulan antara lain pilihan daging yang lebih berkualitas seperti ayam probiotik, penggunaan garam himalaya, olahan tanpa gula, pengawet, dan pewarna, terakhir tanpa campuran tepung terigu.
Menu best seller Dapoer Njonjamiya untuk kategori dewasa adalah Oseng Paru Petir dan Tongkol Suwir Mercon, Sambel Besengek Usus Ampela Pete. Sementara menu kids terlaris adalah Shrimp dan Chicken Egg Roll serta Rendang Sapi.
Miya sepenuhnya mengandalkan upaya promosi worth of mouth di media sosial melalui kenalan dan kerabatnya. “Kita belum sampai promosi fisik kaya event atau bazar begitu,” ucap Miya. Begitu juga dengan proses pengantaran yang sepenuhnya dilakukan secara daring.
Tantangan usaha Miya utamanya soal harga bahan pokok termasuk cabai yang sedang melambung tinggi saat ini. Selain itu keamanan paket makanan beku yang ia kirimkan melalui ekspedisi juga menjadi pertimbangannya sejak lama.
“Mungkin mau deket Imlek yah dan bulan Puasa jadi pada naik, terutama cabai. Selanjutnya soal treatment tiap-tiap ekspedisi terhadap paket makanan kita,” lanjutnya.
Dapor Njonjamiya menargetkan penjualan tertinggi di bulan Puasa dan Lebaran serta momen Nataru untuk raup orderan konsumen. Walau tak secara eksplisit menyebutkan estimasi omzetnya, Miya cerita bahwa satu bulan terakhir ia berhasil menjual sekitar 200 bungkus paket makanan frozen food dengan rerata harga Rp45.000 per bungkusnya.
Baca juga: Prediksi Bisnis 2025: Sektor Potensial dan Strategi Menghadapi Daya Beli yang Menurun
Miya belum lama ini juga terus melakukan ekskalasi usaha dengan tambahan menu baru di rak makanananya, yang terbaru adalah Mozarella Chicken Sausage. Ke depannya ia juga berencana bekerja sama dengan sejumlah cafe dan resto yang linear dengan produk miliknya. “Misal aku ajuin proposal ke cafe yang ada menu rice bowl, nah aku bisa supply lauknya di sana,” ucap Miya.
Soal target pasar baik Shelvi maupun Miya menyasar konsumen yang serupa. Keduanya sepakat bahwa ibu rumah tangga baik yangbekerja di luar maupun tidak serta karyawan menjadi top tier utama sasaran mereka.
“Produk yang kami jual sangat praktis dan menghemat waktu. Juga beberapa menu kami juga ala Western atau Korean food yang familiar di kalangan Milenial & gen z,” ucap Shelvi. Sementara Miya menambahkan anak kos, traveller hingga orang yang hendak mengirimkan hampers sebagai tambahan sasaran konsumenya.
“Dapoer Njonjamiya sediakan hampers yang disebut besek untuk konsumen yang hendak mengirimkan menu lauk sebagai hantaran, di christmas kemarin banyak yang pesan ini,” tutup Miya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.