Live streamer. (Sumber foto: Freepik/krakenimages.com)

Hypereport: Mengintip Dunia Profesi Streamer di Era Digital

13 January 2025   |   11:53 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Jumlah pengguna internet di dalam negeri yang terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun menjadi peluang bagi individu-individu kreatif di dalam negeri untuk meraih pundi-pundi Rupiah dengan berbagai cara. Salah satu di antaranya adalah menjadi seorang streamer dengan memanfaatkan media sosial atau platform digital yang ada.

Bagi Fandi Dwi Kunto profesi streamer di dalam negeri sangat potensial. Salah satu alasannya adalah jumlah pengguna internet dan media sosial yang begitu banyak di dalam negeri. “Jadi potensial itu memang karena kalau kita bicara data kan pengguna YouTube di Indonesia itu cukup besar,” ujarnya.

Baca juga laporan terkait:
1. Hypereport: Menilik Kondisi Pekerja dan Prospek Ekonomi Gig di Indonesia
2. Hypereport: Cerita hingga Potensi Cuan dari Profesi Content Creator

Keputusan Fandi berkecimpung sebagai streamer bermula pada pertengahan 2020. Pertemanannya dengan youtuber Luthfi Halimawan menjadi salah satu penyebab Fandi melakoni profesi ini.

Kala itu, sang teman menyarankan Fandi untuk aktif di platform digital YouTube, seperti konten dan memulainya. Dengan berbagai pertimbangan, Fandi pun memulai melalui jalur streaming melalui platform tersebut.

Meskipun sudah terbiasa tampil di depan kamera, menjadi seorang streamer bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan waktu untuk menemukan ritme dan gaya yang pas saat tampil live di depan penonton.

"Ritme dan pasarnya juga harus dipahami. Meski kita mengikuti tren atau meta yang sedang populer, menembus pasar yang lebih luas tetap menjadi tantangan besar," ujarnya.

Guna menghadapi kesulitan yang dihadapi pada awal-awal memulai, Fandi memutuskan membuat video dengan durasi pendek sebagai salah satu strategi yang dijalani guna menarik minat pengguna YouTube menyaksikan siarannya. Berbeda dengan saat ini, pada 2020-2021, YouTube belum memiliki program video short.

Selain itu, cara lainnya untuk meningkatkan penonton saat tampil secara langsung adalah mengikuti meta. Gimmick juga menjadi strategi yang dilakoni oleh pria yang kini memiliki ratusan ribu subscriber di YouTube tersebut.

“Mereka senang sesuatu yang absurd atau drama [gimmick untuk pasar Indonesia],” ujarnya. Pada saat ini, Fandi mengaku kerap memperoleh pendapatan sekitar Rp10 juta-Rp15 juta per bulan dari profesi yang dilakoninya.
 

Tidak jauh berbeda dengan Fandi, langkah Ulfah Oktaviani menjadi seorang streamer juga tidak dapat dilepaskan dari potensial pasar di Indonesia. Dia memulai karier sebagai sejak 2022. Kala itu, wanita yang semula merupakan beauty creator diminta oleh salah satu merek perawatan kulit untuk melakukan stream produk dengan bayaran per jam ditambah bonus penjualan.

Kesempatan itu tidak disia-siakan dan menerima tawaran yang diberikan. Setelah itu, dia melihat bahwa profesi sebagai streamer sangat menjanjikan lantaran persaingan masih sangat sedikit, sehingga penjualan produk bisa maksimal.

Meskipun begitu, kegiatan melakoni profesi sebagai seorang streamer tidak semudah kamera menyala dan langsung tampil live. Ada strategi yang dijalani sebelum tampil agar dapat menarik penonton ketika kamera menyala dan tampil langsung.

Langkah pertama adalah membuat outline atau skrip terlebih dahulu tentang bahasan yang akan disajikan kepada para penonton. Setelah itu, promosi ke para followers dan audiens juga tidak luput dari salah satu strategi yang dijalankan. Dalam promosinya, dia kerap membuat video pendek yang dapat memperlihatkan produk yang hendak dibahas.

“Biasanya dibuat secara soft selling. H-1 buat video hard selling. Kemudian share ke sosial media dan video TikTok,” ujarnya.

Saat live, aktif berinteraksi dengan para penonton menjadi salah satu cara ampuh untuk menarik minat followers tetap menyaksikan penampilannya di depan kamera.

Selain strategi yang dijalankan sebelum dan saat tampil langsung, Ulfah juga harus memiliki sejumlah kemampuan agar dapat menarik audiens. Kemampuan itu adalah komunikatif, ceria, fun, responsif, dan rame atau seru.

Dengan strategi dan kemampuan tersebut, ribuan orang berkunjung ketika melakukan siaran langsung. Pada akhirnya, pundi-pundi rupiah mengalir deras ke dalam kantong. Pada saat ini, rata-rata pendapatan per bulan yang dimiliki mencapai Rp2,5 juta dengan pendapatan tertinggi yang pernah diraih mencapai Rp33 juta per bulan.

Pada saat ini, Ulfah kerap tampil langsung terkait dengan perawatan kulit dan kecantikan lantaran sesuai dengan konten yang dipilih sejak awal dan juga telah mendapatkan kepercayaan dari para pengikutnya.


Persaingan Kian Ketat

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Fandi Dwikunto (@fandidk)


Meskipun pasar streaming di Indonesia cukup besar, persaingan di industri ini semakin ketat. Beragam platform media sosial yang kini mendukung streaming langsung turut menambah tantangan, membuat pasar menjadi lebih terpecah.
Kondisi ini berbeda dibandingkan lima tahun lalu ketika YouTube masih menjadi platform utama untuk streaming.

Fandi menjelaskan bahwa banyaknya pilihan platform membuat audiens tersebar di berbagai tempat. Selain itu, saat ini sekadar mengunggah konten video tidak lagi cukup untuk menarik perhatian. Gimmick atau strategi kreatif menjadi elemen penting untuk menarik penonton selama siaran langsung.

Seperti yang diketahui, algoritma YouTube sekarang tidak lagi mendorong video seperti dulu. Ditambah lagi, jumlah saluran yang semakin banyak membuat persaingan semakin ketat.

Namun, tren ini juga membawa perubahan dalam strategi pemasaran. Brand kini lebih selektif dalam memilih streamer untuk mempromosikan produk mereka. Mereka mencari streamer dengan karakteristik spesifik, seperti kepribadian yang sesuai, jumlah pengikut yang signifikan, serta keterlibatan audiens yang tinggi.

Ulfah memiliki pandangan serupa dengan Fandi mengenai persaingan dalam dunia streaming saat ini. Menurutnya, kondisi sekarang jauh berbeda dibandingkan beberapa tahun lalu ketika ia memulai karier sebagai streamer. Dengan jumlah streamer yang semakin banyak seperti jamur di musim hujan, mempertahankan daya tarik melalui ciri khas atau personal branding menjadi kunci untuk bertahan.

“Penting untuk memiliki ciri khas agar audiens tertarik dan mampir ke siaran kita. Dengan begitu, mereka juga lebih mungkin melakukan pembelian,” ujarnya.

Untuk mengurangi tekanan persaingan, Ulfah menyarankan strategi pendekatan kepada brand yang sesuai dengan niche masing-masing streamer. “Lebih baik menjalin kerja sama dengan brand yang relevan, sehingga kita bisa dibayar per jam untuk live stream tanpa harus mengejar target penjualan,” tambahnya.

Selain itu, ia menekankan pentingnya konsistensi. Dalam dunia streaming, absen satu atau dua hari saja dapat menyebabkan penurunan jumlah penonton secara signifikan. Konsistensi adalah elemen vital untuk menjaga loyalitas audiens di tengah persaingan yang semakin ketat.

Meski memiliki potensi penghasilan yang besar, Fandi menilai profesi sebagai streamer belum bisa diandalkan dalam jangka panjang. Hal ini disebabkan oleh batasan usia kerja yang belum jelas dalam profesi ini, berbeda dengan sektor manufaktur atau industri hiburan lainnya.

Oleh karena itu, penting bagi streamer untuk memiliki sumber penghasilan lain di luar dunia streaming sebagai langkah antisipasi di masa depan.

Normally, range umurnya itu 5-10 tahunan maksimal biasanya dalam media sosial,” ujarnya.

Baca juga: Cara Melakukan In Real Life (IRL) Streaming, Cek Kelebihannya untuk Para Kreator

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Profil Carmen, Trainee SM Entertainment Asal Indonesia Segera Debut di Hearts2Hearts

BERIKUTNYA

Cek Persyaratan Beasiswa LPDP 2025

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: