Prediksi Bisnis 2025: Sektor Potensial dan Strategi Menghadapi Daya Beli yang Menurun
09 January 2025 |
08:00 WIB
Tahun 2025 menjadi periode yang penuh tantangan sekaligus peluang bagi para pelaku usaha yang siap beradaptasi dan jeli membaca tren yang berkembang. Meski terjadi pergeseran perilaku konsumen akibat menurunnya daya beli, sejumlah kebijakan dari pemerintahan baru membawa angin segar bagi para pebisnis.
Yuswohady, pengamat bisnis dan marketing dari Inventure, memprediksi langkah-langkah strategis yang akan diambil pemerintah tidak hanya berdampak pada iklim bisnis, tetapi juga membuka peluang besar bagi para pelaku usaha yang cermat membaca situasi.
Menurutnya, pada masa awal kepemimpinan, pemerintah kemungkinan akan mengambil berbagai kebijakan-kebijakan yang populis. Salah satu program yang cukup populer di adalah program makan siang gratis bagi siswa yang secara tidak langsung akan mendorong peluang bisnis di berbagai sektor.
Baca Juga: 5 Ide Bisnis Menguntungkan Jelang Perayaan Imlek 2025
Para pelaku usaha bisa menangkap berbagai peluang bisnis antara lain layanan catering khusus makanan sehat dan bergizi sesuai standar program pemerintah, produksi dan distribusi bahan pangan utama seperti sayuran, daging, telur dan lainya. Serta layanan logistik makanan dari dapur produksi ke sekolah atau titik distribusi.
"Ini peluang besar bagi pelaku usaha untuk mengambil peran dan masuk ke dalam rantai pasoknya. Karena pemerintah juga akan mendorong dan mengarahkan program ini bagi UMKM yang secara politis dinilai cukup seksi," ungkap Yuswohady.
Selain itu, pemerintah juga akan berfokus pada kemandirian pangan melalui swasembada pertanian, yang dapat menciptakan peluang besar untuk berbagai bisnis pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, dan juga rantai pasoknya.
Beberapa ide bisnis yang bisa diterapkan antara lain smart farming dengan IoT atau drone untuk meningkatkan produktivitas, perkebunan tanaman bioenergi, peternakan terpadu berbasis bioenergi, hingga pengembangan logistik rantai dingin untuk distribusi hasil pertanian.
Komitmen pemerintah terhadap ketahanan energi dan energi ramah lingkungan seperti biomassa juga membuka jalan untuk pengembangan bisnis energi surya, angin, dan kendaraan listrik. “Bisnis di sektor renewable energy ini akan menarik di tahun 2025,” ucapnya.
Tak hanya itu, program ambisius pemerintah membangun 3 juta rumah per tahun untuk kelas menengah ke bawah juga akan menciptakan peluang baru khususnya di sektor properti dan konstruksi. Entrepreneur yang bergerak di bidang ini dapat memanfaatkan kebutuhan akan material bangunan, teknologi konstruksi, hingga layanan terkait.
Industri kecantikan, terutama skincare, terus melaju kencang. Peluang besar terbuka bagi merek-merek lokal yang menawarkan produk berkualitas tinggi dengan harga terjangkau. Kosmetik yang mengedepankan isu sustainable, vegan & cruelty free juga cukup menarik termasuk personalisasi skincare berbasis AI.
Selain itu, Yuswohady juga menyoroti tren gaya hidup sehat yang membuka jalan bagi bisnis makanan sehat, kebugaran, dan layanan kesehatan mental. Dengan meningkatnya kesadaran generasi muda terhadap kesehatan fisik dan mental, pelaku usaha yang menghadirkan solusi inovatif di sektor ini akan menjadi pemain kunci.
Tahun 2025 diprediksi menjadi era keemasan bagi bisnis berbasis kecerdasan buatan (AI). Setelah ChatGPT memukau dunia, teknologi ini mulai diaplikasikan dalam berbagai sektor bisnis.
Pria yang juga menjabat sebagai Managing Partner Inventure ini percaya, startup berbasis layanan yang digerakkan AI akan bermunculan. “Kapitalisasi pasar berbasis AI akan semakin besar, membuka jalan bagi entrepreneur yang siap berinovasi,” ucapnya.
Di tengah peluang yang terbuka lebar, para pelaku usaha juga dihadapkan pada tantangan yang cukup besar. Salah satunya adalah menurunnya daya beli kelas menengah sejak 2018. “Kelas menengah di Indonesia turun dari 41 persen menjadi 37 persen, dan ini berdampak sistemik pada semua sektor bisnis,” ujar Yuswohady.
Persaingan dengan produk China yang menawarkan "affordable quality" juga menjadi tantangan besar yang cukup mematikan. Affordable quality adalah ketika produk yang ditawarkan tersebut memiliki kualitas sama atau lebih tinggi dari pesaing tetapi harga yang ditawarkan lebih terjangkau.
Misalnya saja, produk seperti Mixue, Wuling, hingga brand fesyen China yang membanjiri pasar dengan harga bersaing dan kualitas yang tidak kalah.
Namun, Yuswohady melihat peluang dari tantangan tersebut. Sebab, affordable quality juga ditawarkan oleh para pemain lokal seperti brand-brand indie UKM yang menjamur di skincare, adanya warung Madura dan lainnya. “Pada tahun 2025, konsep value affordable quality ini akan menjadi tren besar dan merupakan senjata pembunuh pesaing,” tuturnya.
Agar brand lokal tetap bisa bersaing dengan produk China yang sama-sama menawarkan konsep serupa, maka pemain lokal harus fokus mengembangka produk dengan sentuhan keunikan budaya Indonesia sehingga dapat menjadi pembeda yang kuat di pasar dengan produk China yang membanjiri.
Strategi lainnya yang dapat dilakukan oleh pelaku usaha dengan adanya berbagai tantangan tersebut adalah dengan melakukan adaptasi produk misalnya dengan menciptakan sub-brand atau produk dalam kemasan kecil sehingga bisa menjangkau segmen calon kelas menengah yang sedang berkembang.
Untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing, perlu juga berinvestasi pada teknologi AI atau kolaborasi dengan startup berbasis teknologi. Selain itu juga ikut serta dalam program pemerintah seperti pengadaan barang atau rantai pasok untuk sektor strategis.
“Entrepreneur yang memahami dinamika ini akan menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia di era pemerintahan baru,” tutup Yuswohady.
Baca Juga: Bisnis Makanan Sehat Menjamur, Segini Nilai Potensi Pasarnya di Indonesia
Editor: M. Taufikul Basari
Yuswohady, pengamat bisnis dan marketing dari Inventure, memprediksi langkah-langkah strategis yang akan diambil pemerintah tidak hanya berdampak pada iklim bisnis, tetapi juga membuka peluang besar bagi para pelaku usaha yang cermat membaca situasi.
Menurutnya, pada masa awal kepemimpinan, pemerintah kemungkinan akan mengambil berbagai kebijakan-kebijakan yang populis. Salah satu program yang cukup populer di adalah program makan siang gratis bagi siswa yang secara tidak langsung akan mendorong peluang bisnis di berbagai sektor.
Baca Juga: 5 Ide Bisnis Menguntungkan Jelang Perayaan Imlek 2025
Para pelaku usaha bisa menangkap berbagai peluang bisnis antara lain layanan catering khusus makanan sehat dan bergizi sesuai standar program pemerintah, produksi dan distribusi bahan pangan utama seperti sayuran, daging, telur dan lainya. Serta layanan logistik makanan dari dapur produksi ke sekolah atau titik distribusi.
"Ini peluang besar bagi pelaku usaha untuk mengambil peran dan masuk ke dalam rantai pasoknya. Karena pemerintah juga akan mendorong dan mengarahkan program ini bagi UMKM yang secara politis dinilai cukup seksi," ungkap Yuswohady.
Selain itu, pemerintah juga akan berfokus pada kemandirian pangan melalui swasembada pertanian, yang dapat menciptakan peluang besar untuk berbagai bisnis pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, dan juga rantai pasoknya.
Bisnis Smart Farming
Beberapa ide bisnis yang bisa diterapkan antara lain smart farming dengan IoT atau drone untuk meningkatkan produktivitas, perkebunan tanaman bioenergi, peternakan terpadu berbasis bioenergi, hingga pengembangan logistik rantai dingin untuk distribusi hasil pertanian.
Komitmen pemerintah terhadap ketahanan energi dan energi ramah lingkungan seperti biomassa juga membuka jalan untuk pengembangan bisnis energi surya, angin, dan kendaraan listrik. “Bisnis di sektor renewable energy ini akan menarik di tahun 2025,” ucapnya.
Tak hanya itu, program ambisius pemerintah membangun 3 juta rumah per tahun untuk kelas menengah ke bawah juga akan menciptakan peluang baru khususnya di sektor properti dan konstruksi. Entrepreneur yang bergerak di bidang ini dapat memanfaatkan kebutuhan akan material bangunan, teknologi konstruksi, hingga layanan terkait.
Gaya Hidup Sehat
Industri kecantikan, terutama skincare, terus melaju kencang. Peluang besar terbuka bagi merek-merek lokal yang menawarkan produk berkualitas tinggi dengan harga terjangkau. Kosmetik yang mengedepankan isu sustainable, vegan & cruelty free juga cukup menarik termasuk personalisasi skincare berbasis AI.
Selain itu, Yuswohady juga menyoroti tren gaya hidup sehat yang membuka jalan bagi bisnis makanan sehat, kebugaran, dan layanan kesehatan mental. Dengan meningkatnya kesadaran generasi muda terhadap kesehatan fisik dan mental, pelaku usaha yang menghadirkan solusi inovatif di sektor ini akan menjadi pemain kunci.
Tahun 2025 diprediksi menjadi era keemasan bagi bisnis berbasis kecerdasan buatan (AI). Setelah ChatGPT memukau dunia, teknologi ini mulai diaplikasikan dalam berbagai sektor bisnis.
Pria yang juga menjabat sebagai Managing Partner Inventure ini percaya, startup berbasis layanan yang digerakkan AI akan bermunculan. “Kapitalisasi pasar berbasis AI akan semakin besar, membuka jalan bagi entrepreneur yang siap berinovasi,” ucapnya.
Produk China & Tantangan Daya Beli
Di tengah peluang yang terbuka lebar, para pelaku usaha juga dihadapkan pada tantangan yang cukup besar. Salah satunya adalah menurunnya daya beli kelas menengah sejak 2018. “Kelas menengah di Indonesia turun dari 41 persen menjadi 37 persen, dan ini berdampak sistemik pada semua sektor bisnis,” ujar Yuswohady.
Persaingan dengan produk China yang menawarkan "affordable quality" juga menjadi tantangan besar yang cukup mematikan. Affordable quality adalah ketika produk yang ditawarkan tersebut memiliki kualitas sama atau lebih tinggi dari pesaing tetapi harga yang ditawarkan lebih terjangkau.
Misalnya saja, produk seperti Mixue, Wuling, hingga brand fesyen China yang membanjiri pasar dengan harga bersaing dan kualitas yang tidak kalah.
Namun, Yuswohady melihat peluang dari tantangan tersebut. Sebab, affordable quality juga ditawarkan oleh para pemain lokal seperti brand-brand indie UKM yang menjamur di skincare, adanya warung Madura dan lainnya. “Pada tahun 2025, konsep value affordable quality ini akan menjadi tren besar dan merupakan senjata pembunuh pesaing,” tuturnya.
Agar brand lokal tetap bisa bersaing dengan produk China yang sama-sama menawarkan konsep serupa, maka pemain lokal harus fokus mengembangka produk dengan sentuhan keunikan budaya Indonesia sehingga dapat menjadi pembeda yang kuat di pasar dengan produk China yang membanjiri.
Strategi lainnya yang dapat dilakukan oleh pelaku usaha dengan adanya berbagai tantangan tersebut adalah dengan melakukan adaptasi produk misalnya dengan menciptakan sub-brand atau produk dalam kemasan kecil sehingga bisa menjangkau segmen calon kelas menengah yang sedang berkembang.
Untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing, perlu juga berinvestasi pada teknologi AI atau kolaborasi dengan startup berbasis teknologi. Selain itu juga ikut serta dalam program pemerintah seperti pengadaan barang atau rantai pasok untuk sektor strategis.
“Entrepreneur yang memahami dinamika ini akan menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia di era pemerintahan baru,” tutup Yuswohady.
Baca Juga: Bisnis Makanan Sehat Menjamur, Segini Nilai Potensi Pasarnya di Indonesia
Editor: M. Taufikul Basari
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.