Suasana gladi resik pameran Kasih di Hall Hotel Neo Kebayoran (sumber gambar: Hypeabis.id/Prasetyo Agung Ginanjar)

Seniman Yusuf Susilo Hartono & Budhi Brassco Siap Gelar Pameran Kasih 

16 January 2025   |   14:30 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Seniman Yusuf Susilo Hartono dan penekun kriya logam Budhi Brassco, siap menggelar pameran duo bertajuk Kasih di Hall Hotel Neo Kebayoran. Menggabungkan seni lukis dan kriya, seteleng ini akan berlangsung pada 16-18 Januari 2025.

Tajuk Kasih dipilih untuk merefleksikan karut marut dunia yang dilanda perang, bencana alam, dan krisis iklim di muka bumi. Semua itu terejawantah dalam sketsa, lukisan, dan kriya dengan berbagai medium, baik tinta, akrilik, oil pastel, dan lembar kuningan.

Baca juga: Merekam Transformasi Budaya Melalui Karya Seni di Pameran Yusuf Susilo Hartono

Yusuf mengungkap, ihwal dihelatnya pameran ini bertujuan untuk mengajak publik kembali merenungkan tentang makna kata kasih. Menurutnya, kasih bukan hanya kata sifat, tapi juga kerja yang diperjuangkan, yang berasal dari bahasa Ibrani, 'ahev', atau Yunani 'agape'.

Berbeda dari pameran tunggal sebelumnya di Museum Nasional, Yusuf kali ini lebih banyak mengeksplorasi sketsa. Senarai tematik Kasih, itu dieksplorasi dalam berbagai konteks, seperti patriotisme, lingkungan, hubungan ibu dengan anak lewat medium tradisi, dan masih banyak lagi.

"Dari segi judul saya membawa 23 karya, tapi kalau secara keseluruhan ada 38 karya karena ada lukisan series di dalamnya. Tema kasih ini juga masih bersinggungan dengan karya-karya saya sebelumnya," papar seniman sekaligus jurnalis itu. 
 
 

Selaras, Budhi Brassco mengatakan, ekshibisi ini memang ingin mengeksplorasi tajuk Kasih dalam berbagai bidang, termasuk kriya. Seniman asal Cirebon, itu mengungkap tema tersebut akan diaplikasikan dalam berbagai bentuk visual, mulai dari hubungan manusia dengan alam, liyan, simbol, dan kekayaan budaya.

Dia menjelaskan, karya-karyanya akan menampilkan objek kriya logam kuningan, seperti relief, yang menghubungkan tema kasih dengan binatang dan lingkungan hidup sebagai simbol (ikan, burung merak, macan, naga), kebudayaan (Borobudur, batik, dan kereta api), dan masih banyak lagi.

"Ada beberapa simbolik-simbolik tentang kasih, misalkan seperti ikan, sepasang merak, dan yang lain. Pada pameran ini saya juga membuat tujuh manifes baru yang mengeksplorasi tajuk tersebut," kata Budhi Brassco yang untuk pertama kalinya ikut pameran seni di luar pameran kerajinan itu.

Kurator Anna Sungkar mengatakan, simbol-simbol dalam seni memang memungkinkan manusia untuk menyampaikan ide, nilai, atau cerita kepada orang lain, baik di masa kini maupun masa depan. Momen inilah yang juga terefleksi lewat pameran duo ini, meskipun berbeda material dan pendekatan. 

Anna menjelaskan, seni memang memberikan medium bagi manusia untuk mengekspresikan emosi, pengalaman, dan perasaan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Dalam seni, manusia juga dapat mencurahkan kebahagiaan, kesedihan, kegelisahan, atau harapan yang umumnya bisa dirasakan sebagai ingatan kolektif.

"Dalam dunia yang sering kali terlalu fokus pada uang dan materi, pameran ini menjadi penting, karena Yusuf Susilo Hartono dan Budhi Brassco telah menunjukkan bahwa ada hal-hal dalam hidup yang lebih berharga daripada hal yang material," katanya.

Yusuf Susilo Hartono (66), adalah seniman yang aktif berkarya sejak 1980, di Bojonegoro , Jawa Timur. Syahdan pada 1987, dia memutuskan untuk hijrah ke Jakarta untuk bekerja sebagai jurnalis dan berkesenian. Karya-karyanya telah dipamerkan di Galeri Nasional, Museum Nasional, Taman Ismail Marzuki, Balai Budaya, dan Bentara Budaya Jakarta.

Sementara itu, Budhi Brassco (48), berkarya dan tinggal di Cirebon, Jawa Barat. Sejak 2000, memulai karier dan pewaris Seni Lukis Relief Logam yang ditekuni keluarga dan ayahnya sejak 1980-an. Tahun 2007, dia mendirikan dan menjadi owner Brassco Gallery di Cirebon, dengan merekrut anak-anak putus sekolah untuk dilatih menjadi pekerja kreatif. 

Baca juga: Lebih dari 200 Karya Yusuf Susilo Hartono akan dipamerkan di Museum Nasional

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Glodok Dilalap Si Jago Merah, Ini Sejarah Pusat Bisnis & Pecinan Terbesar di Jakarta Itu

BERIKUTNYA

8 Penulis Dunia Paling Terkenal Sepanjang Masa, Ernest Hemingway hingga Agatha Christie

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: