Merekam Transformasi Budaya Melalui Karya Seni di Pameran Yusuf Susilo Hartono
13 November 2022 |
21:28 WIB
Seniman Yusuf Susilo Hartono adalah 'saksi kunci' dalam transformasi kebudayaan di Indonesia. Perupa asal Bojonegoro, Jawa Timur itu sudah mulai bergulat dengan berbagai media seni lukis semenjak era Orde Baru, masa awal Reformasi, hingga pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Hal itu tecermin dalam karya-karya pilihannya yang dipamerkan di Museum Nasional Jakarta yang berlangsung pada 9-13 November 2022. Mengangkat tajuk Among Jiwo: Retrospeksi 40 Tahun Berkarya, pameran ini merupakan bentuk rasa syukur Yusuf Susilo Hartono sebagai perupa, jurnalis, sekaligus penyair.
Baca juga: Lebih dari 200 Karya Yusuf Susilo Hartono Dipamerkan di Museum Nasional
Beberapa karya yang bisa disimak adalah potret tokoh politik yang menyergap mata saat memasuki ruang pamer. Pengunjung akan disuguhi lukisan Pangeran Biru (mix media on canvas 140 X 149 cm, 2022) yang menggambarkan potret Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam transformasi burung merak.
Ada juga potret Mega-Jokowi (acrylic on canvas 200 X 140 cm, 2014) yang digambarkan seperti Buraq. Karena kelihaiannya, mantan Wali Kota Solo itu melesat dari Gubernur DKI Jakarta, ke takhta Presiden RI. Tentu saja dalam karya itu dilukiskan karena 'kesaktian' Megawati.
Pada bagian paling kanan juga tampak potret Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang sedang menunggang kuda dengan baju safarinya yang khas, bertajuk Capres Prabowo Subianto (repro on canvas, 140 X 140 cm, 2014).
Menurut Yusuf Susilo Hartono, tokoh-tokoh tersebut adalah orang yang memiliki peran penting dalam menentukan nasib rakyat.
"Karena sebentar lagi memasuki tahun pemilu, pameran saya juga harus punya konteks. Dua karya tersebut sudah saya pamerkan di Galnas, tapi yang terbaru saya tambah lukisan pak Anies, karena baru saja dia mencalonkan [capres]," paparnyasaat ditemui Hypeabis.id saat pembukaan pameran, Rabu (9/11/2022).
Yusuf menjelaskan pameran itu tak hanya merekam transformasi kebudayaan dan wacana sosial saja. Tapi mewakili rasa "rewes" yang berarti perhatian, kepekaan, dan kepeduliannya terhadap situasi dan dinamika yang terjadi di Tanah Air. Medium yang dipakai pun beragam, mulai dari pensil, tinta, cat akrilik, kopi, hingga tanah.
Baca juga: Seniman Naufal Abshar Siap Pameran Tunggal Lewat Tajuk Flash, Pow, Bham!
“Dalam arti mencari ke dalam diri sendiri. Maka, Among Jiwo itulah ngedan versi saya, sebagai metode berpikir, merasa, dan [melakukan] kerja-kerja kreatif, khususnya di [bidang] seni rupa, sastra, dan jurnalistik,” terang Yusuf.
Dokumentasi Sejarah
Kurator pameran, Anna Sungkar mengatakan, karya lukisan dan sketsa Yusuf merupakan catatan perjalanan hidup, kesan, renungan, dan respon sang seniman terhadap masalah sosial. Tak heran bila karya yang dipamerkan banyak yang merekam kejadian-kejadian bersejarah di Tanah Air.
Hal ini bisa disimak dalam tiga among esensi yang terbagi dalam sembilan zona. Meliputi zona Reformasi Demokrasi, Seni, Religiusitas, Alam, Kuno-Kini, Mancanegara, Keluarga & Tanah Asal, Perempuan, serta Covid-19. Total, terdapat 270 karya yang dipajang dalam pameran itu.
Di dalam Among Reformasi Demokrasi misalnya, Yusuf melukis wajah mantan presiden Amerika, Barack Obama yang tengah menjadi orang Jawa. Bergerak ke arah kanan dipajang juga sketsa-sketsanya yang merekam kejadian reformasi 1998.
"Sketsa-sketsa YSH mencatat banyak kegiatan yang berhubungan dengan demonstrasi mahasiswa saat menurunkan Suharto. Hal inilah yang menjadikan karya-karya Mas Yusuf sebagai catatan dokumentasi sejarah," papar Anna.
Adapun pada Among keluarga & Tanah Asal, di bagian ini terdapat karya yang menggambarkan lanskap Bojonegoro, kota kelahiran sang seniman. Salah satu karya yang menarik adalah Senyum Ibuku (1985) dan sektsa Ayahku yang Keras Kepala (2006).
Dengan menggambarkan karakter lewat medium yang berbeda Yusuf menggurat gambar sosok ayahnya yang mengenakan blangkon dengan ketegasan guratan pensil. Adapun, untuk menggambarkan watak ibunya yang pendiam YSH menggunakan material crayon, sehingga menampilkan kekontrasan yang nyata dengan karya sebelumnya.
Di bagian lain, pada Among Covid-19, Yusuf juga menggambar sosok-sosok manusia yang tengah memegang hati berwarna merah dan kepalanya yang diubah seperti penampakan virus. Menurut Anna, hal ini juga menjadi respon sang seniman saat terjadi pandemi secara global.
Tak hanya lukisan, pameran Among Jiwo juga menyajikan karya sastra, instalasi, dan memorabilia yang menemani kerja kreatif YSH selama lima windu terakhir. Artefak itu terdiri dari mesin tik tua, kamera manual, tape recorder, pager, telepon genggam, manuskrip puisi, ID Card, dan buku.
Editor: Fajar Sidik
Hal itu tecermin dalam karya-karya pilihannya yang dipamerkan di Museum Nasional Jakarta yang berlangsung pada 9-13 November 2022. Mengangkat tajuk Among Jiwo: Retrospeksi 40 Tahun Berkarya, pameran ini merupakan bentuk rasa syukur Yusuf Susilo Hartono sebagai perupa, jurnalis, sekaligus penyair.
Baca juga: Lebih dari 200 Karya Yusuf Susilo Hartono Dipamerkan di Museum Nasional
Beberapa karya yang bisa disimak adalah potret tokoh politik yang menyergap mata saat memasuki ruang pamer. Pengunjung akan disuguhi lukisan Pangeran Biru (mix media on canvas 140 X 149 cm, 2022) yang menggambarkan potret Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam transformasi burung merak.
Tiga karya Yusuf Susilo Hartono dalam pameran Among Jiwo (sumber gambar Hypeabis.id/ Prasetyo Agung)
Ada juga potret Mega-Jokowi (acrylic on canvas 200 X 140 cm, 2014) yang digambarkan seperti Buraq. Karena kelihaiannya, mantan Wali Kota Solo itu melesat dari Gubernur DKI Jakarta, ke takhta Presiden RI. Tentu saja dalam karya itu dilukiskan karena 'kesaktian' Megawati.
Pada bagian paling kanan juga tampak potret Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang sedang menunggang kuda dengan baju safarinya yang khas, bertajuk Capres Prabowo Subianto (repro on canvas, 140 X 140 cm, 2014).
Menurut Yusuf Susilo Hartono, tokoh-tokoh tersebut adalah orang yang memiliki peran penting dalam menentukan nasib rakyat.
"Karena sebentar lagi memasuki tahun pemilu, pameran saya juga harus punya konteks. Dua karya tersebut sudah saya pamerkan di Galnas, tapi yang terbaru saya tambah lukisan pak Anies, karena baru saja dia mencalonkan [capres]," paparnyasaat ditemui Hypeabis.id saat pembukaan pameran, Rabu (9/11/2022).
Yusuf menjelaskan pameran itu tak hanya merekam transformasi kebudayaan dan wacana sosial saja. Tapi mewakili rasa "rewes" yang berarti perhatian, kepekaan, dan kepeduliannya terhadap situasi dan dinamika yang terjadi di Tanah Air. Medium yang dipakai pun beragam, mulai dari pensil, tinta, cat akrilik, kopi, hingga tanah.
Baca juga: Seniman Naufal Abshar Siap Pameran Tunggal Lewat Tajuk Flash, Pow, Bham!
“Dalam arti mencari ke dalam diri sendiri. Maka, Among Jiwo itulah ngedan versi saya, sebagai metode berpikir, merasa, dan [melakukan] kerja-kerja kreatif, khususnya di [bidang] seni rupa, sastra, dan jurnalistik,” terang Yusuf.
Dokumentasi Sejarah
Kurator pameran, Anna Sungkar mengatakan, karya lukisan dan sketsa Yusuf merupakan catatan perjalanan hidup, kesan, renungan, dan respon sang seniman terhadap masalah sosial. Tak heran bila karya yang dipamerkan banyak yang merekam kejadian-kejadian bersejarah di Tanah Air.
Hal ini bisa disimak dalam tiga among esensi yang terbagi dalam sembilan zona. Meliputi zona Reformasi Demokrasi, Seni, Religiusitas, Alam, Kuno-Kini, Mancanegara, Keluarga & Tanah Asal, Perempuan, serta Covid-19. Total, terdapat 270 karya yang dipajang dalam pameran itu.
Di dalam Among Reformasi Demokrasi misalnya, Yusuf melukis wajah mantan presiden Amerika, Barack Obama yang tengah menjadi orang Jawa. Bergerak ke arah kanan dipajang juga sketsa-sketsanya yang merekam kejadian reformasi 1998.
"Sketsa-sketsa YSH mencatat banyak kegiatan yang berhubungan dengan demonstrasi mahasiswa saat menurunkan Suharto. Hal inilah yang menjadikan karya-karya Mas Yusuf sebagai catatan dokumentasi sejarah," papar Anna.
Adapun pada Among keluarga & Tanah Asal, di bagian ini terdapat karya yang menggambarkan lanskap Bojonegoro, kota kelahiran sang seniman. Salah satu karya yang menarik adalah Senyum Ibuku (1985) dan sektsa Ayahku yang Keras Kepala (2006).
Karya YSH Senyum Ibuku (1985) dan sektsa Ayahku yang Keras Kepala (2006). Sumber gambar (dokumentasi pribadi seniman)
Dengan menggambarkan karakter lewat medium yang berbeda Yusuf menggurat gambar sosok ayahnya yang mengenakan blangkon dengan ketegasan guratan pensil. Adapun, untuk menggambarkan watak ibunya yang pendiam YSH menggunakan material crayon, sehingga menampilkan kekontrasan yang nyata dengan karya sebelumnya.
Di bagian lain, pada Among Covid-19, Yusuf juga menggambar sosok-sosok manusia yang tengah memegang hati berwarna merah dan kepalanya yang diubah seperti penampakan virus. Menurut Anna, hal ini juga menjadi respon sang seniman saat terjadi pandemi secara global.
Tak hanya lukisan, pameran Among Jiwo juga menyajikan karya sastra, instalasi, dan memorabilia yang menemani kerja kreatif YSH selama lima windu terakhir. Artefak itu terdiri dari mesin tik tua, kamera manual, tape recorder, pager, telepon genggam, manuskrip puisi, ID Card, dan buku.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.