Komposer Mikhael Ubah Notasi G-E-D-E Jadi Latar Musik di Film Petaka Gunung Gede
08 January 2025 |
14:43 WIB
Komposer Mikhael Alpha Beltsazar punya cara unik ketika meracik musik di film Petaka Gunung Gede. Dalam film produksi Stravision tersebut, dirinya mencoba melakukan pendekatan berbeda sehingga musik di dalam film horor tidak sekadar menyeramkan, tetapi juga berkonsep.
Mikhael mengatakan film Petaka Gunung Gede memiliki layer emosi yang cukup kompleks. Sebab, selain menonjolkan sisi horor, elemen drama di film tersebut juga sebenarnya cukup mendominasi.
Baca juga: Film Petaka Gunung Gede, Bawa Kisah Misteri di Balik Mitos Pendakian
“Awalnya saya mendapat arahan dari Pak Parwez dan Mas Kinoi. Mereka menginginkan musik dengan elemen drama dan suspense, tetapi di sisi lain mesti punya elemen naturalnya juga,” ungkapnya di Jakarta, Selasa (7/1/2025).
Mikhael kemudian mulai meramu musik di film tersebut dengan berbagai bebunyian. Namun, musik tema di film ini akan didominasi oleh instrumen piano. Menurutnya, piano termasuk salah satu instrumen yang mudah melebur ke berbagai bentuk emosi.
Hal menariknya, Mikhael kemudian menantang diri untuk membuat konsep musik mengikuti judul filmnya. Sepanjang film ini berjalan, notasi yang dipakai hanyalah G-E-D-E saja.
“Ya, dari piano itu, saya hanya menggunakan empat notasi tersebut. Jadi, cukup menarik, karena kalau di baca kan jadi G-E-D-E, sesuai dengan judulnya,” imbuhnya.
Mikhael menyebut menemukan konsep penggunaan empat notasi tersebut sebenarnya cukup sederhana. Ketika tahu judul filmnya apa, dia langsung tertarik dengan kata gunung Gede-nya.
Kata itu, yang memang ada di dalam notasi, kemudian dipakainya untuk meramu musik di film tersebut. Dalam perkembangannya, empat notasi itu akan disuguhkan dengan struktur yang beragam, menyesuaikan adegan yang terjadi di filmnya.
Film Petaka Gunung Gede disutradarai oleh Azhar Kinoi Lubis. Ini akan jadi film horor kesekian, setelah terakhir sukses dengan judul Di Ambang Kematian. Dalam film ini, Kinoi menggandeng Upi sebagai penulis skenarionya.
Film yang diproduseri oleh Chand Parwez ini akan bercerita tentang dua sahabat, yakni Maya dan Ita, yang tengah melakukan pendakian ke gunung Gede. Dalam pendakian tersebut, rombongan mereka mengalami berbagai kejadian misterius dan penuh teror.
Sepulang dari pendakian, Ita diketahui meninggal dunia. Banyak yang menyalahkan Ita karena dianggap melanggar mitos di gunung saat melakukan pendakian tersebut. Namun, Maya merasa ada sesuatu yang lebih janggal.
Kematian Ita pun menyisakan banyak misteri. Maya merasa ada sesuatu hal yang lebih besar dari mitos yang membuat sahabatnya celaka. Dia pun berusaha untuk mencari jawabannya.
Cerita tentang pendakian gunung Gede ini merupakan kisah nyata yang terjadi pada 2007. Maya, sebagai saksi hidup cerita ini, pernah menceritakan kejadiannya di sebuah podcast yang kini telah ditonton lebih dari 15 juta kali.
Namun, menurut Maya, isi podcast tersebut belum selesai. Sebab, pihak keluarga kala itu masih tak ingin membagikan penyebab Ita meninggal. Kini, setelah 17 tahun, kisahnya akan terungkap dalam film ini.
Produser Chand Parwez menambahkan film Petaka Gunung Gede mengatakanfilm ini pun bakal memiliki layer emosi yang menarik. Selain akan memancing ketegangan dengan atmosfer horor di sebuah pendakian gunung, film ini pun bakal menyuguhkan sisi keharuan.
Tayang pada Februari mendatang, yang dikenal sebagai bulan kasih sayang, dirinya ingin menawarkan sisi lain dari cinta. Tidak hanya untuk kekasih, tetapi juga sahabat.
Film ini akan dibintangi oleh aktor dan aktris muda berbakat, seperti Arla Ailani sebagai Maya, Adzana Ashel sebagai Ita, Endy Arfian sebagai Ale, Raihan Khan sebagai Indra, Moh. Iqbal Sulaiman sebagai Ucup, Razan Zu sebagai Yadi, dan Jeremie Moeremans sebagai Akri.
Film Petaka Gunung Gede dijadwalkan tayang di bioskop pada 6 Februari 2025.
Baca juga: 4 Fakta yang Terungkap di Trailer Film Petaka Gunung Gede
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Mikhael mengatakan film Petaka Gunung Gede memiliki layer emosi yang cukup kompleks. Sebab, selain menonjolkan sisi horor, elemen drama di film tersebut juga sebenarnya cukup mendominasi.
Baca juga: Film Petaka Gunung Gede, Bawa Kisah Misteri di Balik Mitos Pendakian
“Awalnya saya mendapat arahan dari Pak Parwez dan Mas Kinoi. Mereka menginginkan musik dengan elemen drama dan suspense, tetapi di sisi lain mesti punya elemen naturalnya juga,” ungkapnya di Jakarta, Selasa (7/1/2025).
Mikhael kemudian mulai meramu musik di film tersebut dengan berbagai bebunyian. Namun, musik tema di film ini akan didominasi oleh instrumen piano. Menurutnya, piano termasuk salah satu instrumen yang mudah melebur ke berbagai bentuk emosi.
Hal menariknya, Mikhael kemudian menantang diri untuk membuat konsep musik mengikuti judul filmnya. Sepanjang film ini berjalan, notasi yang dipakai hanyalah G-E-D-E saja.
“Ya, dari piano itu, saya hanya menggunakan empat notasi tersebut. Jadi, cukup menarik, karena kalau di baca kan jadi G-E-D-E, sesuai dengan judulnya,” imbuhnya.
Mikhael menyebut menemukan konsep penggunaan empat notasi tersebut sebenarnya cukup sederhana. Ketika tahu judul filmnya apa, dia langsung tertarik dengan kata gunung Gede-nya.
Kata itu, yang memang ada di dalam notasi, kemudian dipakainya untuk meramu musik di film tersebut. Dalam perkembangannya, empat notasi itu akan disuguhkan dengan struktur yang beragam, menyesuaikan adegan yang terjadi di filmnya.
Film Petaka Gunung Gede disutradarai oleh Azhar Kinoi Lubis. Ini akan jadi film horor kesekian, setelah terakhir sukses dengan judul Di Ambang Kematian. Dalam film ini, Kinoi menggandeng Upi sebagai penulis skenarionya.
Film yang diproduseri oleh Chand Parwez ini akan bercerita tentang dua sahabat, yakni Maya dan Ita, yang tengah melakukan pendakian ke gunung Gede. Dalam pendakian tersebut, rombongan mereka mengalami berbagai kejadian misterius dan penuh teror.
Sepulang dari pendakian, Ita diketahui meninggal dunia. Banyak yang menyalahkan Ita karena dianggap melanggar mitos di gunung saat melakukan pendakian tersebut. Namun, Maya merasa ada sesuatu yang lebih janggal.
Kematian Ita pun menyisakan banyak misteri. Maya merasa ada sesuatu hal yang lebih besar dari mitos yang membuat sahabatnya celaka. Dia pun berusaha untuk mencari jawabannya.
Cerita tentang pendakian gunung Gede ini merupakan kisah nyata yang terjadi pada 2007. Maya, sebagai saksi hidup cerita ini, pernah menceritakan kejadiannya di sebuah podcast yang kini telah ditonton lebih dari 15 juta kali.
Namun, menurut Maya, isi podcast tersebut belum selesai. Sebab, pihak keluarga kala itu masih tak ingin membagikan penyebab Ita meninggal. Kini, setelah 17 tahun, kisahnya akan terungkap dalam film ini.
Produser Chand Parwez menambahkan film Petaka Gunung Gede mengatakanfilm ini pun bakal memiliki layer emosi yang menarik. Selain akan memancing ketegangan dengan atmosfer horor di sebuah pendakian gunung, film ini pun bakal menyuguhkan sisi keharuan.
Tayang pada Februari mendatang, yang dikenal sebagai bulan kasih sayang, dirinya ingin menawarkan sisi lain dari cinta. Tidak hanya untuk kekasih, tetapi juga sahabat.
Film ini akan dibintangi oleh aktor dan aktris muda berbakat, seperti Arla Ailani sebagai Maya, Adzana Ashel sebagai Ita, Endy Arfian sebagai Ale, Raihan Khan sebagai Indra, Moh. Iqbal Sulaiman sebagai Ucup, Razan Zu sebagai Yadi, dan Jeremie Moeremans sebagai Akri.
Film Petaka Gunung Gede dijadwalkan tayang di bioskop pada 6 Februari 2025.
Baca juga: 4 Fakta yang Terungkap di Trailer Film Petaka Gunung Gede
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.