Kembara Samiam dari Lisboa: Sebuah Fiksi Berbalut Sejarah
08 January 2025 |
10:14 WIB
Prasetyo Agung Ginanjar
Jurnalis Hypeabis.id
Narasi novel dengan tema sejarah selalu memberi pengalaman berdampak bagi pembaca. Alih-alih hanya mendapat katarsis dari konflik antarkarakter, di dalam karya seperti ini, wawasan pembaca juga akan bertambah dari hasil riset yang dilakukan sang penulis.
Momen inilah sekiranya, yang hadir dalam novel terbaru Zaky Yamani bertajuk Perjalanan Mustahil Samiam dari Lisboa: Sepasang Elang dari Diyarbakir. Ini merupakan seri kedua avonturisme Samiam Nogueira, karakter utama dalam novel tersebut dalam mencari tahu asal-usulnya.
Mengambil latar waktu di Eropa pada 1500-an, novel ini mengisahkan tentang catatan harian Samiam, seorang pedagang rempah asal Lisboa, Portugal. Kisah Samiam, ditulis ulang oleh Profesor Barend Hendrik van Laar, setelah menemukan tiga buku antik mengenai perjalanan persona utama itu mengarungi dunia.
Berbeda dari seri pertamanya, dalam seri ini, pembaca diajak untuk mendedah perjalanan Samiam dalam mencari Bianca, sang istri di Timur Tengah. Sebelumnya, mereka terlibat dalam sebuah organisasi bawah tanah bernama Porto de Graal, yang berusaha meruntuhkan tahta suci kekristenan, dengan misi membunuh Paus.
Baca juga: Eka Kurniawan Rayakan Dua Dekade Novel Lelaki Harimau dengan Cover dan Cerpen Baru
Syahdan, setelah misi tersebut gagal, Samiam dan Bianca terpisah di Konstantinopel setelah mereka dijual menjadi budak. Samiam dijual pada seorang syekh asal Arab, sementara Bianca, dan ayahnya dijual kepada agen rahasia Konstantinopel, yang berusaha menghancurkan kekaisaran Safavid, di Iran.
Momen pencarian keduanya inilah yang menjadi pengikat cerita lewat catatan harian Samiam. Akan tetapi, siapa yang betah membaca kisah romantisme cinta setebal 350 halaman, yang tak ada kisah lain sebagai bumbu, baik sejarah, konflik, kondisi geopolitik, di baliknya? Barangkali ada, tapi jelas bukan saya.
Bumbu-bumbu yang didasarkan dari riset sejarah inilah, yang menjadi salah satu kudapan utama kisah Samiam. Di dalamnya, para pembaca akan diajak mengungkai latar belakang sejarah Islam, perang salib, kesultanan di dinasti Ottoman, hingga melihat bagaimana cara manusia hidup pada zaman tersebut yang dekat dengan alam.
Keunikan lain dari novel ini adalah sang penulis menjadikan narasi 'sejarah minor' yang belum banyak diketahui publik sebagai pengikat utama cerita. Misal, saat mengaitkannya dengan Banu Sasan, sebuah nama yang merujuk pada kelimun pengemis, penyair, bramocorah, dan masyarakat sisa-sisa pada abad ke-14 sampai ke-15 .
Namun, rincian mengenai latar belakang sejarah tersebut seolah menggiring pembaca untuk kembali membuka wawasan Sejarah Kebudayaan Islam. Apa yang dilakukan oleh Zamani tentu lumrah, tetapi sang penulis kerap terjebak pada latar situasi sejarah, alih-alih fokus pada persoalan cerita antar karakter.
Terlepas dari itu semua, novel ini cocok bagi mereka yang menggemari sejarah berbasis fiksi. Riset Zaky yang dilakukan selama menjalani residensi di Portugal pada 2017, memberi pembaca wacana baru untuk menjadikan sejarah sebagai inspirasi, atau cara yang sangkil dalam melihat masa depan.
Dirancang sebagai sebuah trilogi, petualangan Samiam memang belum berakhir. Mari nantikan bagaimana Zaky Yamani mengolah kelindan sejarah dalam dunia fiksi karakter-karakternya. Di akhir cerita, Samiam berangkat menuju ke India, apakah di sana bakal ada yang lebih menantang lagi dari kisah pengelanaannya? Mari nantikan.
Data Buku
Judul: Perjalanan Mustahil Samiam dari Lisboa: Sepasang Elang dari Diyarbakir
Penulis: Zaky Yamani
Editor: Reita Ariyanti/Karina Anjani
Ilustrasi Sampul: Varsam Kurnia
Ilustrasi Isi: Rahinna Anais Yamani
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, Juli 2024
Jumlah Halaman: 352 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN:9786020678320
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Momen inilah sekiranya, yang hadir dalam novel terbaru Zaky Yamani bertajuk Perjalanan Mustahil Samiam dari Lisboa: Sepasang Elang dari Diyarbakir. Ini merupakan seri kedua avonturisme Samiam Nogueira, karakter utama dalam novel tersebut dalam mencari tahu asal-usulnya.
Mengambil latar waktu di Eropa pada 1500-an, novel ini mengisahkan tentang catatan harian Samiam, seorang pedagang rempah asal Lisboa, Portugal. Kisah Samiam, ditulis ulang oleh Profesor Barend Hendrik van Laar, setelah menemukan tiga buku antik mengenai perjalanan persona utama itu mengarungi dunia.
Berbeda dari seri pertamanya, dalam seri ini, pembaca diajak untuk mendedah perjalanan Samiam dalam mencari Bianca, sang istri di Timur Tengah. Sebelumnya, mereka terlibat dalam sebuah organisasi bawah tanah bernama Porto de Graal, yang berusaha meruntuhkan tahta suci kekristenan, dengan misi membunuh Paus.
Baca juga: Eka Kurniawan Rayakan Dua Dekade Novel Lelaki Harimau dengan Cover dan Cerpen Baru
Syahdan, setelah misi tersebut gagal, Samiam dan Bianca terpisah di Konstantinopel setelah mereka dijual menjadi budak. Samiam dijual pada seorang syekh asal Arab, sementara Bianca, dan ayahnya dijual kepada agen rahasia Konstantinopel, yang berusaha menghancurkan kekaisaran Safavid, di Iran.
Momen pencarian keduanya inilah yang menjadi pengikat cerita lewat catatan harian Samiam. Akan tetapi, siapa yang betah membaca kisah romantisme cinta setebal 350 halaman, yang tak ada kisah lain sebagai bumbu, baik sejarah, konflik, kondisi geopolitik, di baliknya? Barangkali ada, tapi jelas bukan saya.
Bumbu-bumbu yang didasarkan dari riset sejarah inilah, yang menjadi salah satu kudapan utama kisah Samiam. Di dalamnya, para pembaca akan diajak mengungkai latar belakang sejarah Islam, perang salib, kesultanan di dinasti Ottoman, hingga melihat bagaimana cara manusia hidup pada zaman tersebut yang dekat dengan alam.
Keunikan lain dari novel ini adalah sang penulis menjadikan narasi 'sejarah minor' yang belum banyak diketahui publik sebagai pengikat utama cerita. Misal, saat mengaitkannya dengan Banu Sasan, sebuah nama yang merujuk pada kelimun pengemis, penyair, bramocorah, dan masyarakat sisa-sisa pada abad ke-14 sampai ke-15 .
Namun, rincian mengenai latar belakang sejarah tersebut seolah menggiring pembaca untuk kembali membuka wawasan Sejarah Kebudayaan Islam. Apa yang dilakukan oleh Zamani tentu lumrah, tetapi sang penulis kerap terjebak pada latar situasi sejarah, alih-alih fokus pada persoalan cerita antar karakter.
Terlepas dari itu semua, novel ini cocok bagi mereka yang menggemari sejarah berbasis fiksi. Riset Zaky yang dilakukan selama menjalani residensi di Portugal pada 2017, memberi pembaca wacana baru untuk menjadikan sejarah sebagai inspirasi, atau cara yang sangkil dalam melihat masa depan.
Dirancang sebagai sebuah trilogi, petualangan Samiam memang belum berakhir. Mari nantikan bagaimana Zaky Yamani mengolah kelindan sejarah dalam dunia fiksi karakter-karakternya. Di akhir cerita, Samiam berangkat menuju ke India, apakah di sana bakal ada yang lebih menantang lagi dari kisah pengelanaannya? Mari nantikan.
Data Buku
Judul: Perjalanan Mustahil Samiam dari Lisboa: Sepasang Elang dari Diyarbakir
Penulis: Zaky Yamani
Editor: Reita Ariyanti/Karina Anjani
Ilustrasi Sampul: Varsam Kurnia
Ilustrasi Isi: Rahinna Anais Yamani
Tahun Terbit: Cetakan Pertama, Juli 2024
Jumlah Halaman: 352 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
ISBN:9786020678320
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.