Bisnis Makanan Sehat Menjamur, Segini Nilai Potensi Pasarnya di Indonesia
06 January 2025 |
21:00 WIB
Momen pergantian tahun selalu menjadi ajang resolusi bagi masyarakat, khususnya di bidang kesehatan. Selain berolahraga untuk menurunkan berat badan, memastikan tubuh untuk mendapat asupan bernutrisi, juga menjadi upaya untuk menunjang pola hidup sehat.
Laili Syifa Himaya adalah salah satunya. Pekerja swasta itu beberapa waktu terakhir telah mengubah gaya hidupnya yang sebelumnya berantakan. Kini, jam tidur dan manajemen stresnya juga mulai mengendur, bahkan berat badannya turun 10 kilogram.
Baca juga: 7 Makanan Sehat untuk Menutrisi Kulit dari Dalam Tubuh
Bukan tanpa sebab, semua hal itu terjadi padanya. Pasalnya, sejak 6 bulan lalu, pekerja swasta itu mulai rutin berolahraga. Selain itu, asupan nutrisi juga mulai dipilah-pilah. Sayuran dan protein hewani menjadi salah satu menu andalan ibu satu anak, itu.
"Aku merasa belakangan tidak enjoy dengan hidup, ini juga karena obat yang dikonsumsi. Namun, setelah berkonsultasi dengan nutritionist untuk mengubah pola hidup sekarang jadi lebih balance saja antara mental dan fisik," katanya.
Syifa, mungkin hanyalah satu dari sekian generasi milenial yang mulai beralih ke gaya hidup sehat. Momen tersebut, tentu tak lepas dari meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menjalani pola hidup tersebut pandemi Covid-19, meruyak di sejumlah negara 5 tahun silam.
Survei Populix Riset Digital menunjukkan 64 persen masyarakat semakin peduli dengan pola makan sehat pasca pageblug. Fenomena ini juga didukung dengan adanya pergantian tahun yang biasanya menjadi momen masyarakat untuk membuat resolusi perubahan gaya hidup sehat.
Nielsen Indonesia mencatat, peluang bisnis industri makanan sehat di Indonesia diperkirakan akan tumbuh sebesar 15 persen dalam lima tahun ke depan. Data dari Food Industry Asia bahkan menyatakan, bahwa total pengeluaran untuk makanan di Asia akan mencapai US$8 triliun pada 2030.
Antusiasme masyarakat untuk mengubah gaya hidup sehat inilah yang peluangnya ditangkap oleh pengusaha makanan sehat di Indonesia. Menjelang pergantian tahun, mereka biasanya marak di layar gawai lewat senarai produk makanan sehat dan bergizi, tentu pula dengan promo yang menggiurkan.
Managing Partner Inventure, Yuswohady mengatakan, tren bisnis makanan sehat memang mengalami pertumbuhan signifikan saat pergantian tahun. Hal ini dikarenakan adanya new year effect, yang menjadi pemicu masyarakat untuk memulai hidup sehat pada awal tahun.
Meningkatnya kesadaran masyarakat yang mulai beralih menuju olahan makan organik juga membuat bisnis ini menjadi moncer. Terlebih dengan adanya isu pelestarian lingkungan yang kini disadari secara penuh oleh para konsumen dari generasi Z dan milenial.
"Makanan segar dari olahan protein berbasis non hewani juga mulai diminati masyarakat. Ada juga makanan yang selain menyehatkan juga estetik saat dipromosikan lewat medsos. Jadi teknologi, juga berperan penting," katanya.
Namun, salah satu tantangan bisnis kuliner ini adalah keberlanjutan. Sebab, seiring berjalannya waktu, bisnis ini biasanya akan melandai, sebab masyarakat yang beralih ke gaya hidup sehat mayoritas hanya ikut-ikutan, dan baru mulai menanjak kembali saat pergantian tahun tiba.
Yuswohady menyarankan agar bisnis makanan sehat ini bisa bertahan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami sifat alamiah konsumen di Indonesia. Salah satunya lewat inovasi makanan yang dikonsumsi sehari-hari masyarakat, tapi dari bahan-bahan organik.
Selain itu, para pebisnis juga biasa bersiasat untuk mengenalkan produk-produk mereka dengan cara yang sangkil. Sebab, varian makanan sehat masuk dalam kategori niche market, sehingga ceruk dan target pasarnya cenderung lebih spesifik dalam kegiatan bisnis.
Baca juga: Nutri-level, Pelabelan Nilai Nutrisi pada Makanan & Minuman yang Bakal Diterapkan di Indonesia
Selaras, ahli gizi Putri Novika mengatakan, jika berkaca pada tren, bisnis makanan sehat memang sering naik saat pergantian tahun. Namun, karena mayoritas dari pangsa pasar mereka jarang konsisten, akhirnya hanya menjadi siklus tahunan saja.
Tantangan tersebut juga semakin pelik karena masyarakat yang memulai gaya hidup ini ada beragam jenis. Mulai dari vegetarian, vegan, hingga program diet yang berbeda, tak ayal membuat pengusaha harus menyesuaikan setiap menu, meskipun di sisi lain kendala tersebut juga bisa menjadi peluang.
"Namun sebelum seseorang mengadopsi gaya hidup ini, penting juga untuk memahami manfaat, tantangan, dan kebutuhan gizi yang harus dipenuhi. Media sosial bisa menjadi sumber inspirasi, tetapi tidak boleh menjadi satu-satunya referensi," katanya.
Editor: Fajar Sidik
Laili Syifa Himaya adalah salah satunya. Pekerja swasta itu beberapa waktu terakhir telah mengubah gaya hidupnya yang sebelumnya berantakan. Kini, jam tidur dan manajemen stresnya juga mulai mengendur, bahkan berat badannya turun 10 kilogram.
Baca juga: 7 Makanan Sehat untuk Menutrisi Kulit dari Dalam Tubuh
Bukan tanpa sebab, semua hal itu terjadi padanya. Pasalnya, sejak 6 bulan lalu, pekerja swasta itu mulai rutin berolahraga. Selain itu, asupan nutrisi juga mulai dipilah-pilah. Sayuran dan protein hewani menjadi salah satu menu andalan ibu satu anak, itu.
"Aku merasa belakangan tidak enjoy dengan hidup, ini juga karena obat yang dikonsumsi. Namun, setelah berkonsultasi dengan nutritionist untuk mengubah pola hidup sekarang jadi lebih balance saja antara mental dan fisik," katanya.
Syifa, mungkin hanyalah satu dari sekian generasi milenial yang mulai beralih ke gaya hidup sehat. Momen tersebut, tentu tak lepas dari meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menjalani pola hidup tersebut pandemi Covid-19, meruyak di sejumlah negara 5 tahun silam.
Survei Populix Riset Digital menunjukkan 64 persen masyarakat semakin peduli dengan pola makan sehat pasca pageblug. Fenomena ini juga didukung dengan adanya pergantian tahun yang biasanya menjadi momen masyarakat untuk membuat resolusi perubahan gaya hidup sehat.
Nielsen Indonesia mencatat, peluang bisnis industri makanan sehat di Indonesia diperkirakan akan tumbuh sebesar 15 persen dalam lima tahun ke depan. Data dari Food Industry Asia bahkan menyatakan, bahwa total pengeluaran untuk makanan di Asia akan mencapai US$8 triliun pada 2030.
Antusiasme masyarakat untuk mengubah gaya hidup sehat inilah yang peluangnya ditangkap oleh pengusaha makanan sehat di Indonesia. Menjelang pergantian tahun, mereka biasanya marak di layar gawai lewat senarai produk makanan sehat dan bergizi, tentu pula dengan promo yang menggiurkan.
Managing Partner Inventure, Yuswohady mengatakan, tren bisnis makanan sehat memang mengalami pertumbuhan signifikan saat pergantian tahun. Hal ini dikarenakan adanya new year effect, yang menjadi pemicu masyarakat untuk memulai hidup sehat pada awal tahun.
Meningkatnya kesadaran masyarakat yang mulai beralih menuju olahan makan organik juga membuat bisnis ini menjadi moncer. Terlebih dengan adanya isu pelestarian lingkungan yang kini disadari secara penuh oleh para konsumen dari generasi Z dan milenial.
"Makanan segar dari olahan protein berbasis non hewani juga mulai diminati masyarakat. Ada juga makanan yang selain menyehatkan juga estetik saat dipromosikan lewat medsos. Jadi teknologi, juga berperan penting," katanya.
Namun, salah satu tantangan bisnis kuliner ini adalah keberlanjutan. Sebab, seiring berjalannya waktu, bisnis ini biasanya akan melandai, sebab masyarakat yang beralih ke gaya hidup sehat mayoritas hanya ikut-ikutan, dan baru mulai menanjak kembali saat pergantian tahun tiba.
Yuswohady menyarankan agar bisnis makanan sehat ini bisa bertahan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami sifat alamiah konsumen di Indonesia. Salah satunya lewat inovasi makanan yang dikonsumsi sehari-hari masyarakat, tapi dari bahan-bahan organik.
Selain itu, para pebisnis juga biasa bersiasat untuk mengenalkan produk-produk mereka dengan cara yang sangkil. Sebab, varian makanan sehat masuk dalam kategori niche market, sehingga ceruk dan target pasarnya cenderung lebih spesifik dalam kegiatan bisnis.
Baca juga: Nutri-level, Pelabelan Nilai Nutrisi pada Makanan & Minuman yang Bakal Diterapkan di Indonesia
Selaras, ahli gizi Putri Novika mengatakan, jika berkaca pada tren, bisnis makanan sehat memang sering naik saat pergantian tahun. Namun, karena mayoritas dari pangsa pasar mereka jarang konsisten, akhirnya hanya menjadi siklus tahunan saja.
Tantangan tersebut juga semakin pelik karena masyarakat yang memulai gaya hidup ini ada beragam jenis. Mulai dari vegetarian, vegan, hingga program diet yang berbeda, tak ayal membuat pengusaha harus menyesuaikan setiap menu, meskipun di sisi lain kendala tersebut juga bisa menjadi peluang.
"Namun sebelum seseorang mengadopsi gaya hidup ini, penting juga untuk memahami manfaat, tantangan, dan kebutuhan gizi yang harus dipenuhi. Media sosial bisa menjadi sumber inspirasi, tetapi tidak boleh menjadi satu-satunya referensi," katanya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.