Hypereport Resolusi 2025: Cerita Seniman Mengeksplorasi Diri di Tahun Baru
16 December 2024 |
15:02 WIB
Pergantian tahun kini sudah makin di depan pintu. Orang-orang biasanya akan melakukan kilas balik kehidupannya selama satu tahun ke belakang, dari melihat kembali pencapaian hingga kekurangan, lalu menancapkan resolusi baru untuk tahun depan.
Begitu pula yang dilakukan oleh seniman atau pelaku kreatif. Menyongsong tahun anyar, beberapa seniman muda Indonesia tengah bersiap merancang eksplorasi baru yang berbeda dari sebelum-sebelumnya.
Direktur kreatif sekaligus salah satu pendiri kolektif seni Arafura, Pande Anagha, mengatakan 2024 merupakan tahun yang cukup menarik. Geliat seni rupa di Indonesia bertumbuh dan bergerak dengan dinamis.
Menurutnya, ekosistem seni di Indonesia setiap tahun makin terbentuk. Salah satu yang patut disorot ialah saat ini makin banyak pameran digelar. Bagi Pande, itu merupakan wadah yang baik untuk para seniman memamerkan karyanya.
Baca juga laporan terkait:
1. Hypereport: Cerita Eksplorasi & Inovasi Para Sineas Sepanjang 2024-2025
“Banyak event pameran turut membaru warna yang berbeda bagi dunia seni di Indonesia sekarang. Secara umum kita pun bisa lebih mudah melihat perkembangan karya para seniman dan apresiasi dari publik pun bisa lebih terstimulus,” ucap Pande kepada Hypeabis.id.
Pande mengaku bersyukur dalam satu tahun terakhir, karya-karya dari Arafura telah dipamerkan di sejumlah pameran di berbagai tempat. Tak hanya di galeri-galeri dalam negeri, tetapi juga merambah ke internasional.
Pada awal 2024 lalu, satu karya kolektif seni Arafura juga berhasil tampil di Bangkok Design Week. Menurutnya, ini jadi salah satu pameran yang cukup menarik dan pijakan penting sebelum menatap tahun depan.
“Tahun depan, kami ingin lebih banyak berpartisipasi di pameran-pameran yang bersifat global,” imbuhnya.
Soal kekaryaan, Pande mengatakan Arafura sebagai seniman media masih akan terus mengeksplorasi dunia seni dan teknologi. Lewat keduanya, dirinya ingin terus membuat karya yang imersif sehingga memberi pengalaman seni baru.
Sebagai seniman berbasis teknologi, selalu up to date dengan perkembangan memang menjadi suatu keharusan. Menurutnya, keterbukaan dan mau belajar merupakan fondasi penting untuk cepat menyikapi dan berkarya dengan memanfaatkan teknologi.
Namun, fokusnya tahun depan tak hanya soal kedirian semata. Pande mengatakan Arafura sebagai kolektif seni di Indonesia juga ingin turut andil dalam meramaikan ekosistem kekaryaan di dalam negeri.
Dia mengatakan saat ini Arafura bersama sejumlah seniman media lain tengah merancang proyek BDG Lights atau Bandung Lights. Ini adalah ajang yang akan mempertemukan para seniman media tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga mancanegara di Bandung.
Tidak hanya menjadi wadah untuk berpameran bersama, BDG Lights juga diharapkan menjadi simpul koneksi dan berjejaring para seniman. Di dalamnya pun akan ada banyaka cara aktivasi lain untuk menambah keseruan dan apresiasi terhadap karya.
“Sekarang masih merancang konsep dan mencari sponsor. Kita akan undang seniman-seniman Asean, seperti Singapura, Thailand, Malaysia dan sebagainya. Rencananya ini akan digelar September 2025,” jelasnya.
Pande mengatakan pilot project ajang ini sebenarnya sudah dilakukan sejak 2 tahun lalu. Namun, kala itu hanya digelar di ITB. Oleh karena itu, suguhan karya maupun project mapping yang ada hanya mengambil beberapa spot di kampus saja.
Namun, kini dirinya ingin ruang seni cahaya ini lebih luas lagi. Dirinya akan menggelar ini di Bandung. Namun, lanskap wilayah mana yang akan direnspons, Pande masih rapat-rapat merahasiakannya.
“Rencananya ini akan menjadi Bienale yang dua tahun sekali,” tuturnya.
Sementara itu, seniman Ni Nyoman Sani mengatakan tahun baru selalu jadi tahun yang menarik bagi dunia seni. Menurutnya, era ke depan, teknologi dan media sosial akan punya arti yang penting bagi seorang seniman.
Tidak hanya terkait dengan inovasi dan artistik, tetapi juga terkait dengan jejaring dan kolaborasi. Menurut Sani, tahun depan keberagaman karya dan praktik seni akan berkembang lebih pesat.
Menyongsong 2025, Sani punya resolusi menarik. Dia ingin berfokus untuk meningkatkan kemampuan teknis dan kreatif melalui beberapa cara. Dimulai dari mengikuti workshop, kembali menulis, hingga melakukan penelitian sebelum berkarya.
“Saya juga ingin lebih aktif terlibat dalam komunitas seni, berbagi pengetahuan dengan generasi muda, serta mempromosikan seni lokal ke audiens lebih luas,” imbuhnya.
Dalam hal berkarya, Sani mengatakan saat ini dirinya tengah banyak mengeksplorasi teknologi maupun elemen-elemen lain dalam instalasi seni. Dia ingin sebuah karya tidak hanya dinikmati dengan memandang saja.
Lewat perpaduan itu, dia berharap suatu saat karya seninya dapat lebih berinteraksi dengan penonton secara lebih dalam. Dengan demikian dapat tercipta pengalaman menikmati seni yang lebih interaktif.
“Ada juga proyek tertunda tahun lalu, yakni kolaborasi dengan seniman interdisiplin. Ya, karena keterbatasan waktu dan bedah konsep. Kini, proyek tersebut akan diarahkan untuk mengangkat nilai-nilai kebersamaan,” jelasnya.
Sani berharap tahun depan targetnya menyelenggarakan pameran solo di galeri terkemuka bisa terwujud. Dirinya juga ingin terus meningkatkan kualitas karya yang nanti dipamerkan di acara baik regional maupun internasional.
Di luar lukisan dan instalasi, Sani juga berencana menulis dan menerbitkan buku kecil. Isinya tentang proses kreatif saya sebagai catatan perjalanan berkeseniannya.
Baca juga: Hypereport: Ekraf Jadi Tulang Punggung Baru Ekonomi Indonesia
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Begitu pula yang dilakukan oleh seniman atau pelaku kreatif. Menyongsong tahun anyar, beberapa seniman muda Indonesia tengah bersiap merancang eksplorasi baru yang berbeda dari sebelum-sebelumnya.
Direktur kreatif sekaligus salah satu pendiri kolektif seni Arafura, Pande Anagha, mengatakan 2024 merupakan tahun yang cukup menarik. Geliat seni rupa di Indonesia bertumbuh dan bergerak dengan dinamis.
Menurutnya, ekosistem seni di Indonesia setiap tahun makin terbentuk. Salah satu yang patut disorot ialah saat ini makin banyak pameran digelar. Bagi Pande, itu merupakan wadah yang baik untuk para seniman memamerkan karyanya.
Baca juga laporan terkait:
1. Hypereport: Cerita Eksplorasi & Inovasi Para Sineas Sepanjang 2024-2025
“Banyak event pameran turut membaru warna yang berbeda bagi dunia seni di Indonesia sekarang. Secara umum kita pun bisa lebih mudah melihat perkembangan karya para seniman dan apresiasi dari publik pun bisa lebih terstimulus,” ucap Pande kepada Hypeabis.id.
Pande mengaku bersyukur dalam satu tahun terakhir, karya-karya dari Arafura telah dipamerkan di sejumlah pameran di berbagai tempat. Tak hanya di galeri-galeri dalam negeri, tetapi juga merambah ke internasional.
Pada awal 2024 lalu, satu karya kolektif seni Arafura juga berhasil tampil di Bangkok Design Week. Menurutnya, ini jadi salah satu pameran yang cukup menarik dan pijakan penting sebelum menatap tahun depan.
“Tahun depan, kami ingin lebih banyak berpartisipasi di pameran-pameran yang bersifat global,” imbuhnya.
Pande Anagha (Tengah) dan kolektif seni Arafura (Sumber gambar: Instagram/arafura/jejakkurcaci)
Soal kekaryaan, Pande mengatakan Arafura sebagai seniman media masih akan terus mengeksplorasi dunia seni dan teknologi. Lewat keduanya, dirinya ingin terus membuat karya yang imersif sehingga memberi pengalaman seni baru.
Sebagai seniman berbasis teknologi, selalu up to date dengan perkembangan memang menjadi suatu keharusan. Menurutnya, keterbukaan dan mau belajar merupakan fondasi penting untuk cepat menyikapi dan berkarya dengan memanfaatkan teknologi.
Namun, fokusnya tahun depan tak hanya soal kedirian semata. Pande mengatakan Arafura sebagai kolektif seni di Indonesia juga ingin turut andil dalam meramaikan ekosistem kekaryaan di dalam negeri.
Dia mengatakan saat ini Arafura bersama sejumlah seniman media lain tengah merancang proyek BDG Lights atau Bandung Lights. Ini adalah ajang yang akan mempertemukan para seniman media tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga mancanegara di Bandung.
Tidak hanya menjadi wadah untuk berpameran bersama, BDG Lights juga diharapkan menjadi simpul koneksi dan berjejaring para seniman. Di dalamnya pun akan ada banyaka cara aktivasi lain untuk menambah keseruan dan apresiasi terhadap karya.
“Sekarang masih merancang konsep dan mencari sponsor. Kita akan undang seniman-seniman Asean, seperti Singapura, Thailand, Malaysia dan sebagainya. Rencananya ini akan digelar September 2025,” jelasnya.
Pande mengatakan pilot project ajang ini sebenarnya sudah dilakukan sejak 2 tahun lalu. Namun, kala itu hanya digelar di ITB. Oleh karena itu, suguhan karya maupun project mapping yang ada hanya mengambil beberapa spot di kampus saja.
Namun, kini dirinya ingin ruang seni cahaya ini lebih luas lagi. Dirinya akan menggelar ini di Bandung. Namun, lanskap wilayah mana yang akan direnspons, Pande masih rapat-rapat merahasiakannya.
“Rencananya ini akan menjadi Bienale yang dua tahun sekali,” tuturnya.
Pemenang UOB Painting of The Year Indonesia 2023 Ni Nyoman Sani. (Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Abdurachman)
Sementara itu, seniman Ni Nyoman Sani mengatakan tahun baru selalu jadi tahun yang menarik bagi dunia seni. Menurutnya, era ke depan, teknologi dan media sosial akan punya arti yang penting bagi seorang seniman.
Tidak hanya terkait dengan inovasi dan artistik, tetapi juga terkait dengan jejaring dan kolaborasi. Menurut Sani, tahun depan keberagaman karya dan praktik seni akan berkembang lebih pesat.
Menyongsong 2025, Sani punya resolusi menarik. Dia ingin berfokus untuk meningkatkan kemampuan teknis dan kreatif melalui beberapa cara. Dimulai dari mengikuti workshop, kembali menulis, hingga melakukan penelitian sebelum berkarya.
“Saya juga ingin lebih aktif terlibat dalam komunitas seni, berbagi pengetahuan dengan generasi muda, serta mempromosikan seni lokal ke audiens lebih luas,” imbuhnya.
Dalam hal berkarya, Sani mengatakan saat ini dirinya tengah banyak mengeksplorasi teknologi maupun elemen-elemen lain dalam instalasi seni. Dia ingin sebuah karya tidak hanya dinikmati dengan memandang saja.
Lewat perpaduan itu, dia berharap suatu saat karya seninya dapat lebih berinteraksi dengan penonton secara lebih dalam. Dengan demikian dapat tercipta pengalaman menikmati seni yang lebih interaktif.
“Ada juga proyek tertunda tahun lalu, yakni kolaborasi dengan seniman interdisiplin. Ya, karena keterbatasan waktu dan bedah konsep. Kini, proyek tersebut akan diarahkan untuk mengangkat nilai-nilai kebersamaan,” jelasnya.
Sani berharap tahun depan targetnya menyelenggarakan pameran solo di galeri terkemuka bisa terwujud. Dirinya juga ingin terus meningkatkan kualitas karya yang nanti dipamerkan di acara baik regional maupun internasional.
Di luar lukisan dan instalasi, Sani juga berencana menulis dan menerbitkan buku kecil. Isinya tentang proses kreatif saya sebagai catatan perjalanan berkeseniannya.
Baca juga: Hypereport: Ekraf Jadi Tulang Punggung Baru Ekonomi Indonesia
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.