Hujan Meteor (Sumber Foto: Freepik/vecstock)

Daftar Fenomena Astronomi Hujan Meteor Sepanjang 2025

03 January 2025   |   20:26 WIB
Image
Kintan Nabila Jurnalis Hypeabis.id

Sepanjang 2025, langit malam akan dipenuhi oleh serangkaian fenomena astronomi yang menakjubkan. Tahun ini menjadi momen spesial bagi para pecinta langit, penuh dengan kejadian langit yang wajib disaksikan. Mulai dari hujan meteor yang mempesona hingga parade planet, gerhana, hingga okultasi bintang.

Gerhana Puanandra Putri, peneliti dari Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), memaparkan hujan meteor disebabkan oleh debu sisa komet dan asteroid yang berada pada orbit Bumi. Ini merupakan peristiwa tahunan yang terjadi pada waktu hampir sama setiap tahunnya.

 Baca juga: Memasuki Musim Hujan, BMKG Serukan Waspada Cuaca Ekstrem Berpotensi Bencana

“Jadi jika Bumi melewati lokasi tempat debu tadi berada maka hujan meteor akan terjadi, pada waktu yang sama setiap tahunnya,” kata Putri, dikutip dari laman resmi BRIN, Jumat (3/1/2025).

Fenomena astronomi yang terjadi pada tahun 2025 dapat diamati secara langsung dengan mata telanjang atau menggunakan alat bantu seperti teleskop dan kamera. Beberapa fenomena yang dapat disaksikan tanpa alat khusus, asalkan langit cerah dan bebas dari awan, antara lain hujan meteor, parade planet, dan gerhana bulan total.

Mengutip dari laman resmi BRIN, berikut daftar hujan meteor yang diprediksi akan terjadi sepanjang 2025.


1. Hujan meteor Quadrantids

Quadrantids dikenal sebagai hujan meteor dengan intensitas tinggi, mampu menghasilkan hingga 120 meteor per jam pada puncaknya. Meteoroid yang menciptakan fenomena ini berasal dari sisa-sisa asteroid 2003 EH1. Titik radiasi Quadrantids terletak di rasi bintang Bootes di langit utara. Meskipun berlangsung dalam waktu singkat, hujan meteor ini bisa terlihat sangat memukau jika kondisi cuaca mendukung. Quadrantids diperkirakan akan terjadi mulai akhir Desember hingga pertengahan Januari 2025.
 

2. Hujan meteor Lyrids

Berlangsung pada pertengahan April 2025, Lyrids merupakan hujan meteor yang berasal dari debu sisa komet Thatcher (C/1861 G1). Intensitasnya biasanya berkisar antara 15-20 meteor per jam, tetapi terkadang bisa mencapai 100 meteor per jam dalam kondisi tertentu. Radiasi meteor ini berasal dari rasi bintang Lyra, dekat bintang terang Vega.

Hujan meteor Lyrids akan menghiasi langit pada pertengahan April 2025. Lyrids berasal dari partikel debu yang ditinggalkan oleh komet Thatcher (C/1861 G1). Biasanya, intensitasnya sekitar 15 hingga 20 meteor setiap jam, meskipun dalam situasi tertentu jumlahnya bisa melonjak hingga 100 meteor per jam. Titik radiasi hujan meteor ini berasal dari rasi bintang Lyra yang dekat dengan Vega sebagai salah satu bintang paling terang di langit malam.
 

3. Hujan meteor Eta Aquariids

Eta Aquariids akan berlangsung dari pertengahan April hingga Mei 2025, disebabkan oleh sisa debu komet Halley yang juga memicu hujan meteor Orionids pada Oktober. Titik radiasi hujan meteor ini terletak di rasi bintang Aquarius. Eta Aquariids dikenal dengan meteor-meteornya yang bergerak sangat cepat, mencapai intensitas sekitar 50 meteor per jam saat puncak.  

Menurut BRIN, dalam kondisi bulan purnama penuh, fenomena ini masih bisa menghasilkan sekitar 42 hingga 43 meteor per jam. Daerah tropis di belahan bumi selatan menjadi lokasi terbaik untuk menyaksikannya. Sementara itu, di wilayah utara khatulistiwa, hujan meteor ini umumnya terlihat dengan intensitas sedang, sekitar 10 hingga 30 meteor per jam menjelang fajar.
 

4. Hujan meteor Perseids

Perseids dikenal sebagai salah satu hujan meteor paling memukau. Debu yang memicu fenomena ini berasal dari komet Swift-Tuttle. Pada puncaknya, Perseids dapat menghasilkan hingga 150-200 meteor per jam, meskipun NASA mencatat bahwa rata-rata intensitasnya sekitar 100 meteor per jam.  

Hujan meteor ini mudah diamati karena titik radiasinya terletak di rasi bintang Perseus, yang biasanya berada tinggi di langit malam. Perseids akan berlangsung dari pertengahan Juli hingga akhir Agustus 2025.  

Untuk menikmati pemandangan ini, carilah lokasi dengan langit yang terbuka dan minim gangguan. Meskipun meteor bisa terlihat sejak awal malam, waktu terbaik untuk menyaksikan Perseids adalah setelah tengah malam, saat langit benar-benar gelap.
 

5. Hujan meteor Draconids

Hujan meteor Draconids berasal dari sisa debu komet 21P/Giacobini-Zinner, dengan titik radiasi yang terletak di rasi bintang Draco. Intensitasnya biasanya rendah, sekitar 10 meteor per jam, namun dalam beberapa tahun tertentu bisa meningkat secara signifikan. Fenomena ini diprediksi akan terjadi pada Oktober 2025.  

Keistimewaan Draconids terletak pada waktu kemunculannya yang bisa terlihat segera setelah Matahari terbenam, berbeda dari kebanyakan hujan meteor yang baru tampak menjelang fajar.  Draconids juga dikenal sebagai hujan meteor yang sulit diprediksi. Terkadang hanya sedikit meteor yang terlihat, tetapi ada kemungkinan terjadinya lonjakan aktivitas meteor yang lebih besar.
 

6. Hujan meteor Orionids

Pada Oktober, langit malam akan dihiasi dengan hujan meteor Orionid. Fenomena ini adalah salah satu dari dua hujan meteor tahunan yang dipicu oleh sisa debu komet Halley, yang terakhir melintasi bagian dalam tata surya pada tahun 1986.  

Orionid memiliki intensitas sedang, dengan rata-rata 20-30 meteor per jam saat mencapai puncaknya. Titik radiasi hujan meteor ini terletak di rasi Orion, yang dikenal karena sabuk bintangnya yang ikonik dan memikat.


7. Hujan meteor Leonids

Hujan meteor Leonids dapat diamati di langit malam sekitar rasi Gemini selama November saat fase bulan mencapai 23 persen alias bulan sabit.

Hujan meteor ini berasal dari debu komet Tempel-Tuttle, dengan titik radiasi terletak di rasi Leo. Leonids dikenal karena kemampuannya menciptakan badai meteor luar biasa setiap 33 tahun, meskipun di tahun-tahun biasa intensitasnya berkisar sekitar 15 meteor per jam.
 

8. Hujan meteor Geminids

Geminids merupakan hujan meteor paling mengesankan dan diprediksi akan berlangsung pada 2025 mendatang. Meteor ini berasal dari asteroid 3200 Phaethon, dengan radiasi dari rasi bintang Gemini. 

Intensitasnya tinggi hingga 150 meteor per jam dan meteor-meteornya cenderung cerah berwarna kekuningan dan bergerak lambat. Pada periode puncaknya bisa menampilkan hingga 120 meteor per jam yang membuat langit malam terlihat cantik.

Berbeda dengan sebagian besar hujan meteor yang berasal dari komet, Geminid berasal dari asteroid. Hujan meteor Geminid menghasilkan meteor-meteor terang yang terkait dengan asteroid Phaethon, sebuah batu biru unik yang mirip komet.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Profesi Voice Over untuk Ibu Rumah Tangga, Begini Peluang & Tantangannya

BERIKUTNYA

Mengenal Bird Strike yang Jadi Ancaman di Dunia Penerbangan, Tak Bisa Dimitigasi?

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: