Memasuki Musim Hujan, BMKG Serukan Waspada Cuaca Ekstrem Berpotensi Bencana
08 November 2024 |
21:30 WIB
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap cuaca ekstrem dan potensi bencana yang dapat terjadi selama musim penghujan akhir tahun ini. Lembaga itu memprediksi potensi cuaca ekstrem yang terjadi selama sepekan, 7-12 November 2024.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa fenomena La Nina dapat meningkatkan curah hujan hingga 20 persen, memperpanjang potensi bencana hidrometeorologi hingga awal 2025.
Dia menegaskan, infrastruktur pengelolaan sumber daya air, seperti drainase dan waduk, perlu dioptimalkan untuk mengantisipasi banjir akibat curah hujan tinggi. “Pemerintah Daerah dan masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan,” katanya dalam siaran pers.
Baca juga: Fenomena La Nina Telah Terjadi di Indonesia, Begini Dampak Terhadap Kondisi Cuaca
Sebagai informasi, bencana hidrometeorologi adalah suatu fenomena bencana alam atau proses merusak yang terjadi di atmosfer (meteorologi), air (hidrologi), atau lautan (oseanografi). Contohnya adalah banjir, curah hujan ekstrem, dan angin kencang.
Peringatan tersebut datang setelah sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk Sumatra, Kalimantan, dan Jawa bagian barat, memasuki musim hujan. Bahkan, beberapa bencana seperti banjir dan tanah longsor sudah tercatat di Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat.
Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, juga menyampaikan bahwa cuaca ekstrem dengan intensitas hujan sedang hingga lebat berpotensi terjadi di sejumlah wilayah Indonesia pada periode tersebut. Peningkatan intensitas hujan ini, lanjutnya, dipengaruhi oleh beberapa faktor atmosfer, termasuk fenomena Siklon Tropis Yinxing yang berada di sekitar Laut Filipina.
Meskipun siklon ini diprediksi bergerak menjauh dari Indonesia, dampaknya tetap dirasakan, terutama di wilayah Kalimantan dengan potensi hujan lebat dan peningkatan tinggi gelombang laut.
BMKG juga mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap dampak cuaca ekstrem, yang tidak hanya memengaruhi kegiatan sehari-hari tetapi juga berpotensi mengganggu transportasi udara dan laut.
"Juga kepada nelayan untuk tidak memaksakan diri melaut jika cuaca sedang buruk. Pantau terus kondisi cuaca, angin dan tinggi gelombang melalui aplikasi InfoBMKG," ujar Guswanto dikutip dari siaran pers.
Selain itu, fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial yang memengaruhi dinamika atmosfer juga turut meningkatkan potensi hujan di beberapa wilayah Indonesia. Labilitas udara yang tinggi dan adanya konvergensi angin dapat menyebabkan pembentukan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi.
Dengan semua potensi bencana tersebut, BMKG mengimbau masyarakat di seluruh Indonesia untuk tetap waspada dan mengambil langkah antisipasi dini guna menghadapi cuaca ekstrem yang diperkirakan akan terus berlangsung selama beberapa minggu ke depan.
Baca juga: BMKG Sebut Indonesia Berpeluang Alami La Nina, Ini Tanda-tandanya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan bahwa fenomena La Nina dapat meningkatkan curah hujan hingga 20 persen, memperpanjang potensi bencana hidrometeorologi hingga awal 2025.
Dia menegaskan, infrastruktur pengelolaan sumber daya air, seperti drainase dan waduk, perlu dioptimalkan untuk mengantisipasi banjir akibat curah hujan tinggi. “Pemerintah Daerah dan masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan,” katanya dalam siaran pers.
Baca juga: Fenomena La Nina Telah Terjadi di Indonesia, Begini Dampak Terhadap Kondisi Cuaca
Sebagai informasi, bencana hidrometeorologi adalah suatu fenomena bencana alam atau proses merusak yang terjadi di atmosfer (meteorologi), air (hidrologi), atau lautan (oseanografi). Contohnya adalah banjir, curah hujan ekstrem, dan angin kencang.
Peringatan tersebut datang setelah sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk Sumatra, Kalimantan, dan Jawa bagian barat, memasuki musim hujan. Bahkan, beberapa bencana seperti banjir dan tanah longsor sudah tercatat di Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat.
Deputi Meteorologi BMKG, Guswanto, juga menyampaikan bahwa cuaca ekstrem dengan intensitas hujan sedang hingga lebat berpotensi terjadi di sejumlah wilayah Indonesia pada periode tersebut. Peningkatan intensitas hujan ini, lanjutnya, dipengaruhi oleh beberapa faktor atmosfer, termasuk fenomena Siklon Tropis Yinxing yang berada di sekitar Laut Filipina.
Meskipun siklon ini diprediksi bergerak menjauh dari Indonesia, dampaknya tetap dirasakan, terutama di wilayah Kalimantan dengan potensi hujan lebat dan peningkatan tinggi gelombang laut.
BMKG juga mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap dampak cuaca ekstrem, yang tidak hanya memengaruhi kegiatan sehari-hari tetapi juga berpotensi mengganggu transportasi udara dan laut.
"Juga kepada nelayan untuk tidak memaksakan diri melaut jika cuaca sedang buruk. Pantau terus kondisi cuaca, angin dan tinggi gelombang melalui aplikasi InfoBMKG," ujar Guswanto dikutip dari siaran pers.
Selain itu, fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial yang memengaruhi dinamika atmosfer juga turut meningkatkan potensi hujan di beberapa wilayah Indonesia. Labilitas udara yang tinggi dan adanya konvergensi angin dapat menyebabkan pembentukan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi.
Dengan semua potensi bencana tersebut, BMKG mengimbau masyarakat di seluruh Indonesia untuk tetap waspada dan mengambil langkah antisipasi dini guna menghadapi cuaca ekstrem yang diperkirakan akan terus berlangsung selama beberapa minggu ke depan.
Baca juga: BMKG Sebut Indonesia Berpeluang Alami La Nina, Ini Tanda-tandanya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.