Salah satu tempat riset dan teknologi BRIN. (Sumber gambar : BRIN)

Canggih, Indonesia Ternyata Punya 4 Kawasan Sains dan Teknologi Nasional

10 August 2022   |   09:09 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Like
Teknologi menjadi salah satu faktor kemajuan suatu bangsa. Dengan teknologi, segala masalah yang ada di masyarakat dan negara bisa diatasi. Mulai dari komunikasi, penerimaan informasi, sumber daya, pangan, transaksi keuangan, pertahanan, hingga diagnnosis dan pengobatan suatu penyakit.

Begitu pentingnya teknologi sehingga setiap 10 Agustus diperingati sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas). Memasuki tahun ke-27, peringatan ini digelar di Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Soekarno, Cibinong.

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko mengatakan, peringatan Hakteknas tahun ini mengusung tema Riset Inovasi untuk Kedaulatan Pangan dan Energi. Tema ini sejalan dengan pesan Presiden RI Joko Widodo yakni, riset harus mampu menjawab persoalan kedaulatan pangan dan energi.

Baca juga: 5 Ilmuwan Indonesia yang Karyanya Mendunia

"Itu sebabnya puncak peringatan Hateknas tahun ini kami pusatkan di KST Soekarno yang merupakan pusat penelitian fokus riset hayati. Fokus riset hayati yang sekarang tidak lagi konvensional kami menggunakan teknologi yang sangat advance," kata Handoko dikutip dari siaran pers, Rabu (10/8/2022).

Dalam mendukung riset dan teknologi di Tanah Air, BRIN memang dilengkapi berbagai infrastruktur modern yang tersebar di empat KST nasional serta 12 kawasan riset dan inovasi lainnya. 

Keempat KST nasional tersebut yakni, KST Soekarno di Cibinong, KST Habibie di Serpong, KST Siwabessy di Pasar Jumat, dan KST Samaun Samadikun di Bandung. Keseluruhan KST nasional ini dapat menggambarkan secara lengkap kondisi dan strategi riset dan inovasi Indonesia.

Biar lebih kenal, berikut penjelasan KST yang dipunyai BRIN dan fungsinya. 
 

1. KST Soekarno 

KST ini dibangun di atas tanah seluas 198 hektar dan diinisiasi oleh Presiden Soekarno sejak 1964. KST yang berlokasi di Cibinong ini telah bertransformasi menjadi pusat riset hayati, baik pangan, kesehatan maupun lingkungan yang terintegrasi.

"KST Soekarno memiliki peran strategis, tidak hanya secara nasional, tetapi juga secara global," tambah Handoko.

Dia menjelaskan keberadaan KST Soekarno dengan berbagai fasilitasnya diharapkan mampu mendorong dan mempercepat pengembangan berbagai varietas unggul baru untuk ternak maupun pertanian. Selain itu, KST ini dilengkapi alat deteksi cepat, baik untuk deteksi penyakit dini, maupun deteksi kualitas bibit sedini mungkin.


2. KST Habibie 

Berlokasi di Serpong, KST Habibie merupakan rebranding yang sebelumnya bernama Komplek Puspiptek. KST ini akan dilakukan revitalisasi mulai 2023 yang meliputi pemindahan fasilitas pengembangan roket dan satelit di Tarogong dan Rancabungur Bogor. "Serta dimulainya revitalisasi fasilitas nuklir dan aplikasinya," ungkap Handoko.

Menurutnya revitalisasi terhadap fasilitas nuklir dilakukan guna memperkuat dan memberdayakan fasilitas yang ada, bekerja sama dengan para pelaku usaha, menjadi fasilitas bersama aplikasi nuklir, khususnya di bidang industri sterilisasi produk pangan dan alat kesehatan, serta kebutuhan medis.


3. KST Siwabessy 

Berlokasi di Pasar Jumat, Jakarta Selatan, KST ini difokuskan untuk penyediaan fasilitas bagi industri sterilisasi baik pangan maupun alat kesehatan, penyediaan produk radiofarmaka, serta terapi medis berbasis iradiasi seperti terapi proton untuk penderita kanker.

"Indonesia saat ini belum memiliki fasilitas terapi kanker yang memadai, padahal prevalensi penderita kanker sangat tinggi. Infrastruktur untuk terapi berbasis iradiasi sangat mahal serta membutuhkan biaya operasional dan pemeliharaan yang tinggi," paparnya.


4. KST Samadikun 

Terletak di Bandung, KST ini difokuskan untuk riset teknologi informasi dan komunikasi.

Pusat-pusat riset di KST Samadikun fokus pada pengembangan berbagai teknologi cerdas, termasuk kecerdasan artifisial dan big data. Kedua teknologi kunci ini tidak hanya penting untuk teknologi informasi, tetapi saat ini justru menjadi kunci di ranah bioinformatika, terutama untuk pengembangan obat melalui molecular docking, serta pertanian dan peternakan cerdas (smart farming).

Lebih lanjut Handoko menyampaikan keempat KST tersebut tidak hanya dapat dimanfaatkan oleh para periset BRIN untuk keperluan riset, melainkan untuk industri maupun Perguruan Tinggi. BRIN diharapkan mampu menjadi fasilitator bagi periset dan dunia usaha yang memanfaatkan riset dan inovasi.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

8 Rekomendasi Gerakan Workout di Rumah, Mudah & Tanpa Alat!

BERIKUTNYA

8 Destinasi Petualangan Tak Biasa di Pulau Sentosa

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: