4 Sineas Muda Berprestasi Siap Debut Film Panjang
31 August 2021 |
14:31 WIB
Ketika membahas soal film, kebanyakan orang umumnya merujuk pada film feature atau film panjang. Film-film jenis lain, seperti film pendek, cenderung jarang dibahas. Padahal, ada banyak sekali prestasi yang dimiliki oleh film-film pendek Indonesia. Tak hanya itu, nama-nama besar yang kita kenal hari ini pun umumnya tumbuh lewat medium-medium film pendek.
Edwin yang baru-baru ini meraih Golden Leopard, misalnya, sudah lebih dahulu berprestasi lewat film-film pendek. Ia pernah membuat karya seperti Dajang Soembi Perempoean Jang Dikahwini Andjing (2004) yang berkompetisi di Rotterdam International Film Festival atau Kara Anak Sebatang Pohon (2005) yang berkompetisi di Cannes Film Festival.
Tentu, ketika sineas generasi Edwin sudah kian melesat, perlu ada nama-nama baru yang mengikuti. Di sinilah kemudian kita dapat berkenalan dengan nama-nama baru yang akan segera membuat film panjang. Nama-nama ini tak hanya berprestasi saat membuat film pendek, tapi juga dinilai memiliki project film panjang yang menjanjikan.
1. Wregas Bhanuteja
Lulusan IKJ kelahiran 1992 ini pernah menjadi buah bibir, karena berhasil mendapat penghargaan di Cannes Film Festival. Karyanya yang berjudul Prenjak masuk kategori La Semaine de la Critique, dan memenangkan hadiah Leica Cine Discovery Prize. Tak hanya itu, Prenjak juga menjadi film pendek terbaik di berbagai ajang festival, termasuk Festival Film Indonesia.
Selain Prenjak, Wregas juga memiliki beberapa film pendek penting lainnya. Misalnya Lembusura yang berkompetisi di Berlin International Film Festival, ataupun Tak Ada yang Gila di Kota Ini yang berkompetisi di Sundance dan memenangkan Piala Citra.
Kini, Wregas tengan mempersiapkan film panjang pertamanya yang berjudul Penyalin Cahaya.
(Baca Juga: Penyalin Cahaya, Debut Film Panjang Wregas Bhanuteja Angkat Isu Kekerasan Seksual)
2. Loeloe Hendra
Loeloe Hendra adalah salah satu sineas yang penting untuk dinantikan kiprahnya. Film pendeknya mungkin memang tak terlalu banyak, tapi prestasinya mengagumkan. Filmnya yang berjudul Onomastika masuk dalam Berlin International Film Festival dan mendapatkan Piala Citra.
Adapun, Loeloe Hendra kini telah mempersiapkan film panjang berjudul Tale of the Land. Filmnya memang belum jadi, tapi proses pra-produksinya telah disokong oleh berbagai lembaga dari seluruh dunia.
Sebagai contoh, Tale of the Land masuk dalam Hongkong Asian Film Financing Forum dan FeatureLab di TorinoFilmLab. Terbaru, Tale of the Land terpilih sebagai 1 dari 26 film menjanjikan yang akan terlibat di Asian Project Market di Busan International Film Festival.
3. Makbul Mubarak
Sebelum menjadi pembuat film, Makbul Mubarak merupakan kritikus film Indonesia yang disegani. Ia bahkan memenangkan penghargaan Apresiasi Film Indonesia 2015 untuk kategori Kritik Film. Namun, menariknya, ia kemudian justru terjun membuat film-film pendek.
Film pendek pertama Makbul, Sugih, menjadi film pendek terbaik pada ajang XXI Short Film Festival 2016. Lalu karyanya yang lain, Ruah, mendapat special mention di Singapore International Film Festival, sekaligus menjadi film pendek terbaik Festival Film Indonesia 2018.
Adapun Makbul kini tengah menyiapkan film panjang pertamanya yang berjudul Autobiography. Project ini masuk dalam program FeatureLab di TorinoFilmLab. Tak hanya itu, baru-baru ini Autobiography juga mendapat pendanaan 50.000 CHF (sekitar Rp734 juta) dari program Open Doors Locarno Film Festival.
4. Wahyu Agung Prasetyo
Karya Wahyu Agung Prasetyo mungkin belum pernah memenangkan Piala Citra, dan tak memiliki prestasi sementereng film-film pendek tiga sineas sebelumnya. Namun, bisa dipastikan bahwa film pendeknya, Tilik, jauh lebih dikenal masyarakat ketimbang film-film pendek sineas lain.
Tilik yang dirilis di YouTube sempat menjadi perbincangan masyarakat, yang mana sebagian besarnya mengapresiasi secara positif. Saking viralnya, film pendek yang membuat sosok Bu Tedjo itu terkenal bahkan sampai masuk dalam pencarian paling populer pada 2020.
Kini, sineas kelahiran 1993 itu tengah menyiapkan film panjang bersama rumah produksi Visinema Pictures. Film perdananya, Perihal Cinta Kita Semua Pemula, merupakan karya adaptasi dari novel berjudul sama karangan Ali Ma’ruf. Mengingat kepiawaiannya dalam mengemas Tilik, boleh jadi Wahyu Agung akan kembali menawarkan sesuatu yang segar dari filmnya ini.
Editor: Fajar Sidik
Edwin yang baru-baru ini meraih Golden Leopard, misalnya, sudah lebih dahulu berprestasi lewat film-film pendek. Ia pernah membuat karya seperti Dajang Soembi Perempoean Jang Dikahwini Andjing (2004) yang berkompetisi di Rotterdam International Film Festival atau Kara Anak Sebatang Pohon (2005) yang berkompetisi di Cannes Film Festival.
Tentu, ketika sineas generasi Edwin sudah kian melesat, perlu ada nama-nama baru yang mengikuti. Di sinilah kemudian kita dapat berkenalan dengan nama-nama baru yang akan segera membuat film panjang. Nama-nama ini tak hanya berprestasi saat membuat film pendek, tapi juga dinilai memiliki project film panjang yang menjanjikan.
1. Wregas Bhanuteja
Lulusan IKJ kelahiran 1992 ini pernah menjadi buah bibir, karena berhasil mendapat penghargaan di Cannes Film Festival. Karyanya yang berjudul Prenjak masuk kategori La Semaine de la Critique, dan memenangkan hadiah Leica Cine Discovery Prize. Tak hanya itu, Prenjak juga menjadi film pendek terbaik di berbagai ajang festival, termasuk Festival Film Indonesia.
Selain Prenjak, Wregas juga memiliki beberapa film pendek penting lainnya. Misalnya Lembusura yang berkompetisi di Berlin International Film Festival, ataupun Tak Ada yang Gila di Kota Ini yang berkompetisi di Sundance dan memenangkan Piala Citra.
Kini, Wregas tengan mempersiapkan film panjang pertamanya yang berjudul Penyalin Cahaya.
(Baca Juga: Penyalin Cahaya, Debut Film Panjang Wregas Bhanuteja Angkat Isu Kekerasan Seksual)
2. Loeloe Hendra
Loeloe Hendra adalah salah satu sineas yang penting untuk dinantikan kiprahnya. Film pendeknya mungkin memang tak terlalu banyak, tapi prestasinya mengagumkan. Filmnya yang berjudul Onomastika masuk dalam Berlin International Film Festival dan mendapatkan Piala Citra.
Adapun, Loeloe Hendra kini telah mempersiapkan film panjang berjudul Tale of the Land. Filmnya memang belum jadi, tapi proses pra-produksinya telah disokong oleh berbagai lembaga dari seluruh dunia.
Sebagai contoh, Tale of the Land masuk dalam Hongkong Asian Film Financing Forum dan FeatureLab di TorinoFilmLab. Terbaru, Tale of the Land terpilih sebagai 1 dari 26 film menjanjikan yang akan terlibat di Asian Project Market di Busan International Film Festival.
3. Makbul Mubarak
Sebelum menjadi pembuat film, Makbul Mubarak merupakan kritikus film Indonesia yang disegani. Ia bahkan memenangkan penghargaan Apresiasi Film Indonesia 2015 untuk kategori Kritik Film. Namun, menariknya, ia kemudian justru terjun membuat film-film pendek.
Film pendek pertama Makbul, Sugih, menjadi film pendek terbaik pada ajang XXI Short Film Festival 2016. Lalu karyanya yang lain, Ruah, mendapat special mention di Singapore International Film Festival, sekaligus menjadi film pendek terbaik Festival Film Indonesia 2018.
Adapun Makbul kini tengah menyiapkan film panjang pertamanya yang berjudul Autobiography. Project ini masuk dalam program FeatureLab di TorinoFilmLab. Tak hanya itu, baru-baru ini Autobiography juga mendapat pendanaan 50.000 CHF (sekitar Rp734 juta) dari program Open Doors Locarno Film Festival.
4. Wahyu Agung Prasetyo
Karya Wahyu Agung Prasetyo mungkin belum pernah memenangkan Piala Citra, dan tak memiliki prestasi sementereng film-film pendek tiga sineas sebelumnya. Namun, bisa dipastikan bahwa film pendeknya, Tilik, jauh lebih dikenal masyarakat ketimbang film-film pendek sineas lain.
Tilik yang dirilis di YouTube sempat menjadi perbincangan masyarakat, yang mana sebagian besarnya mengapresiasi secara positif. Saking viralnya, film pendek yang membuat sosok Bu Tedjo itu terkenal bahkan sampai masuk dalam pencarian paling populer pada 2020.
Kini, sineas kelahiran 1993 itu tengah menyiapkan film panjang bersama rumah produksi Visinema Pictures. Film perdananya, Perihal Cinta Kita Semua Pemula, merupakan karya adaptasi dari novel berjudul sama karangan Ali Ma’ruf. Mengingat kepiawaiannya dalam mengemas Tilik, boleh jadi Wahyu Agung akan kembali menawarkan sesuatu yang segar dari filmnya ini.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.