Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas Raih Penghargaan Tertinggi di Locarno Film Festival
15 August 2021 |
13:43 WIB
Film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (Vengeance is Mine, All Others Pay Cash), arahan sutradara Edwin dan produksi Palari Films, berhasil mendapatkan Golden Leopard, penghargaan tertinggi di Locarno Film Festival 2021. Film ini mengalahkan film dari berbagai negara lain, termasuk Zeros and Ones yang diperankan oleh Ethan Hawke.
Bagi Edwin, penghargaan Golden Leopard menjadi semacam vaksin, booster, atau vitamin yang diharapkan mampu menguatkan kembali film Indonesia.
"Penghargaan Golden Leopard adalah bentuk kemenangan atas cinta kami terhadap film dan pada saat yang sama memberi kita harapan dan kegembiraan untuk bentuk sinema yang tidak terduga yang akan kita lihat di masa depan," ungkap Edwin.
Penghargaan ini menjadi kebangggan tersendiri, apalagi dia merupakan sineas Indonesia pertama yang berhasil memenangkan Golden Leopard. Sebelumnya, Golden Leopard dimenangkan oleh pembuat film ternama seperti Stanley Kubrick, Jim Jarmusch, Mike Leigh, hingga Jafar Panahi.
"Penghargaan ini juga merupakan perayaan bagi sinema Asia Tenggara. Semoga ke depannya sinema Asian Tenggara selalu menghadirkan warna yang berbeda dan berani berbicara untuk menentang ketidakadilan," ujar Edwin.
Diputar empat kali di Locarno International Film Festival 2021, film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas disambut meriah oleh para penonton dan kritikus internasional.
Kritikus Variety menuliskan bahwa film ini adalah sebuah penghormatan untuk film laga Asia Tenggara tahun 1980-an yang dirancang sebagai kritik terhadap toxic masculinity.
Cineuropa, portal berita Eropa yang didedikasikan untuk sinema dan audiovisual memuji, romansa yang berkembang di film menyenangkan untuk ditonton, terutama karena Iteung yang juga seorang petarung, sangat bagus dalam perannya.
Film yang menunjukkan campuran dari beberapa genre populis ini menurut Jay Weissberg berhasil menggunakan isu yang mungkin tabu (impotensi) sebagai metafora untuk membuat kritik yang lebih luas terhadap budaya merusak yang menekankan kejantanan (toxic masculinity).
"Film ini adalah salah satu contoh terbaik dari ambisi Giona A. Nazzaro untuk menggeser pilihan film terbaik Locarno ke karya yang lebih dipengaruhi genre," tulisnya.
Namun sebagai karya yang memiliki relevansi sosial dari pembuat film yang mapan secara internasional, pemberian Golden Leopard itu juga merupakan bentuk pengakuan pada tradisi rumah produksi yang digerakkan oleh auteur, pembuat film yang gaya individu, yang hingga kini menjadi karakter film-film pilihan Locarno.
Film yang diadaptasi dari novel Eka Kurniawan ini dibintangi oleh Marthino Lio (berperan sebagai Ajo Kawir), Ladya Cheryl (Iteung), Reza Rahadian (Budi Baik), Ratu Felisha (Jelita) dan Sal Priadi (Tokek). Setelah berkompetisi di Locarno, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas akan tayang di program Contemporary World Cinema, Toronto International Film Festival 2021.
Editor: Avicenna
Bagi Edwin, penghargaan Golden Leopard menjadi semacam vaksin, booster, atau vitamin yang diharapkan mampu menguatkan kembali film Indonesia.
"Penghargaan Golden Leopard adalah bentuk kemenangan atas cinta kami terhadap film dan pada saat yang sama memberi kita harapan dan kegembiraan untuk bentuk sinema yang tidak terduga yang akan kita lihat di masa depan," ungkap Edwin.
Penghargaan ini menjadi kebangggan tersendiri, apalagi dia merupakan sineas Indonesia pertama yang berhasil memenangkan Golden Leopard. Sebelumnya, Golden Leopard dimenangkan oleh pembuat film ternama seperti Stanley Kubrick, Jim Jarmusch, Mike Leigh, hingga Jafar Panahi.
"Penghargaan ini juga merupakan perayaan bagi sinema Asia Tenggara. Semoga ke depannya sinema Asian Tenggara selalu menghadirkan warna yang berbeda dan berani berbicara untuk menentang ketidakadilan," ujar Edwin.
Edwin (sutradara) dan Muhammad Zaidy (produser) (Dok. Palari Films)
Diputar empat kali di Locarno International Film Festival 2021, film Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas disambut meriah oleh para penonton dan kritikus internasional.
Kritikus Variety menuliskan bahwa film ini adalah sebuah penghormatan untuk film laga Asia Tenggara tahun 1980-an yang dirancang sebagai kritik terhadap toxic masculinity.
Cineuropa, portal berita Eropa yang didedikasikan untuk sinema dan audiovisual memuji, romansa yang berkembang di film menyenangkan untuk ditonton, terutama karena Iteung yang juga seorang petarung, sangat bagus dalam perannya.
Film yang menunjukkan campuran dari beberapa genre populis ini menurut Jay Weissberg berhasil menggunakan isu yang mungkin tabu (impotensi) sebagai metafora untuk membuat kritik yang lebih luas terhadap budaya merusak yang menekankan kejantanan (toxic masculinity).
Tim Seperti Dendam di red carpet Locarno Film Festival (Dok. Palari Films)
"Film ini adalah salah satu contoh terbaik dari ambisi Giona A. Nazzaro untuk menggeser pilihan film terbaik Locarno ke karya yang lebih dipengaruhi genre," tulisnya.
Namun sebagai karya yang memiliki relevansi sosial dari pembuat film yang mapan secara internasional, pemberian Golden Leopard itu juga merupakan bentuk pengakuan pada tradisi rumah produksi yang digerakkan oleh auteur, pembuat film yang gaya individu, yang hingga kini menjadi karakter film-film pilihan Locarno.
Film yang diadaptasi dari novel Eka Kurniawan ini dibintangi oleh Marthino Lio (berperan sebagai Ajo Kawir), Ladya Cheryl (Iteung), Reza Rahadian (Budi Baik), Ratu Felisha (Jelita) dan Sal Priadi (Tokek). Setelah berkompetisi di Locarno, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas akan tayang di program Contemporary World Cinema, Toronto International Film Festival 2021.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.