Ilustrasi digital marketing (Sumber foto: Unsplash/Glenn Carstens Peters)

Sisi Gelap Pemasaran Digital: Dari Follower Bodong Hingga Review Palsu

27 December 2024   |   07:00 WIB
Image
Dika Irawan Asisten Konten Manajer Hypeabis.id

Dari berbagai strategi pemasaran, endorsement kerap dimanfaatkan pelaku usaha  mengenalkan produk mereka. 
Cara ini terbilang praktis, karena perusahaan cukup mencari influencer atau content creator yang populer di bidangnya masing-masing, kemudian meminta mereka untuk membuat konten promotif di media sosialnya. 

Setelah itu, pemilik merek tinggal menunggu hasilnya, berupa engagement yang akan berujung pada penjualan. Begitu kira-kira ekspektasinya. 

Baca juga: Hypereport: Mencetak Ahli Digital Marketing Lewat Jurusan Bisnis Daring dan Pemasaran

Meski begitu, pemilik merek mesti hati-hati dalam menentukan endorse dengan influencer atau kreator konten. Sebab, di jagat maya, tak sedikit beredar para kreator konten culas. Konten mereka terlihat ramai, mulai dari komentar, views, hingga followers. Akan tetapi, itu semua fake atau palsu, karena didapat dari membeli. 

Pembicaraan tentang praktik ini pun sempat mengemuka di platform Thread beberapa waktu lalu, di mana salah seorang pengguna mengingatkan pemilik merek atau usaha agar bijak dalam menjalin kerja sama dengan para kreator konten. 
Sebab dalam beberapa kasus, banyak yang menggunakan cara tidak etis untuk menaikkan angka engagement. Alhasil, pesan atau kampanye yang dibawa oleh merek tidak tersampaikan dengan baik. 

Bahkan, sebagian kreator konten merasa juga jengkel dengan tindakan para oknum tersebut, karena dapat merusak reputasi mereka. 

Cara-cara culas seperti ini, tentu hanya menguntungkan satu pihak, yaitu oknum kreator. Sementara brand dan konsumen menjadi korban dari perilaku kreator yang tidak bertanggung jawab itu.

Sejatinya membeli followers dan praktik lainnya adalah haram dijalankan, tetapi jamak dilakukan banyak pemilik akun media sosial. Cara pintas ini dianggap dapat merusak akun media sosial itu sendiri. Mulai dari menurunnya traffic hingga potensi dibekukan oleh platform. 

Sejauh ini belum ada aturan terkait tersebut, sehingga masalah ini kembali pada konsumen atau brand agar lebih jeli dalam melihat konten.
 
Di sisi berbeda, jika praktik culas itu merugikan pelaku usaha, maka cara berikut menguntungkan oknum-oknum mereka. 
Cara tersebut yaitu dengan membeli jasa ulasan palsu. Salah satunya, Google Review. Banyak pihak menawarkan jasa untuk meningkatkan rating dengan cara tidak jujur.  Bahkan, dengan mudah jasa ini ditemukan di berbagai marketplace. 
Ini tentu menjadi perhatian serius karena konsumen sering kali bergantung pada ulasan untuk memutuskan pilihan mereka. 

Jika ulasan yang mereka baca ternyata palsu, maka dampaknya dapat merugikan konsumen dan menciptakan iklim ketidakpercayaan.
 

Isu Nyata

Berbagai tipu daya di atas merupakan bagian dari sisi gelap dari pemasaran digital. Isu ini nyata. Menurut clickguard.com, penipuan dalam pemasaran digital mencakup penggunaan traffic dan engagement palsu untuk mendapatkan keuntungan finansial. 

Penipuan ini dapat berupa penggunaan bot untuk menciptakan interaksi yang tampak nyata. Kondisi ini menunjukkan betapa kompleksnya dunia pemasaran digital, di mana 42?ri lalu lintas online saat ini dipengaruhi oleh bot. 

Beberapa bot sebenarnya memiliki fungsi baik, sebagian besar lainnya beroperasi dengan tujuan merugikan pengiklan.
Pasar iklan digital global juga mengalami pertumbuhan yang signifikan, dengan pendapatan Google dari Google Ads mencapai US$224,47 miliar pada 2022. 

Namun, seiring bertambahnya investasi di bidang ini, semakin banyak pula pelaku kejahatan siber yang mencari celah untuk mengeksploitasi sistem. 

Diperkirakan, biaya global dari penipuan iklan akan mencapai US$100 miliar pada 2023, sementara 14 persen dari semua klik dalam kampanye pay-per-click (PPC) adalah penipuan klik. Ironisnya, satu dari setiap tiga dolar yang dibelanjakan pengiklan terbuang sia-sia akibat praktik penipuan ini.

Beragam jenis penipuan dalam pemasaran digital semakin bervariasi dan kompleks. Beberapa penipuan yang jamak terjadi adalah pemalsuan domain, spam klik, injeksi iklan, dan lainnya. Cara-cara itu dirancang untuk menipu pengiklan dan merugikan konsumen. 

Hal ini tentu menciptakan tantangan besar bagi pemasar dan bisnis untuk menjaga keakuratan data dan integritas kampanye iklan mereka. 

Dalam menghadapi sisi gelap pemasaran digital ini, diperlukan langkah-langkah proaktif dan edukasi untuk memastikan bahwa kepercayaan konsumen tidak boleh dikhianati. 

Sebagai konsumen, kita juga dituntut untuk cerdas, tidak bisa menelan mentah-mentah informasi yang disampaikan oleh pemengaruh atau kreator konten. 

Daya kritis kita dibutuhkan agar produk yang dibeli sesuai harapan. Adapun bagi merek, kredibilitas adalah kunci penting dalam meraih kesuksesan. Sekali membohongi konsumen, maka saat itu juga kerugian bakal didapat.  

Baca juga: Sama-sama Penting untuk Digital Marketing, Kenali 6 Perbedaan Content Writing & Copywriting

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Pilihan Material Dinding, Menemukan Keseimbangan Antara Estetika dan Ketangguhan

BERIKUTNYA

Pengen Resolusi Diet di Tahun Baru? Begini Kiat yang Tepat dari Ahli  

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: