SMONG Aceh Tampil Perdana di JAFF 2024, Peringatan 2 Dekade Tsunami Aceh
10 December 2024 |
08:00 WIB
Film dokumenter bertajuk SMONG Aceh tayang perdana secara terbatas di ajang film internasional Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2024. Film berdurasi 31 menit yang digarap Cinesurya, Rumah Dokumenter dan Christine Hakim Film ini menjadi peringatan akan bencana Aceh yang terjadi pada dua dekade lalu.
Bencana tsunami pada 26 Desember 2024 memang memuat banyak cerita. SMONG Aceh merupakan kilas balik bagaimana gempa dan gelombang besar yang menghempas pesisir terbarat Indonesia 20 tahun lalu itu, menjadikan bencana alam paling mematikan dalam sejarah modern Indonesia. Diketahui, kejadian ini menelan korban lebih dari 200.000 jiwa.
Baca juga: Daftar Pemenang JAFF 2024, Film Yohanna Borong Penghargaan
Dari aspek storytelling, SMONG Aceh berkisah melalui perspektif dan pengalaman dua orang asli Aceh yaitu Sharina dan Juman. Keduanya memiliki mimpi yang sama, yakni memastikan bahwa generasi mendatang aman dari tsunami.
Sharina adalah penduduk Banda Aceh yang selamat dari tsunami 2004. Derita kehilangan seluruh keluarga dan teman membuatnya mengabdikan diri untuk belajar, melakukan riset, dan membuat program untuk mengedukasi anak-anak agar paham tentang bencana alam dan tsunami.
Sementara itu, Juman merupakan musisi tradisional Aceh asal Simeulue. Dia rajin berkeliling pasar dan gerai kopi memainkan nandong, mensenandungkan kisah tentang bahaya tsunami melalui seni.
Dari aspek akademis dan sains, film dokumenter ini juga mengangkat testimoni dari peneliti, pengamat dan pemuka masyarakat. SMONG Aceh juga mengulas hasil temuan riset OceanX di leg 1 pada Mei tahun ini yang berfokus kepada megathrust dan tsunami.
Film dokumenter ini disutradai Tonny Trimarsanto, sineas dokumenter yang pernah memenangkan penghargaan di berbagai ajang film internasional dan juga pemenang Piala Citra untuk Film Dokumenter Panjang Terbaik pada ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2024 belum lama ini. Salah satu produser film dokumenter ini adalah Christine Hakim, aktris senior dengan sederet panjang penghargaan nasional dan internasional.
Dia bersama Tonny Trimarsanto sebelumnya merilis film Serambi di Cannes Film Festival pada 2006, sebuah film yang juga diinspirasi oleh kisah hidup penyintas bencana tsunami di Aceh. Adapun Fauzan Zidni, Rama Adi, dan Tia Sukma Sari menjadi produser, serta Tussy Hapsary sebagai produser eksekutif pada film ini.
Tonny menyampaikan ‘smong’ dalam bahasa asli Simeuleu berarti tsunami atau bencana. Istilah ini berakar dari pengetahuan lokal dan memainkan peran penting dalam menyelamatkan ribuan nyawa ketika tsunami terjadi pada 2004.
“Ini menunjukkan betapa berharganya kearifan lokal dalam kesiapsiagaan bencana, dan wawasan budaya lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi ini sangat perlu diintegrasikan ke dalam edukasi publik secara nasional“, ujarnya, dikutip Hypeabis dalam siaran pers, Senin (9/12/2024).
Pasca bencana, ketahanan, dan semangat kebersamaan masyarakat Aceh telah mendorong revitalisasi ekonomi serta budaya lokal yang terlihat setelah dua dekade sejak bencana. Nuansa ini yang ingin disampaikan melalui cerita di dalam SMONG Aceh, agar masyarakat terutama generasi muda di kawasan Indonesia yang rawan gempa dan tsunami, memiliki pemahaman untuk membangun kesiapsiagaan.
Christine Hakim berharap setelah tampil di JaFF 2024, film dokumenter ini bisa juga diputar di berbagai instansi, komunitas, dan universitas. Tujuannya sebagai edukasi dan sosialisasi terutama di daerah rawan gempa dan tsunami.
“Harapannya, film ini dapat mengguga empati penonton, dan mengubah tragedi menjadi narasi harapan dan kekuatan dalam rangka memperingati 20 tahun tsunami Aceh yang jatuh di 26 Desember 2024 ini,” tambahnya.
Baca juga: JAFF 2024 Cetak Rekor Pengunjung Sejak Dimulai 18 Tahun Lalu
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Bencana tsunami pada 26 Desember 2024 memang memuat banyak cerita. SMONG Aceh merupakan kilas balik bagaimana gempa dan gelombang besar yang menghempas pesisir terbarat Indonesia 20 tahun lalu itu, menjadikan bencana alam paling mematikan dalam sejarah modern Indonesia. Diketahui, kejadian ini menelan korban lebih dari 200.000 jiwa.
Baca juga: Daftar Pemenang JAFF 2024, Film Yohanna Borong Penghargaan
Dari aspek storytelling, SMONG Aceh berkisah melalui perspektif dan pengalaman dua orang asli Aceh yaitu Sharina dan Juman. Keduanya memiliki mimpi yang sama, yakni memastikan bahwa generasi mendatang aman dari tsunami.
Sharina adalah penduduk Banda Aceh yang selamat dari tsunami 2004. Derita kehilangan seluruh keluarga dan teman membuatnya mengabdikan diri untuk belajar, melakukan riset, dan membuat program untuk mengedukasi anak-anak agar paham tentang bencana alam dan tsunami.
Sementara itu, Juman merupakan musisi tradisional Aceh asal Simeulue. Dia rajin berkeliling pasar dan gerai kopi memainkan nandong, mensenandungkan kisah tentang bahaya tsunami melalui seni.
Dari aspek akademis dan sains, film dokumenter ini juga mengangkat testimoni dari peneliti, pengamat dan pemuka masyarakat. SMONG Aceh juga mengulas hasil temuan riset OceanX di leg 1 pada Mei tahun ini yang berfokus kepada megathrust dan tsunami.
Film dokumenter ini disutradai Tonny Trimarsanto, sineas dokumenter yang pernah memenangkan penghargaan di berbagai ajang film internasional dan juga pemenang Piala Citra untuk Film Dokumenter Panjang Terbaik pada ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2024 belum lama ini. Salah satu produser film dokumenter ini adalah Christine Hakim, aktris senior dengan sederet panjang penghargaan nasional dan internasional.
Dia bersama Tonny Trimarsanto sebelumnya merilis film Serambi di Cannes Film Festival pada 2006, sebuah film yang juga diinspirasi oleh kisah hidup penyintas bencana tsunami di Aceh. Adapun Fauzan Zidni, Rama Adi, dan Tia Sukma Sari menjadi produser, serta Tussy Hapsary sebagai produser eksekutif pada film ini.
Tonny menyampaikan ‘smong’ dalam bahasa asli Simeuleu berarti tsunami atau bencana. Istilah ini berakar dari pengetahuan lokal dan memainkan peran penting dalam menyelamatkan ribuan nyawa ketika tsunami terjadi pada 2004.
“Ini menunjukkan betapa berharganya kearifan lokal dalam kesiapsiagaan bencana, dan wawasan budaya lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi ini sangat perlu diintegrasikan ke dalam edukasi publik secara nasional“, ujarnya, dikutip Hypeabis dalam siaran pers, Senin (9/12/2024).
Pasca bencana, ketahanan, dan semangat kebersamaan masyarakat Aceh telah mendorong revitalisasi ekonomi serta budaya lokal yang terlihat setelah dua dekade sejak bencana. Nuansa ini yang ingin disampaikan melalui cerita di dalam SMONG Aceh, agar masyarakat terutama generasi muda di kawasan Indonesia yang rawan gempa dan tsunami, memiliki pemahaman untuk membangun kesiapsiagaan.
Christine Hakim berharap setelah tampil di JaFF 2024, film dokumenter ini bisa juga diputar di berbagai instansi, komunitas, dan universitas. Tujuannya sebagai edukasi dan sosialisasi terutama di daerah rawan gempa dan tsunami.
“Harapannya, film ini dapat mengguga empati penonton, dan mengubah tragedi menjadi narasi harapan dan kekuatan dalam rangka memperingati 20 tahun tsunami Aceh yang jatuh di 26 Desember 2024 ini,” tambahnya.
Baca juga: JAFF 2024 Cetak Rekor Pengunjung Sejak Dimulai 18 Tahun Lalu
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.