Pementasan 'Karena Aku Perempuan: Kelahiran Sebuah Pergerakan' Rayakan Perjuangan Perempuan di Balik Meja Kongres
Hebatnya kisah mereka akan kembali teringat melalui karya Keana Film bekerjasama dengan Galeri Indonesia Kaya dalam tajuk pentas teater ‘Karena Aku Perempuan: Kelahiran Sebuah Pergerakan!’ tepat pada 22 Desember 2024 yang juga menandai peristiwa kongres perempuan dan juga Hari Ibu.
Pementasan ini tidak hanya akan mengangkat peran perempuan dalam sejarah, tetapi juga menyoroti perjuangan mereka dalam memperjuangkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di Indonesia.
Baca juga: Teater Pandora Siap Pentaskan Lakon Constellations di Museum MACAN
Produser sekaligus pemain ‘Karena Aku Perempuan: Kelahiran Sebuah Pergerakan!’ Marcella Zalianty menyebut, pentas teater ini lahir dari sebuah ide yang kuat. Awalnya, dia bersama Wawan Sofwan selaku sutradara teater ini berencana untuk membuat pertunjukan yang mengangkat tema kepemimpinan perempuan.
Namun, rencana itu sempat tertunda pada bulan April 2024. Ketika Hari Ibu mendekat, mereka merasa momen tersebut sangat tepat untuk melaksanakan pementasan ini terutama mengingat bahwa tanggal 22 Desember bertepatan dengan peringatan Kongres Perempuan Indonesia yang pertama.
Apalagi, bagi Marcella, Kongres Perempuan Pertama di Indonesia adalah tonggak penting yang menjadi pijakan awal perjuangan hak-hak perempuan di Indonesia pada masa-masa sebelum kemerdekaan. "Hari Ibu ini sejalan dengan Kongres Perempuan Pertama di Indonesia yang kita kenal sebagai momen bersejarah dalam pergerakan perempuan," tambahnya.
Menurutnya, pementasan ini bertujuan menyampaikan pesan bahwa perjuangan perempuan di Indonesia memiliki akar yang dalam dan bersejarah yang perlu dikenang dan diapresiasi.
Bagi Wawan, teater ini berusaha untuk menampilkan peristiwa sejarah tersebut dengan pendekatan yang berbeda. "Teater adalah cara yang efektif untuk mengangkat sejarah dalam bentuk yang lebih hidup dan interaktif. Kita ingin menampilkan bagaimana debat dan perdebatan yang terjadi di Kongres Perempuan bisa lebih terasa nyata," jelasnya.
Wawan mengungkapkan bahwa meski peristiwa yang terjadi di Kongres Perempuan Indonesia tahun 1928 sudah lama berlalu, tetapi isu-isu yang diangkat dalam kongres tersebut seperti kesetaraan hak perempuan, pendidikan, dan partisipasi perempuan dalam pergerakan bangsa terus relevan hingga sekarang.
Selain peran produser dan sutradara, peran aktris yang mementaskan juga menjadi berarti. Marcella Zalianty akan berperan sebagai Nyonya Sukonto, sementara Aghniny Haque akan berperan sebagai Sujatin, dan Ruth Marini berperan sebagai Nyi Hajar Dewantara.
Aghiny menyampaikan proses pendalaman karakternya yang dinilainya tak cukup mudah. Pasalnya, Aghiny harus belajar mengenai artikulasi dan tempo dalam berbicara. "Namun setelah melalui latihan, saya merasa semakin menghargai perjuangan perempuan di masa lalu," kata Aghniny.
Dia mengungkapkan bahwa memerankan Sujatin memberikan perspektif baru tentang pentingnya pendidikan dan keterlibatan perempuan dalam kehidupan publik.
Sementara itu, Ruth Marini yang memerankan Nyi Hajar Dewantara menyambut baik peran besar sosok yang diberikan kepadanya. "Sangat senang terutama karena diberi kesempatan untuk berbicara tentang perempuan di panggung teater. Semoga ini bisa menginspirasi banyak orang," ujarnya.
Derap Perjuangan Perempuan
KONFERENSI PERS TEATER BERTEMA PEREMPUAN Aktris Aghniny Haque (dari kiri), Produser sekaligus Pemain Teater Marcella Zalianty, dan Aktris Ruth Marini saat Konferensi pers pentas teater bertajuk Karena Aku Perempuan: Kelahiran Sebuah Pergerakan di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Kamis (19/12/2024). (Sumber gambar: Hypeabis.id/Arief Hermawan P)
Bagi Marcella Zalianty, pementasan ini merupakan cara untuk mengedukasi masyarakat terutama generasi muda tentang pentingnya perjuangan perempuan. "Kami ingin mengingatkan dan mengajak orang untuk lebih memahami asal-usul perjuangan perempuan Indonesia," katanya.
Pementasan ini juga, kata Marcella, mengajak penonton untuk merefleksikan perjalanan panjang perempuan dalam mencapai hak-haknya yang setara dengan laki-laki.
Sementara itu dari sisi tantangannya dalam menggarap pertunjukan tersebut, bagi sutradara Wawan Sofwan mengaku bahwa tantangan terbesarnya adalah merekonstruksi peristiwa sejarah yang terjadi lebih dari 100 tahun lalu.
Namun demikian, teater dinilainya tetap sebagai cara yang efektif untuk menyampaikan pesan perjuangan perempuan dengan cara yang lebih hidup dan menyentuh hati. "Teater punya kekuatan emosional yang tidak bisa ditandingi media lain. Kami ingin penonton tidak hanya menonton, tetapi juga merasakan perjuangan perempuan itu sendiri," jelas Wawan.
Pementasan yang bukan hanya sekadar pertunjukan, melainkan sebuah selebrasi atas perjuangan perempuan di Indonesia. Nantinya, pementasan yang akan berlangsung di Galeri Indonesia Kaya ini juga akan melibatkan berbagai tokoh perempuan dari berbagai bidang mulai dari penampil musik serta stand-up komedian oleh perempuan.
Ini juga menjadi bukti bahwa perempuan Indonesia terus memainkan peran penting dalam sejarah dan pembangunan bangsa.
Baca juga: Menilik Proses Kreatif Kelompok Fantasi Tuli Garap Teater Musikal Senandung Senyap di FMI 2024
Editor: Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.