Dua Pertunjukan Mengangkat Multikulturalisme Jawa Hadir di Galeri Indonesia Kaya
04 June 2023 |
07:30 WIB
Setelah sempat rehat selama 2 tahun karena pandemi, Galeri Indonesia Kaya kini semarak lagi. Salah satu oase seni budaya di Jakarta itu senantiasa menyuguhkan berbagai pertunjukan menarik bagi penikmat seni pada akhir pekan. Selama Juni 2023, Galeri ini akan mengajak masyarakat untuk memahami keragaman suku dan kebudayaan khususnya di Pulau Jawa.
Ada dua pertunjukan yang siap dipentaskan di Galeri Indonesia Kaya yakni pertunjukan Dari Jember untuk Dunia oleh Lingkar Kreatif Independen (Linkrafin) pada 10 Juni 2023, serta pertunjukan Arek Suramadu persembahan dari tiga seniwati asal Jawa Timur yakni penyanyi Nina Tamam, Mariska Setiawan, dan Kathy Permata yang akan dihelat pada 17 Juni 2023.
Baca juga: Seniman Syakieb Sungkar Bakal Gelar Pameran di Cemara 6 Galeri – Toeti Heraty Museum
Lingkar Kreatif Independen (Linkrafin) merupakan sebuah kelompok pemberdayaan karya yang memiliki tujuan untuk memperkaya khazanah budaya dan instrumen kesenian di lingkup industri kreatif. Dalam pementasan Dari Jember untuk Dunia, Linkrafin akan menampilkan pertunjukan akulturasi budaya melalui musik, tari, dan bahasa, untuk memperkenalkan kota mereka yang tumbuh dalam ruang harmoni keluhuran tradisi dan keagungan imaji.
Sementara itu, dalam pertunjukan Arek Suramadu, penonton akan dibawa untuk bernostalgia dengan menyaksikan kisah tiga seniwati dari Jawa Timur mengenai tanah asal mereka melalui lagu-lagu yang akan membawa kenangan indah, serta sebagai pengingat akan makna perjuangan dalam berkesenian dan berkarya.
Sebelumnya, Galeri Indonesia Kaya juga sukses menyuguhkan pertunjukan teater dengan balutan komedi bertajuk Kuntilanak Mangga Dunia persembahan dari Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih berkolaborasi dengan Ary Kirana yang dihelat pada Sabtu (3/6/2023).
Sejarah didirikannya Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih sendiri berawal dari seorang gadis asli Sumedang, Jawa Barat, yang bernama Tjitjih, bergabung dengan Opera Valencia yang dipimpin oleh Abu Bakar Bafagih pada 1926.
Tjitjih berparas cantik, kreatif, dan penuh disiplin dalam berkesenian. Sebagai wujud penghargaan terhadap kelompok opera tersebut, pada 1928, Opera Valencia diubah menjadi Miss Tjitjih Tonil Gezelschap. Kelompok opera yang awalnya berbahasa pengantar Melayu ini lantas berubah bahasa pengantar menjadi Sunda.
Selama kurang lebih 60 menit, auditorium Galeri Indonesia Kaya diramaikan dengan suara tawa dari para penikmat seni yang terhibur dengan komedi khas Sunda yang menjadi ciri khas dari Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih.
Pertunjukan Kuntilanak Mangga Dua berkisah tentang seorang pemuda pekerja keras dan jujur bernama Tisna yang berniat untuk membahagiakan sang kekasihnya, Acih. Setelah menikah, Tisna dan Acih pun pindah ke Jakarta dan menempati sebuah rumah yang ternyata angker. Dalam pertunjukan ini, Ary Kirana mendapatkan kesempatan untuk memerankan sosok Acih.
Ary Kirana mengatakan berkolaborasi dengan Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih yang sudah malang melintang sejak lama di dunia panggung seni pertunjukan Tanah Air merupakan sebuah pengalaman yang menyenangkan dan cukup menantang baginya.
Dalam pertunjukan ini, penyanyi sekaligus presenter itu ditantang menjadi sosok Acih yang merupakan seorang perempuan sunda. Diakui olehnya peran yang dilakoninya itu mengasah kemampuannya dalam berimprovisasi tanpa skrip. "Semoga kolaborasi kami dapat menghibur dan diterima dengan baik oleh para penikmat seni,” katanya.
Baca juga: Galeri Nasional dan Lembaga Perupa Kaltim Bahas Masa Depan Kebudayaan Dalam Pembangunan IKN
Sementara itu, Renitasari Adrian selaku Program Director Galeri Indonesia Kaya menuturkan kolaborasi antara Ary Kirana dan Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih merupakan salah satu upaya pihaknya untuk mengenalkan serta mengingatkan kembali para penikmat seni dengan kebudayaan Sunda yang dibalut dengan sentuhan komedi.
"Selain menghibur, keduanya sukses menyampaikan pesan dan nilai-nilai kebudayaan ke hadapan para penikmat seni. Kami harap, pementasan ini dapat menambah wawasan para penikmat seni tentang ragam kebudayaan yang ada di Indonesia,” katanya.
Editor: Fajar Sidik
Ada dua pertunjukan yang siap dipentaskan di Galeri Indonesia Kaya yakni pertunjukan Dari Jember untuk Dunia oleh Lingkar Kreatif Independen (Linkrafin) pada 10 Juni 2023, serta pertunjukan Arek Suramadu persembahan dari tiga seniwati asal Jawa Timur yakni penyanyi Nina Tamam, Mariska Setiawan, dan Kathy Permata yang akan dihelat pada 17 Juni 2023.
Baca juga: Seniman Syakieb Sungkar Bakal Gelar Pameran di Cemara 6 Galeri – Toeti Heraty Museum
Lingkar Kreatif Independen (Linkrafin) merupakan sebuah kelompok pemberdayaan karya yang memiliki tujuan untuk memperkaya khazanah budaya dan instrumen kesenian di lingkup industri kreatif. Dalam pementasan Dari Jember untuk Dunia, Linkrafin akan menampilkan pertunjukan akulturasi budaya melalui musik, tari, dan bahasa, untuk memperkenalkan kota mereka yang tumbuh dalam ruang harmoni keluhuran tradisi dan keagungan imaji.
Sementara itu, dalam pertunjukan Arek Suramadu, penonton akan dibawa untuk bernostalgia dengan menyaksikan kisah tiga seniwati dari Jawa Timur mengenai tanah asal mereka melalui lagu-lagu yang akan membawa kenangan indah, serta sebagai pengingat akan makna perjuangan dalam berkesenian dan berkarya.
Sumber gambar: Galeri Indonesia Kaya
Sejarah didirikannya Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih sendiri berawal dari seorang gadis asli Sumedang, Jawa Barat, yang bernama Tjitjih, bergabung dengan Opera Valencia yang dipimpin oleh Abu Bakar Bafagih pada 1926.
Tjitjih berparas cantik, kreatif, dan penuh disiplin dalam berkesenian. Sebagai wujud penghargaan terhadap kelompok opera tersebut, pada 1928, Opera Valencia diubah menjadi Miss Tjitjih Tonil Gezelschap. Kelompok opera yang awalnya berbahasa pengantar Melayu ini lantas berubah bahasa pengantar menjadi Sunda.
Selama kurang lebih 60 menit, auditorium Galeri Indonesia Kaya diramaikan dengan suara tawa dari para penikmat seni yang terhibur dengan komedi khas Sunda yang menjadi ciri khas dari Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih.
Pertunjukan Kuntilanak Mangga Dua berkisah tentang seorang pemuda pekerja keras dan jujur bernama Tisna yang berniat untuk membahagiakan sang kekasihnya, Acih. Setelah menikah, Tisna dan Acih pun pindah ke Jakarta dan menempati sebuah rumah yang ternyata angker. Dalam pertunjukan ini, Ary Kirana mendapatkan kesempatan untuk memerankan sosok Acih.
Ary Kirana mengatakan berkolaborasi dengan Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih yang sudah malang melintang sejak lama di dunia panggung seni pertunjukan Tanah Air merupakan sebuah pengalaman yang menyenangkan dan cukup menantang baginya.
Dalam pertunjukan ini, penyanyi sekaligus presenter itu ditantang menjadi sosok Acih yang merupakan seorang perempuan sunda. Diakui olehnya peran yang dilakoninya itu mengasah kemampuannya dalam berimprovisasi tanpa skrip. "Semoga kolaborasi kami dapat menghibur dan diterima dengan baik oleh para penikmat seni,” katanya.
Baca juga: Galeri Nasional dan Lembaga Perupa Kaltim Bahas Masa Depan Kebudayaan Dalam Pembangunan IKN
Sementara itu, Renitasari Adrian selaku Program Director Galeri Indonesia Kaya menuturkan kolaborasi antara Ary Kirana dan Kelompok Sandiwara Miss Tjitjih merupakan salah satu upaya pihaknya untuk mengenalkan serta mengingatkan kembali para penikmat seni dengan kebudayaan Sunda yang dibalut dengan sentuhan komedi.
"Selain menghibur, keduanya sukses menyampaikan pesan dan nilai-nilai kebudayaan ke hadapan para penikmat seni. Kami harap, pementasan ini dapat menambah wawasan para penikmat seni tentang ragam kebudayaan yang ada di Indonesia,” katanya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.