Menangkap Tren dan Peluang Bisnis Barang Bekas
17 December 2024 |
12:16 WIB
Barang bekas kini bukan hanya soal hemat, tetapi telah menjadi bagian dari gaya hidup modern. Tren ini makin populer di berbagai kalangan, terutama generasi muda, yang lebih sadar akan pentingnya keberlanjutan dan dampak konsumsi terhadap lingkungan.
Pasar barang bekas, atau dikenal dengan istilah thrifting, terus berkembang pesat, bahkan menciptakan peluang bisnis menjanjikan bagi banyak pelaku usaha seiring dengan meningkatnya kesadaran akan keberlanjutan. Produk yang masih berkualitas, tetapi dijual dengan harga lebih terjangkau, menarik konsumen yang ingin berhemat sekaligus berkontribusi pada pengurangan limbah.
Baca juga: Bisnis Jual Beli Barang Bekas Ternyata Menggiurkan, Omzet Bisa Sampai Ratusan Juta
Survei Statista mengungkapkan bahwa Gen Z dan milenial menjadi penggerak utama tren ini. Mereka lebih terbuka untuk membeli barang bekas, tidak hanya karena alasan finansial, tetapi juga untuk mendukung keberlanjutan. Di Amerika Serikat, 90 persen Gen Z dan 85 persen milenial dilaporkan pernah membeli barang bekas, tren yang kini mulai terlihat di Indonesia.
Pasar barang bekas memiliki potensi ekonomi yang besar. Menurut data, nilai pasar barang bekas global diperkirakan mencapai US$197 miliar pada 2023. Di Indonesia, peluang ini kian terbuka lebar karena konsumen mulai melihat barang bekas sebagai alternatif yang berkualitas.
Bagi para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM), bisnis barang bekas menawarkan keuntungan besar dengan modal yang relatif kecil. Penjual dapat memanfaatkan berbagai platform digital untuk menjangkau konsumen secara luas. Produk yang paling diminati di pasar ini mencakup pakaian, aksesori, buku, hingga peralatan rumah tangga.
Namun, bisnis ini juga memiliki tantangan. Salah satunya adalah keraguan konsumen terhadap kualitas barang. Penjual perlu memastikan barang yang ditawarkan layak pakai dan memiliki nilai jual yang baik. Perkembangan teknologi menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan bisnis barang bekas. Platform berbasis teknologi, seperti Findit.id di Indonesia, membantu mengatasi kendala dalam bisnis ini.
Kiran Dev, CEO findit.id mengatakan, platform ini hadir untuk memberikan ruang transaksi yang aman dan terjamin bagi penjual dan pembeli. Dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI), platform semacam ini memberikan kemudahan bagi penjual untuk memasarkan barang mereka sekaligus memastikan kualitas barang terjamin.
Selain itu, teknologi juga memudahkan konsumen untuk menemukan produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka. “Dengan fitur kurasi otomatis dan rekomendasi personal, pengalaman belanja barang bekas menjadi lebih nyaman dan terpercaya,” tuturnya.
Bisnis barang bekas tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Membeli barang bekas berarti memperpanjang usia pakai produk, yang pada akhirnya mengurangi limbah dan emisi karbon.
Sejak enam bulan di luncurkan, Findit.id telah mencatat lebih dari 100.000 pengguna terdaftar dan menampilkan lebih dari 76.000 barang dari 21.000 penjual aktif.
“Dengan target ambisius 10 juta barang bekas terdaftar pada 2029, kami berkomitmen memberikan dampak besar terhadap lingkungan, seperti mengurangi 250.000 ton emisi CO2, menghemat miliaran liter air, dan mendorong perubahan perilaku konsumen menuju gaya hidup berkelanjutan.” tutur Kiran.
Bagi Genhype yang ingin memulai bisnis barang bekas, berikut langkah yang bisa diikuti:
Baca juga: Indonesia Jadi Target Dumping Barang Bekas yang Mengubah Esensi Thrifting dan Mengusik UKM
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Pasar barang bekas, atau dikenal dengan istilah thrifting, terus berkembang pesat, bahkan menciptakan peluang bisnis menjanjikan bagi banyak pelaku usaha seiring dengan meningkatnya kesadaran akan keberlanjutan. Produk yang masih berkualitas, tetapi dijual dengan harga lebih terjangkau, menarik konsumen yang ingin berhemat sekaligus berkontribusi pada pengurangan limbah.
Baca juga: Bisnis Jual Beli Barang Bekas Ternyata Menggiurkan, Omzet Bisa Sampai Ratusan Juta
Survei Statista mengungkapkan bahwa Gen Z dan milenial menjadi penggerak utama tren ini. Mereka lebih terbuka untuk membeli barang bekas, tidak hanya karena alasan finansial, tetapi juga untuk mendukung keberlanjutan. Di Amerika Serikat, 90 persen Gen Z dan 85 persen milenial dilaporkan pernah membeli barang bekas, tren yang kini mulai terlihat di Indonesia.
Pasar barang bekas memiliki potensi ekonomi yang besar. Menurut data, nilai pasar barang bekas global diperkirakan mencapai US$197 miliar pada 2023. Di Indonesia, peluang ini kian terbuka lebar karena konsumen mulai melihat barang bekas sebagai alternatif yang berkualitas.
Bagi para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM), bisnis barang bekas menawarkan keuntungan besar dengan modal yang relatif kecil. Penjual dapat memanfaatkan berbagai platform digital untuk menjangkau konsumen secara luas. Produk yang paling diminati di pasar ini mencakup pakaian, aksesori, buku, hingga peralatan rumah tangga.
Namun, bisnis ini juga memiliki tantangan. Salah satunya adalah keraguan konsumen terhadap kualitas barang. Penjual perlu memastikan barang yang ditawarkan layak pakai dan memiliki nilai jual yang baik. Perkembangan teknologi menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan bisnis barang bekas. Platform berbasis teknologi, seperti Findit.id di Indonesia, membantu mengatasi kendala dalam bisnis ini.
Kiran Dev, CEO findit.id mengatakan, platform ini hadir untuk memberikan ruang transaksi yang aman dan terjamin bagi penjual dan pembeli. Dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI), platform semacam ini memberikan kemudahan bagi penjual untuk memasarkan barang mereka sekaligus memastikan kualitas barang terjamin.
Selain itu, teknologi juga memudahkan konsumen untuk menemukan produk yang sesuai dengan kebutuhan mereka. “Dengan fitur kurasi otomatis dan rekomendasi personal, pengalaman belanja barang bekas menjadi lebih nyaman dan terpercaya,” tuturnya.
Bisnis barang bekas tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Membeli barang bekas berarti memperpanjang usia pakai produk, yang pada akhirnya mengurangi limbah dan emisi karbon.
Sejak enam bulan di luncurkan, Findit.id telah mencatat lebih dari 100.000 pengguna terdaftar dan menampilkan lebih dari 76.000 barang dari 21.000 penjual aktif.
“Dengan target ambisius 10 juta barang bekas terdaftar pada 2029, kami berkomitmen memberikan dampak besar terhadap lingkungan, seperti mengurangi 250.000 ton emisi CO2, menghemat miliaran liter air, dan mendorong perubahan perilaku konsumen menuju gaya hidup berkelanjutan.” tutur Kiran.
Bagi Genhype yang ingin memulai bisnis barang bekas, berikut langkah yang bisa diikuti:
- Pilih Niche Pasar: Fokus pada kategori tertentu, seperti pakaian vintage, buku langka, atau peralatan rumah tangga, untuk menarik konsumen yang spesifik.
- Gunakan Platform Digital: Manfaatkan aplikasi atau situs jual beli untuk menjangkau pasar lebih luas.
- Jaga Kualitas Barang: Pastikan produk layak pakai dan menarik perhatian konsumen.
- Promosi Kreatif: Gunakan media sosial untuk mempromosikan produk dan membangun komunitas pembeli.
- Berikan Nilai Tambah: Tambahkan sentuhan personal, seperti kemasan menarik atau cerita di balik produk, untuk meningkatkan daya tarik.
Baca juga: Indonesia Jadi Target Dumping Barang Bekas yang Mengubah Esensi Thrifting dan Mengusik UKM
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.