Siap-siap, Harga TV Hingga Kulkas Bakal Naik Jika PPN 12 Persen Diterapkan
10 December 2024 |
08:30 WIB
Kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen yang akan berlaku mulai 1 Januari 2025 semakin jelas terlihat. Meski demikian, rincian mengenai barang-barang apa saja yang akan dikenakan tarif ini masih menjadi tanda tanya.
Kabar yang beredar menyebutkan bahwa kenaikan PPN ini kemungkinan besar akan berlaku untuk kategori barang mewah. Hal ini pun membuat pelaku usaha di sektor elektronik mulai bersiap, mengingat produk elektronik berkualitas tinggi berpotensi masuk ke dalam kategori tersebut.
Andri Adi Utomo, National Sales Senior GM PT Sharp Electronics Indonesia mengatakan dari pengalaman yang sudah ada, kenaikan PPN berdampak pada penurunan daya beli di pasar elektronik rumah tangga. Kondisi saat ini diperparah dengan pasar yang belum pulih semenjak dihantam pandemi Covid-19.
Baca juga: Cek 4 Strategi Cermat Mengelola Pengeluaran di Tengah Rencana Kenaikan PPN 12 Persen
“Dari September ini sudah turun terus, dampaknya mungkin bisa market bisa turun sekitar 3-5 persen,” sebutnya saat berbincang dengan Hypeabis.id beberapa waktu lalu.
Berkaca pada kenaikan PPN 11 persen pada 2022 lalu, gejolaknya memang tidak terlalu besar dan berlangsung hanya satu bulan mengingat saat itu menuju momentum Lebaran. Namun, tidak dengan kenaikan PPN saat ini.
Kenaikan PPN 12 persen berlangsung pada awal tahun, ketika masyarakat sudah memakai uangnya untuk momentum Nataru. Sementara Lebaran berlangsung beberapa bulan lagi. Daya beli tentu akan drop pada Januari, tetapi Andri berharap kondisi bisa pulih segera melihat situasi yang terjadi.
Sementara itu, manajemen Sharp sejatinya sudah memprediksi PPN 12 persen tetap diberlakukan pada awal tahun depan. Andri sudah berdiskusi dengan tim marketing dan sales marketing untuk membuat strategi penjualan.
Sharp cukup serius menghadapi kebijakan tarif pajak ini mengingat mereka memiliki total 24 cabang, 800 dealer, dan 680 stock keeping unit (SKU). “Udah gitu punya price region yang begitu banyak dan ini harus otomatis, karena sistem kita sudah pakai SAP (Standar Akuntansi Pemerintah),” jelasnya.
Andri dan tim juga tengah menyiapkan daftar harga terbaru produk elektronik yang dijual per 1 Januari 2025. Harga produk Sharp otomatis naik sekitar 1 persen dibandingkan dengan harga sebelumnya.
“Karena kenaikan 11 persen jadi 12 persen, kan otomatis dealer atau konsumen akan bayar lebih mahal lagi untuk harga gross price-nya dan kita sudah siapin sekarang. Kalau nanti ditunda, ya kita lihat lagi,” jelasnya.
Strategi lain untuk menghadapi kenaikan pajak ini yaitu menjual habis stock yang ada di sub-sub dealer, baik secara online dan offline. Beragam promo dibuat untuk meningkatkan penjualan langsung ke konsumen. Insentif besar juga diterapkan untuk para tenaga penjual.
Sharp turut menggandeng sektor finansial untuk memberikan kemudahan dan keringanan bagi konsumen yang ingin membeli produk, terutama melalui sistem kredit.
Bicara soal penjualan saat ini, lemari es, mesin cuci, AC, dan LCD TV masih menjadi penopang pemasukan perusahaan. Andri tetap optimistis penjualan produk ini pada 2025. Saat ini, Sharp Indonesia hampir mencapai target pendapatan Rp11 triliun pada akhir 2024.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Kabar yang beredar menyebutkan bahwa kenaikan PPN ini kemungkinan besar akan berlaku untuk kategori barang mewah. Hal ini pun membuat pelaku usaha di sektor elektronik mulai bersiap, mengingat produk elektronik berkualitas tinggi berpotensi masuk ke dalam kategori tersebut.
Andri Adi Utomo, National Sales Senior GM PT Sharp Electronics Indonesia mengatakan dari pengalaman yang sudah ada, kenaikan PPN berdampak pada penurunan daya beli di pasar elektronik rumah tangga. Kondisi saat ini diperparah dengan pasar yang belum pulih semenjak dihantam pandemi Covid-19.
Baca juga: Cek 4 Strategi Cermat Mengelola Pengeluaran di Tengah Rencana Kenaikan PPN 12 Persen
“Dari September ini sudah turun terus, dampaknya mungkin bisa market bisa turun sekitar 3-5 persen,” sebutnya saat berbincang dengan Hypeabis.id beberapa waktu lalu.
Berkaca pada kenaikan PPN 11 persen pada 2022 lalu, gejolaknya memang tidak terlalu besar dan berlangsung hanya satu bulan mengingat saat itu menuju momentum Lebaran. Namun, tidak dengan kenaikan PPN saat ini.
Kenaikan PPN 12 persen berlangsung pada awal tahun, ketika masyarakat sudah memakai uangnya untuk momentum Nataru. Sementara Lebaran berlangsung beberapa bulan lagi. Daya beli tentu akan drop pada Januari, tetapi Andri berharap kondisi bisa pulih segera melihat situasi yang terjadi.
Sementara itu, manajemen Sharp sejatinya sudah memprediksi PPN 12 persen tetap diberlakukan pada awal tahun depan. Andri sudah berdiskusi dengan tim marketing dan sales marketing untuk membuat strategi penjualan.
Sharp cukup serius menghadapi kebijakan tarif pajak ini mengingat mereka memiliki total 24 cabang, 800 dealer, dan 680 stock keeping unit (SKU). “Udah gitu punya price region yang begitu banyak dan ini harus otomatis, karena sistem kita sudah pakai SAP (Standar Akuntansi Pemerintah),” jelasnya.
Andri dan tim juga tengah menyiapkan daftar harga terbaru produk elektronik yang dijual per 1 Januari 2025. Harga produk Sharp otomatis naik sekitar 1 persen dibandingkan dengan harga sebelumnya.
“Karena kenaikan 11 persen jadi 12 persen, kan otomatis dealer atau konsumen akan bayar lebih mahal lagi untuk harga gross price-nya dan kita sudah siapin sekarang. Kalau nanti ditunda, ya kita lihat lagi,” jelasnya.
Strategi lain untuk menghadapi kenaikan pajak ini yaitu menjual habis stock yang ada di sub-sub dealer, baik secara online dan offline. Beragam promo dibuat untuk meningkatkan penjualan langsung ke konsumen. Insentif besar juga diterapkan untuk para tenaga penjual.
Sharp turut menggandeng sektor finansial untuk memberikan kemudahan dan keringanan bagi konsumen yang ingin membeli produk, terutama melalui sistem kredit.
Bicara soal penjualan saat ini, lemari es, mesin cuci, AC, dan LCD TV masih menjadi penopang pemasukan perusahaan. Andri tetap optimistis penjualan produk ini pada 2025. Saat ini, Sharp Indonesia hampir mencapai target pendapatan Rp11 triliun pada akhir 2024.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.