JAFF 2024 Cetak Rekor Pengunjung Sejak Dimulai 18 Tahun Lalu
09 December 2024 |
14:26 WIB
Jogja-NETPAC Asian Film Festival atau JAFF 2024 rampung digelar. Tahun ini, festival film berskala internasional itu berlangsung selama 8 hari yakni pada 30 November-7 Desember 2024 di Yogyakarta. JAFF 2024 tercatat dihadiri 24.462 pengunjung, tertinggi sejak diselenggarakan selama 18 tahun terakhir.
Ifa Isfansyah selaku Direktur Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) mengatakan sejak dimulai pada 30 November 2024 hingga hari terakhir gelarannya, tercatat sebanyak 24.462 pengunjung JAFF 2024 turut merayakan sinema Asia yang terus bertransformasi mencapai keunggulan.
Baca juga: Daftar Pemenang JAFF 2024, Film Yohanna Borong Penghargaan
Menurut Ifa, transformasi berkelanjutan sinema Asia tidak hanya merefleksikan pencapaian industri film yang terus bergerak, namun juga menjadi refleksi manusia Asia yang terus memberikan dukungan guna melewati segala tantangan global yang melanda masyarakat terutama setahun terakhir ini.
“JAFF yang semakin dewasa ini terasa juga dari respons semua penonton dan pesertanya di tahun ini. Semoga semua bentuk antusiasme dan umpan balik dari semua peserta JAFF19 ini turut menjadi pendorong dan penggerak semakin bergairahnya perfilman Indonesia selama setahun mendatang," katanya dalam keterangan resminya.
Selama 8 hari penyelenggaraannya, JAFF 2024 telah menayangkan sebanyak 182 judul film dari 25 negara di Asia Pasifik. Angka tersebut terpilih dan terkurasi oleh penyelenggara dari total 750 film yang mengikuti submisi JAFF 2024.
Selain itu, ditayangkan pula sebanyak 75 film dalam program Online Screening, 68 film dalam Indonesian Premiere, dan 35 film dalam World Premiere. Film-film yang ditayangkan merupakan garapan dari 41 sutradara perempuan dan 33 sutradara pendatang. "JAFF memang memberikan ruang yang lebar untuk sutradara perempuan dan filmmaker baru," kata Ifa.
Ifa menuturkan setiap tahunnya, JAFF selalu berupaya untuk mengkurasi pilihan film yang semakin beragam agar penonton dan pengunjung festival mendapatkan pengalaman sinematik yang semakin lengkap dan mengesankan.
Tahun ini, program Nocturnal, penayangan film-film di jam menjelang tengah malam atau midnight show kembali diadakan dan menarik minat banyak penonton. Hadir pula program cinematic concert yang tahun ini tidak hanya menampilkan satu, namun dua pertunjukan, yaitu film Samsara dengan iringan musik live serta penampilan kolaborasi Sal Priadi dan Kunto Aji.
"Keduanya mendapatkan apresiasi yang begitu besar dari penonton, terlihat dari penonton yang memenuhi ruang pertunjukan. Keragaman sajian yang ditujukan sebagai apresiasi terhadap ragam karya yang telah tercipta khususnya selama setahun terakhir di sinema Asia," ujarnya.
Ajish Dibyo selaku Direktur Eksekutif JAFF menambahkan tahun ini, pihaknya kembali menghadirkan Bioskop Bisik untuk teman-teman buta dan tuli dengan berharap inklusivitas festival yang menjadi karakter JAFF dapat terus terjaga dan dilakukan secara konsisten.
Termasuk, penambahan program cinematic concert yang full booked, penayangan program Layar Anak Indonesiana yang begitu ramai dengan partisipasi anak dan keluarga, serta penayangan program Nocturnal adalah cara JAFF untuk menjadi etalase bagi keragaman karya dan keragaman pelaku industri film yang ada
"Ke depannya, kami ingin terus mempertahankan semangat keberagaman dengan kembali berinovasi untuk menghadirkan bentuk-bentuk yang baru dan semakin kreatif lagi," ucap Ajish.
Tak hanya pemutaran film, JAFF 2024 juga menyelenggarakan sejumlah program non-screening seperti public lecture, workshop, forum komunitas serta pelatihan untuk filmmaker. Salah satu di antaranya adalah Masterclass bersama Tsai Ming Liang, tokoh sinema kontemporer yang berpengaruh, terutama dalam gelombang baru sinema Taiwan.
Program masterclass ini menjadi salah satu yang paling dinanti bahkan sampai diikuti para filmmaker senior seperti Riri Riza, Mira Lesmana, Kamila Andini, dan Ifa Isfansyah. Tiga film Tsai Ming Liang juga diputar selama JAFF, yaitu Vive L’Amour (1994), Goodbye, Dragon Inn (2003), dan Abiding Nowhere (2024).
Baca juga: Pendekatan Unik Sutradara Rizal Mantovani Garap Film Racun Sangga
Tercatat, selama 8 hari perhelatannya, JAFF 2024 telah menyelanggarakan sebanyak 31 sesi talkshow dan diskusi seputar perfilman serta 84 sesi Question and Answer (QNA), yang melibatkan sebanyak 419 partisipator festival dan 92 komunitas film dari berbagai negara di Asia.
"JAFF19 menunjukkan bahwa perhelatan festival tidak hanya menjadi sebuah perayaan dan apresiasi bagi para pelaku sinema, tapi juga sebuah bentuk karya dan kerja yang memiliki kontribusi pada masyarakat dan lingkungan. Semoga sinema bisa terus bertumbuh dalam lingkungan yang sehat bersama masyarakatnya. Nantikan JAFF20 tahun depan," kata Ifa.
Editor: Fajar Sidik
Ifa Isfansyah selaku Direktur Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) mengatakan sejak dimulai pada 30 November 2024 hingga hari terakhir gelarannya, tercatat sebanyak 24.462 pengunjung JAFF 2024 turut merayakan sinema Asia yang terus bertransformasi mencapai keunggulan.
Baca juga: Daftar Pemenang JAFF 2024, Film Yohanna Borong Penghargaan
Menurut Ifa, transformasi berkelanjutan sinema Asia tidak hanya merefleksikan pencapaian industri film yang terus bergerak, namun juga menjadi refleksi manusia Asia yang terus memberikan dukungan guna melewati segala tantangan global yang melanda masyarakat terutama setahun terakhir ini.
“JAFF yang semakin dewasa ini terasa juga dari respons semua penonton dan pesertanya di tahun ini. Semoga semua bentuk antusiasme dan umpan balik dari semua peserta JAFF19 ini turut menjadi pendorong dan penggerak semakin bergairahnya perfilman Indonesia selama setahun mendatang," katanya dalam keterangan resminya.
Selama 8 hari penyelenggaraannya, JAFF 2024 telah menayangkan sebanyak 182 judul film dari 25 negara di Asia Pasifik. Angka tersebut terpilih dan terkurasi oleh penyelenggara dari total 750 film yang mengikuti submisi JAFF 2024.
Selain itu, ditayangkan pula sebanyak 75 film dalam program Online Screening, 68 film dalam Indonesian Premiere, dan 35 film dalam World Premiere. Film-film yang ditayangkan merupakan garapan dari 41 sutradara perempuan dan 33 sutradara pendatang. "JAFF memang memberikan ruang yang lebar untuk sutradara perempuan dan filmmaker baru," kata Ifa.
Ifa menuturkan setiap tahunnya, JAFF selalu berupaya untuk mengkurasi pilihan film yang semakin beragam agar penonton dan pengunjung festival mendapatkan pengalaman sinematik yang semakin lengkap dan mengesankan.
Tahun ini, program Nocturnal, penayangan film-film di jam menjelang tengah malam atau midnight show kembali diadakan dan menarik minat banyak penonton. Hadir pula program cinematic concert yang tahun ini tidak hanya menampilkan satu, namun dua pertunjukan, yaitu film Samsara dengan iringan musik live serta penampilan kolaborasi Sal Priadi dan Kunto Aji.
"Keduanya mendapatkan apresiasi yang begitu besar dari penonton, terlihat dari penonton yang memenuhi ruang pertunjukan. Keragaman sajian yang ditujukan sebagai apresiasi terhadap ragam karya yang telah tercipta khususnya selama setahun terakhir di sinema Asia," ujarnya.
Ajish Dibyo selaku Direktur Eksekutif JAFF menambahkan tahun ini, pihaknya kembali menghadirkan Bioskop Bisik untuk teman-teman buta dan tuli dengan berharap inklusivitas festival yang menjadi karakter JAFF dapat terus terjaga dan dilakukan secara konsisten.
Termasuk, penambahan program cinematic concert yang full booked, penayangan program Layar Anak Indonesiana yang begitu ramai dengan partisipasi anak dan keluarga, serta penayangan program Nocturnal adalah cara JAFF untuk menjadi etalase bagi keragaman karya dan keragaman pelaku industri film yang ada
"Ke depannya, kami ingin terus mempertahankan semangat keberagaman dengan kembali berinovasi untuk menghadirkan bentuk-bentuk yang baru dan semakin kreatif lagi," ucap Ajish.
Tak hanya pemutaran film, JAFF 2024 juga menyelenggarakan sejumlah program non-screening seperti public lecture, workshop, forum komunitas serta pelatihan untuk filmmaker. Salah satu di antaranya adalah Masterclass bersama Tsai Ming Liang, tokoh sinema kontemporer yang berpengaruh, terutama dalam gelombang baru sinema Taiwan.
Program masterclass ini menjadi salah satu yang paling dinanti bahkan sampai diikuti para filmmaker senior seperti Riri Riza, Mira Lesmana, Kamila Andini, dan Ifa Isfansyah. Tiga film Tsai Ming Liang juga diputar selama JAFF, yaitu Vive L’Amour (1994), Goodbye, Dragon Inn (2003), dan Abiding Nowhere (2024).
Baca juga: Pendekatan Unik Sutradara Rizal Mantovani Garap Film Racun Sangga
Tercatat, selama 8 hari perhelatannya, JAFF 2024 telah menyelanggarakan sebanyak 31 sesi talkshow dan diskusi seputar perfilman serta 84 sesi Question and Answer (QNA), yang melibatkan sebanyak 419 partisipator festival dan 92 komunitas film dari berbagai negara di Asia.
"JAFF19 menunjukkan bahwa perhelatan festival tidak hanya menjadi sebuah perayaan dan apresiasi bagi para pelaku sinema, tapi juga sebuah bentuk karya dan kerja yang memiliki kontribusi pada masyarakat dan lingkungan. Semoga sinema bisa terus bertumbuh dalam lingkungan yang sehat bersama masyarakatnya. Nantikan JAFF20 tahun depan," kata Ifa.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.