Kebaya Masuk Daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO, Menbud Sebut Jadi Simbol Persatuan Asean
07 December 2024 |
08:24 WIB
Indonesia bersama empat negara lainnya berhasil memasukkan Kebaya ke dalam Daftar Warisan Takbenda UNESCO. Penetapan ini melalui keputusan Komite Antar Pemerintah untuk Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) UNESCO sesi ke-19 yang berlangsung pada Rabu, 4 Desember 2024 kemarin di Asunción, Paraguay.
Keputusan ini diambil setelah rekomendasi dari Badan Evaluasi WBTb bahwa Kebaya, yang diajukan bersama oleh Indonesia, Brunei, Malaysia, Singapura, dan Thailand, memenuhi semua kriteria pencatatan yang ditetapkan oleh Konvensi 2003 UNESCO untuk Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda.
Baca juga: UNESCO Tetapkan 11 Cagar Biosfer Baru di Dunia
Melalui penetapan tersebut, Kebaya resmi menjadi WBTb Indonesia ke-15 yang diinskripsi ke dalam daftar WBTb UNESCO, setelah pada hari sebelumnya, Sidang Komite ICH UNESCO menetapkan Reog Ponorogo dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda/WBTb UNESCO, dalam kategori “In Need of Urgent Safeguarding”.
Selain itu, kebaya juga merupakan inskripsi WBTb kedua Indonesia dalam kategori nominasi multinasional setelah pada pada 2020, Pantun berhasil ditetapkan dalam daftar WBTb UNESCO atas usulan Indonesia dan Malaysia.
Mohamad Oemar, selaku Ketua Delegasi RI untuk UNESCO dalam sidang komite WBTb ke-19 memaparkan bahwa, penetapan Kebaya sebagai warisan budaya takbenda UNESCO merupakan perayaan atas kekayaan sejarah yang dimiliki negara-negara di Asia Tenggara.
"Inskripsi Kebaya tidak hanya memperkuat jembatan pemahaman antarbudaya, tetapi juga terus dikenakan dan dihargai oleh berbagai komunitas di kawasan ini, menjadikannya simbol identitas dan kebanggaan yang tak lekang oleh waktu," kata Mohamad Oemar, dikutip dari rilisnya.
Adapun, proses penetapan warisan budaya takbenda ini juga merupakan yang terbesar sampai saat ini. Dilakukan oleh negara-negara Asia Tenggara, melibatkan jumlah negara yang signifikan yakni empat negara sekaligus.
“Kebaya mencerminkan perpaduan budaya yang unik di kawasan ini dan menjadi representasi yang luar biasa dari multikulturalisme negara-negara di Asia Tenggara. Ini menunjukkan komitmen bersama untuk merayakan dan melestarikan warisan budaya yang kaya serta beragam di kawasan ini," ujar Oemar.
Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa inskripsi Kebaya ini berperan penting dalam meningkatkan visibilitas, kesadaran, dan penghargaan terhadap praktik warisan budaya takbenda, serta mendukung upaya pelestariannya.
Namun, penting untuk digaris bawahi bahwa pencatatan elemen budaya yang berhasil masuk Daftar WBTb UNESCO tidak berarti bahwa elemen tersebut adalah hak milik, berasal dari, atau hanya ada di negara yang mengusulkannya.
Sulaiman Syarif, Duta Besar RI untuk Argentina, Uruguay dan Paraguay, selaku Wakil Ketua Delegasi RI untuk Sidang Komite WBTb Sesi-19 UNESCO, menyampaikan kebanggaannya atas keberhasilan inskripsi Kebaya dalam daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO.
Dia menekankan bahwa pencapaian ini tidak hanya melambangkan kekayaan budaya Indonesia, tetapi juga memperkuat solidaritas dan kerjasama antarnegara di kawasan ASEAN dalam melestarikan warisan budaya yang berharga.
Pada kesempatan berbeda, Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon menyampaikan bahwa kebaya adalah warisan budaya yang menjadi simbol persatuan di kawasan Asia Tenggara. Penetapan ini adalah pengakuan dunia atas nilai budaya yang mendalam serta upaya bersama dalam melestarikan kebudayaan.
Usulan untuk melakukan pengajuan bersama oleh negara-negara ASEAN muncul dari inisiatif Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Dubes Oemar pada awal akhir 2021, yang kemudian disepakati pada pertemuan tingkat pimpinan Negara oleh Indonesia dan Malaysia. Rencana tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh perwakilan kelima Negara dan terlibat aktif dalam persiapan berkas nominasi.
Komunitas Kebaya dan perwakilan Negara dari lima Negara peserta pertama kali bertemu pada November 2022 di Negeri Sembilan, Malaysia, di mana mereka berbagi dan mengusulkan langkah-langkah perlindungan, menyusun formulir, dan mendukung nominasi.
Sebuah lokakarya serupa diadakan oleh Indonesia di Jakarta, pada Februari 2023. Dokumen nominasi diselesaikan melalui pertemuan daring oleh Singapura sebelum diajukan ke UNESCO pada Maret 2023, dengan proposal berjudul Kebaya: Pengetahuan, Keterampilan, Tradisi, dan Praktik.
Baca juga: Hore, Usulan Indonesia Agar Idulfitri & Iduladha Masuk Agenda UNESCO Sah Diakui Dunia
Pencatatan "Kebaya: Pengetahuan, Keterampilan, Tradisi dan Praktik" sebagai WBTb UNESCO menandai tonggak penting bagi Asia Tenggara. Selain kebanggaan yang besar, pencatatan ini juga membawa rasa persatuan, tanggung jawab bersama, dan komitmen untuk kerjasama regional dalam perlindungan warisan budaya tak benda.
Untuk merayakan pencapaian bersejarah ini, kelima negara pengusul Kebaya mengorganisir side event disela Sidang Komite WBTb ke-19 UNESCO yang menampilkan pameran dan pertunjukan mode Kebaya. Selain meningkatkan kesadaran publik tentang warisan bersama ini dan relevansinya dengan masyarakat kontemporer, kegiatan ini juga memberikan kesempatan untuk dialog antarbudaya, serta mendorong upaya kolaboratif untuk perlindungan dan transmisi kebaya kepada generasi mendatang.
Editor: Fajar Sidik
Keputusan ini diambil setelah rekomendasi dari Badan Evaluasi WBTb bahwa Kebaya, yang diajukan bersama oleh Indonesia, Brunei, Malaysia, Singapura, dan Thailand, memenuhi semua kriteria pencatatan yang ditetapkan oleh Konvensi 2003 UNESCO untuk Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda.
Baca juga: UNESCO Tetapkan 11 Cagar Biosfer Baru di Dunia
Melalui penetapan tersebut, Kebaya resmi menjadi WBTb Indonesia ke-15 yang diinskripsi ke dalam daftar WBTb UNESCO, setelah pada hari sebelumnya, Sidang Komite ICH UNESCO menetapkan Reog Ponorogo dalam Daftar Warisan Budaya Takbenda/WBTb UNESCO, dalam kategori “In Need of Urgent Safeguarding”.
Selain itu, kebaya juga merupakan inskripsi WBTb kedua Indonesia dalam kategori nominasi multinasional setelah pada pada 2020, Pantun berhasil ditetapkan dalam daftar WBTb UNESCO atas usulan Indonesia dan Malaysia.
Penetapan Kebaya dalam Daftar Warisan Takbenda UNESCO (Sumber Foto: UNESCO)
Mohamad Oemar, selaku Ketua Delegasi RI untuk UNESCO dalam sidang komite WBTb ke-19 memaparkan bahwa, penetapan Kebaya sebagai warisan budaya takbenda UNESCO merupakan perayaan atas kekayaan sejarah yang dimiliki negara-negara di Asia Tenggara.
"Inskripsi Kebaya tidak hanya memperkuat jembatan pemahaman antarbudaya, tetapi juga terus dikenakan dan dihargai oleh berbagai komunitas di kawasan ini, menjadikannya simbol identitas dan kebanggaan yang tak lekang oleh waktu," kata Mohamad Oemar, dikutip dari rilisnya.
Adapun, proses penetapan warisan budaya takbenda ini juga merupakan yang terbesar sampai saat ini. Dilakukan oleh negara-negara Asia Tenggara, melibatkan jumlah negara yang signifikan yakni empat negara sekaligus.
“Kebaya mencerminkan perpaduan budaya yang unik di kawasan ini dan menjadi representasi yang luar biasa dari multikulturalisme negara-negara di Asia Tenggara. Ini menunjukkan komitmen bersama untuk merayakan dan melestarikan warisan budaya yang kaya serta beragam di kawasan ini," ujar Oemar.
Lebih lanjut, dia menyampaikan bahwa inskripsi Kebaya ini berperan penting dalam meningkatkan visibilitas, kesadaran, dan penghargaan terhadap praktik warisan budaya takbenda, serta mendukung upaya pelestariannya.
Namun, penting untuk digaris bawahi bahwa pencatatan elemen budaya yang berhasil masuk Daftar WBTb UNESCO tidak berarti bahwa elemen tersebut adalah hak milik, berasal dari, atau hanya ada di negara yang mengusulkannya.
Sidang Komite WBTb Sesi-19 UNESCO (Sumber Foto: UNESCO)
Sulaiman Syarif, Duta Besar RI untuk Argentina, Uruguay dan Paraguay, selaku Wakil Ketua Delegasi RI untuk Sidang Komite WBTb Sesi-19 UNESCO, menyampaikan kebanggaannya atas keberhasilan inskripsi Kebaya dalam daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO.
Dia menekankan bahwa pencapaian ini tidak hanya melambangkan kekayaan budaya Indonesia, tetapi juga memperkuat solidaritas dan kerjasama antarnegara di kawasan ASEAN dalam melestarikan warisan budaya yang berharga.
Pada kesempatan berbeda, Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon menyampaikan bahwa kebaya adalah warisan budaya yang menjadi simbol persatuan di kawasan Asia Tenggara. Penetapan ini adalah pengakuan dunia atas nilai budaya yang mendalam serta upaya bersama dalam melestarikan kebudayaan.
Usulan untuk melakukan pengajuan bersama oleh negara-negara ASEAN muncul dari inisiatif Delegasi Tetap RI untuk UNESCO, Dubes Oemar pada awal akhir 2021, yang kemudian disepakati pada pertemuan tingkat pimpinan Negara oleh Indonesia dan Malaysia. Rencana tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh perwakilan kelima Negara dan terlibat aktif dalam persiapan berkas nominasi.
Komunitas Kebaya dan perwakilan Negara dari lima Negara peserta pertama kali bertemu pada November 2022 di Negeri Sembilan, Malaysia, di mana mereka berbagi dan mengusulkan langkah-langkah perlindungan, menyusun formulir, dan mendukung nominasi.
Sebuah lokakarya serupa diadakan oleh Indonesia di Jakarta, pada Februari 2023. Dokumen nominasi diselesaikan melalui pertemuan daring oleh Singapura sebelum diajukan ke UNESCO pada Maret 2023, dengan proposal berjudul Kebaya: Pengetahuan, Keterampilan, Tradisi, dan Praktik.
Baca juga: Hore, Usulan Indonesia Agar Idulfitri & Iduladha Masuk Agenda UNESCO Sah Diakui Dunia
Pencatatan "Kebaya: Pengetahuan, Keterampilan, Tradisi dan Praktik" sebagai WBTb UNESCO menandai tonggak penting bagi Asia Tenggara. Selain kebanggaan yang besar, pencatatan ini juga membawa rasa persatuan, tanggung jawab bersama, dan komitmen untuk kerjasama regional dalam perlindungan warisan budaya tak benda.
Untuk merayakan pencapaian bersejarah ini, kelima negara pengusul Kebaya mengorganisir side event disela Sidang Komite WBTb ke-19 UNESCO yang menampilkan pameran dan pertunjukan mode Kebaya. Selain meningkatkan kesadaran publik tentang warisan bersama ini dan relevansinya dengan masyarakat kontemporer, kegiatan ini juga memberikan kesempatan untuk dialog antarbudaya, serta mendorong upaya kolaboratif untuk perlindungan dan transmisi kebaya kepada generasi mendatang.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.