Maudy Ayunda Tuangkan Buku Cerita dalam Album Pada Suatu Hari
04 December 2024 |
14:15 WIB
Maudy Ayunda kembali meramaikan belantika musik Indonesia dengan merilis album studio anyar bertajuk Pada Suatu Hari. Karya ini menjadi album keempat Maudy yang dirilis setelah 6 tahun dari album terakhirnya, Oxygen, yang diluncurkan pada 2018.
Album Pada Suatu Hari juga menandai babak baru dalam perjalanan musik Maudy Ayunda, menampilkan dirinya sebagai sosok seniman autentik yang menggali lebih dalam keterampilan artistiknya dalam bermusik dan bercerita.
Baca juga: The Panturas Eksplorasi Musik Sunda dalam Album Galura Tropikalia
Judul album Pada Suatu Hari menyiratkan makna ganda, yakni sebagai awal sebuah cerita, sekaligus merujuk pada suatu momen atau waktu tertentu, baik itu kenangan pada masa lalu maupun harapan akan masa depan.
Setiap lagu dalam album Pada Suatu Hari mengundang diskusi melalui liriknya yang puitis, kritis dan kaya akan imajinasi visual. Membuat lagu-lagu di dalamnya seolah terbentang menjadi adegan sinematik yang nyata, membawa pendengarnya memasuki dunia cerita yang imersif.
Merangkai kepingan pengalaman hidupnya yang penuh dengan nostalgia, cinta dan pencarian jati diri, Maudy Ayunda memperlihatkan sisi lain dirinya yang lebih dewasa dan introspektif dalam album anyarnya ini. "Pada Suatu Hari adalah persembahanku untuk seni bercerita,” ucap penyanyi sekaligus aktris berusia 29 tahun itu.
Album Pada Suatu Hari diisi oleh 10 trek, yakni Bulan, Bawa Aku Pulang, Hari Itu, Puisi Kota (ft. Iwan Fals), Pada Suatu Hari, Melihat, Mendengar, Mengerti, Dipeluk Jeda, Rompi Biru, Layar, Cahaya, dan Suatu Langkah.
Menariknya, dalam album ini, Maudy berkolaborasi dengan musisi senior Iwan Fals untuk lagu Puisi Kota. Lagu ini menjadi semacam 'surat cinta' dari Maudy, tentang situasi paradoks hidup di tengah kota yang sibuk, dimana keramaian sekaligus keterasingan hadir bersamaan.
Bagi Maudy, album Pada Suatu Hari bak sebuah buku cerita. Setiap lagunya adalah bab tersendiri, bagian dari narasi besar yang mencerminkan bukan hanya perjalanan pribadinya, tapi juga pengalaman kolektif orang-orang di sekitarnya.
"Entah itu jatuh cinta, mempertanyakan tempat kita di dunia, atau sekadar mencoba memahami perasaan kita yang terkadang rumit. Album ini adalah cara aku untuk merefleksikan diri sendiri dan juga dunia di sekitarku," kata pelantun lagu Perahu Kertas itu.
Lebih dari itu, album ini juga menyampaikan pesan yang relevan terhadap kehidupan modern saat ini. Dengan gayanya yang reflektif, Maudy menyentuh menyentuh tema-tema seperti kesehatan mental, tantangan kehidupan di perkotaan, keinginan untuk terkoneksi tanpa henti di dunia maya, hingga dampak media sosial.
.
Lirik-liriknya yang penuh kehangatan mengajak pendengar untuk berhenti sejenak dan merenung, sekaligus mendorong mereka untuk bertindak, baik itu dengan menerima kerapuhan diri, menghadapi tantangan dunia modern, ataupun sekadar mengingat apa yang sesungguhnya berharga dalam hidup.
Hal itu juga yang membuat Maudy banyak belajar mengenai kekuatan yang datang dari sisi dirinya yang rapuh, menghadapi ketidakpastian dalam hidup, juga kembali terhubung dengan siapa dirinya sebenarnya, baik sebagai individu maupun seniman.
“Bagi aku, album ini adalah sebuah perayaan akan kerapuhan dan juga ketangguhan. Perjalanan dalam membuat Pada Suatu Hari adalah proses yang indah," kata perempuan lulusan Stanford University ini.
Mengiringi lagu-lagu sinematik dalam Pada Suatu Hari, album ini juga menghadirkan konsep visual yang mencuri perhatian, yaitu Urban Fairytale, sebuah perpaduan antara elemen kota urban dan dongeng yang unik.
Kota urban yang ramai, namun sering membuat penghuninya merasa kesepian. Kota yang keras, namun mampu mendorong manusia untuk bertumbuh. Kota yang menjadi tempat manusia saling terhubung dan meninggalkan jejak memori.
Baca juga: Armand Maulana Rilis Sarwa Renjana, Album Solo Kedua setelah 30 Tahun
Di sisi lain, konsep dongeng justru menawarkan pelarian dari realitas sehari-hari yang monoton, menggambarkan cinta, menghadirkan keajaiban dan menyuguhkan keindahan fantasi. Kombinasi kedua elemen ini menciptakan paradoks yang menarik dan menggugah rasa yang berbeda.
"Aku berharap ketika orang mendengar album ini, mereka bisa menemukan apa yang mereka cari selama ini, baik itu secercah ketenangan, pemahaman tentang diri mereka, atau sekadar pengingat bahwa kita semua menjalani ini bersama-sama,” ucap Maudy.
Pada Suatu Hari menjadi album pertama yang dirilis Maudy setelah 8 tahun silam meluncurkan album Oxygen. Karya ini menjadi album keempat yang dirilisnya, setelah Panggil Aku... (2011), Moments (2015), dan Oxygen (2018).
Belakangan, Maudy lebih aktif dalam dunia seni peran dengan membintangi sejumlah film seperti Para Perasuk yang dijadwalkan tayang pada 2025, Losmen Bu Broto (2021), dan Habibie & Ainun 3 (2019).
Editor: Fajar Sidik
Album Pada Suatu Hari juga menandai babak baru dalam perjalanan musik Maudy Ayunda, menampilkan dirinya sebagai sosok seniman autentik yang menggali lebih dalam keterampilan artistiknya dalam bermusik dan bercerita.
Baca juga: The Panturas Eksplorasi Musik Sunda dalam Album Galura Tropikalia
Judul album Pada Suatu Hari menyiratkan makna ganda, yakni sebagai awal sebuah cerita, sekaligus merujuk pada suatu momen atau waktu tertentu, baik itu kenangan pada masa lalu maupun harapan akan masa depan.
Setiap lagu dalam album Pada Suatu Hari mengundang diskusi melalui liriknya yang puitis, kritis dan kaya akan imajinasi visual. Membuat lagu-lagu di dalamnya seolah terbentang menjadi adegan sinematik yang nyata, membawa pendengarnya memasuki dunia cerita yang imersif.
Merangkai kepingan pengalaman hidupnya yang penuh dengan nostalgia, cinta dan pencarian jati diri, Maudy Ayunda memperlihatkan sisi lain dirinya yang lebih dewasa dan introspektif dalam album anyarnya ini. "Pada Suatu Hari adalah persembahanku untuk seni bercerita,” ucap penyanyi sekaligus aktris berusia 29 tahun itu.
Album Pada Suatu Hari diisi oleh 10 trek, yakni Bulan, Bawa Aku Pulang, Hari Itu, Puisi Kota (ft. Iwan Fals), Pada Suatu Hari, Melihat, Mendengar, Mengerti, Dipeluk Jeda, Rompi Biru, Layar, Cahaya, dan Suatu Langkah.
Menariknya, dalam album ini, Maudy berkolaborasi dengan musisi senior Iwan Fals untuk lagu Puisi Kota. Lagu ini menjadi semacam 'surat cinta' dari Maudy, tentang situasi paradoks hidup di tengah kota yang sibuk, dimana keramaian sekaligus keterasingan hadir bersamaan.
Buku Cerita Maudy Ayunda
Bagi Maudy, album Pada Suatu Hari bak sebuah buku cerita. Setiap lagunya adalah bab tersendiri, bagian dari narasi besar yang mencerminkan bukan hanya perjalanan pribadinya, tapi juga pengalaman kolektif orang-orang di sekitarnya."Entah itu jatuh cinta, mempertanyakan tempat kita di dunia, atau sekadar mencoba memahami perasaan kita yang terkadang rumit. Album ini adalah cara aku untuk merefleksikan diri sendiri dan juga dunia di sekitarku," kata pelantun lagu Perahu Kertas itu.
Lebih dari itu, album ini juga menyampaikan pesan yang relevan terhadap kehidupan modern saat ini. Dengan gayanya yang reflektif, Maudy menyentuh menyentuh tema-tema seperti kesehatan mental, tantangan kehidupan di perkotaan, keinginan untuk terkoneksi tanpa henti di dunia maya, hingga dampak media sosial.
.
Lirik-liriknya yang penuh kehangatan mengajak pendengar untuk berhenti sejenak dan merenung, sekaligus mendorong mereka untuk bertindak, baik itu dengan menerima kerapuhan diri, menghadapi tantangan dunia modern, ataupun sekadar mengingat apa yang sesungguhnya berharga dalam hidup.
Hal itu juga yang membuat Maudy banyak belajar mengenai kekuatan yang datang dari sisi dirinya yang rapuh, menghadapi ketidakpastian dalam hidup, juga kembali terhubung dengan siapa dirinya sebenarnya, baik sebagai individu maupun seniman.
“Bagi aku, album ini adalah sebuah perayaan akan kerapuhan dan juga ketangguhan. Perjalanan dalam membuat Pada Suatu Hari adalah proses yang indah," kata perempuan lulusan Stanford University ini.
Maudy Ayunda. (Sumber gambar: Trinity Optima Production)
Kota urban yang ramai, namun sering membuat penghuninya merasa kesepian. Kota yang keras, namun mampu mendorong manusia untuk bertumbuh. Kota yang menjadi tempat manusia saling terhubung dan meninggalkan jejak memori.
Baca juga: Armand Maulana Rilis Sarwa Renjana, Album Solo Kedua setelah 30 Tahun
Di sisi lain, konsep dongeng justru menawarkan pelarian dari realitas sehari-hari yang monoton, menggambarkan cinta, menghadirkan keajaiban dan menyuguhkan keindahan fantasi. Kombinasi kedua elemen ini menciptakan paradoks yang menarik dan menggugah rasa yang berbeda.
"Aku berharap ketika orang mendengar album ini, mereka bisa menemukan apa yang mereka cari selama ini, baik itu secercah ketenangan, pemahaman tentang diri mereka, atau sekadar pengingat bahwa kita semua menjalani ini bersama-sama,” ucap Maudy.
Pada Suatu Hari menjadi album pertama yang dirilis Maudy setelah 8 tahun silam meluncurkan album Oxygen. Karya ini menjadi album keempat yang dirilisnya, setelah Panggil Aku... (2011), Moments (2015), dan Oxygen (2018).
Belakangan, Maudy lebih aktif dalam dunia seni peran dengan membintangi sejumlah film seperti Para Perasuk yang dijadwalkan tayang pada 2025, Losmen Bu Broto (2021), dan Habibie & Ainun 3 (2019).
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.