Pekerja dari salah satu mitra program

Cara Menghasilkan Cuan dari Live Shopping dan Affiliate Marketing

04 December 2024   |   17:54 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Tren affiliate marketing dan live shopping semakin populer di Indonesia, seiring melonjaknya aktivitas belanja online. Kiwari, semakin banyak masyarakat pula yang tertarik untuk menggeluti strategi pemasaran tersebut karena dapat menambah penghasilan secara fleksibel, meski tanpa modal besar.

Affiliate marketing adalah strategi pemasaran di mana seseorang akan mendapat komisi dari pemilik bisnis (pengiklan) ketika berhasil menjual suatu produk/jasa. Singkatnya, Genhype akan dibayar ketika produk yang ditawarkan berhasil terjual sesuai kesepakatan. 

Sementara itu, live shopping adalah konsep di mana produk atau layanan dijual secara langsung melalui siaran langsung (live streaming) di platform online. Meskipun berbeda, kedua strategi pemasaran di dunia maya itu bisa dikombinasikan untuk memasarkan produk.

Baca juga: Intip Strategi Herjunot Ali Mengelola Keuangan Agar Terus Cuan

Salah satu kisah inspiratif dari tren ini adalah Norma Mutia Apriliyanti. Ibu rumah tangga asal Jawa Barat, itu berhasil mendulang cuan yang menggiurkan lewat program Laz Affiliates. Dari sinilah perempuan paruh baya itu berhasil menambah uang belanja keluarganya di rumah.

Namun, laiknya penjualan pada umumnya, kegiatan ini kadang untung, kadang rugi. Sesekali, Norma juga harus merogoh kocek untuk membeli produk-produk yang dijual sendiri. Ihwal ini dilakukan untuk memberi rasa kepercayaan pada para konsumen yang ingin melihat langsung review dari produk yang dipasarkan.

"Sering kali saya juga harus mengeluarkan modal untuk promosi ke calon pembeli, misalnya dengan mengikuti grup jual-beli berbayar yang terpercaya di Facebook. Ini saya lakukan pada pelanggan bahwa kepercayaan merupakan salah satu kunci sukses seorang affiliate partner," katanya.

Lain lagi dengan Kyanavara. Perempuan asal Yogyakarta itu, memutuskan banting setir dari karyawan korporat dengan menjadi live streamer. Berkat keuletannya, dia berhasil menjadi Top Creator live streaming di Shopee Live dengan rata-rata omzet penjualan cukup menggiurkan. 

"Di awal-awal mencoba live stream, tantangan datang silih berganti. Aku harus memahami tren dan apa yang sedang dicari audiens. Banyak coba-cobanya, mulai dari fashion hingga kebutuhan sehari-hari seperti popok bayi dan sembako," katanya.

Walakin, seiring konsistensinya dalam melihat potensi jangka panjang, Kya akhirnya fokus untuk mengambil segmentasi produk home living. Arkian, ibarat rejeki nomplok di siang hari, keputusannya fokus di segmen ini, berhasil membangun traffic yang kuat.

Dengan memanfaatkan berbagai penawaran menarik, seperti voucher ekstra saat live, voucher video, flash sale, dan gratis ongkir, pundi-pundi rupiah perlahan mengalir ke kantongnya. Pemilihan produk dengan harga rata-rata di bawah Rp200.000, dengan ditambah komisi ekstra dari platform, berhasil membuat produk-produk yang dijual ludes.

"Kurang lebih di bulan kedua menjadi kreator salah satu lokapasar, pendapatanku sudah bisa mencukupi pengeluaran bulanan bahkan bisa melebihi pendapatan sebagai kreator dari platform sebelumnya," katanya, meski tidak merinci total pendapatan tersebut.


Kunci Inovasi Live Selling

Pengamat bisnis Kafi Kurnia melihat tren live selling memang menjadi fenomena baru di industri perniagaan. Kendati begitu, untuk memaksimalkan potensi bisnis ini para kreator memang dituntut untuk berinovasi, agar konten-konten yang mereka pasarkan semakin populer.

Viralisasi juga menjadi faktor penentu apakah konten yang mereka buat dapat membuat pelanggan tergugah. Sebab, dari situlah mereka kemudian mengalami fomo untuk kemudian  membeli produk yang dipasarkan. Sebagai cara pemasaran baru, tren tersebut juga masih memiliki peluang untuk dimaksimalkan.

"Ambil contoh, seorang influencer yang memiliki jutaan pengikut, untuk satu konten yang dimasukkan ke platform ada berapa banyak yang menonton. Belum tentu semuanya nonton, dan semuanya nanti akan beli," katanya.

Lebih lanjut, Kafi mengatakan kendati hasil penjualannya fluktuatif, akan tetapi tren penjualan ini akan tetap meningkat. Ini juga tidak lepas dengan semakin adaptifnya masyarakat terhadap perubahan teknologi. Salah satu tantangan yang harus dilalui para kreator adalah membuat konten semenarik mungkin.

Ada tiga hal yang menurutnya perlu menjadi catatan bagi para penjual agar strategi mereka berbuah hasil. Yakni produser, influencer (kreator), dan pelanggan, yang semuanya saling berkaitan dalam teori segitiga pemasaran produk."Jadi segitiga itu yang menurut saya penting untuk dielaborasi lebih jauh," jelasnya.

Baca juga: Intip Potensi Cuan dari Fitur Jewels YouTube, Cek Perhitungan Konversi Nilai Rupiahnya

Sementara itu, Indah Tanip, VP of Research Populix mengatakan, salah satu daya tarik dari program afiliasi adalah ulasan positif dari afiliator yang menjadi faktor utama dalam keputusan pembelian konsumen yang terpapar. Kendati begitu, kurang dari 40 persen konsumen yang sepenuhnya mempercayai rekomendasi produk atau layanan dari program afiliasi.

"Banyak dari responden yang memilih bersikap netral terhadap rekomendasi produk dari afiliator, hal ini menunjukkan pentingnya melakukan kurasi afiliator yang sesuai dengan audiens. Selain itu, para afiliator juga perlu membangun kepercayaan dan kredibilitas di mata para calon konsumen," katanya.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Ragam Tren Fesyen pada Musim Natal 2024, Mana yang Cocok dengan Genhype?

BERIKUTNYA

Maudy Ayunda Tuangkan Buku Cerita dalam Album Pada Suatu Hari

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: