Intip Strategi Herjunot Ali Mengelola Keuangan Agar Terus Cuan
03 December 2024 |
16:30 WIB
Di era digital yang serba cepat ini, mengelola keuangan bukan lagi sekadar kebutuhan, tetapi keharusan. Bagi generasi muda, khususnya Gen Z, tantangan dalam perencanaan keuangan semakin kompleks. Kemudahan akses terhadap informasi dan teknologi membuat berbagai pilihan konsumsi hadir dalam genggaman.
Namun, di balik kemudahan itu, muncul dilema antara kebutuhan dan keinginan yang sering kali tumpang tindih. Inilah yang memerlukan pendekatan baru dalam merancang masa depan keuangan yang stabil dan berkelanjutan.
Baca juga: Capai Kesejahteraan Finansial dengan Lima Langkah Ini
Herjunot Ali, aktor yang juga dikenal sebagai investor, menyadari betul tantangan ini. Dalam konferensi pers peluncuran UOB Saving Weeks, pria yang akrab disapa Junot berbagi pandangan tentang pentingnya pola pikir dan strategi yang tepat dalam mengelola keuangan.
Dia menyoroti gaya hidup YOLO (You Only Live Once) yang banyak diadopsi generasi muda saat ini, yang menurutnya bisa menjadi jebakan finansial jika tidak diimbangi dengan perencanaan matang.
"Generasi Z sekarang punya validasi yang berbeda. Mereka lebih fokus pada kesenangan jangka pendek, seperti liburan atau beli barang dengan cicilan, tanpa memikirkan masa depan," ujarnya.
Untuk itu, Junot menawarkan beberapa prinsip dasar perencanaan keuangan yang dapat diterapkan oleh generasi muda. Salah satu kunci utama yang ditekankan Junot adalah memprioritaskan kebutuhan daripada keinginan.
"Kadang kebutuhan primer jadi sekunder, dan sebaliknya. Ini yang harus diubah," jelasnya.
Menurut Junot, penting bagi setiap individu untuk membuat daftar pengeluaran berdasarkan skala prioritas. Dengan cara ini, generasi muda bisa lebih bijak dalam mengelola uang mereka dan terhindar dari pemborosan.
Selain itu, dia juga menekankan pentingnya memiliki likuiditas yang memadai. Baginya, dana darurat adalah fondasi keuangan yang sehat. "Liquid itu penting banget. Mulai dari simpanan di tabungan atau instrumen likuid seperti reksa dana pasar uang," sarannya.
Dengan memiliki dana darurat, seseorang bisa lebih siap menghadapi situasi tak terduga tanpa harus mengorbankan investasi jangka panjang.
Sementara itu, dalam hal investasi, Junot mengandalkan strategi Dollar Cost Averaging (DCA) yakni investasi secara rutin dengan jumlah tetap, tanpa terpengaruh fluktuasi pasar. Strategi ini dianggap efektif untuk meminimalkan risiko dan mengoptimalkan hasil investasi.
"Disiplin saja, beli rutin setiap bulan. Harga berapapun, dalam jangka panjang pasti naik," ungkapnya.
Diversifikasi portofolio juga menjadi poin penting yang ditekankan Junot. Dia menyarankan agar generasi muda tidak menaruh seluruh dana mereka di satu jenis aset. "Bagi portofolio ke beberapa instrumen, seperti saham, obligasi, dan emas. Risiko jadi lebih tersebar," katanya.
Junot sendiri saat ini melakukan investasi di properti karena menawarkan keuntungan jangka panjang yang lebih mumpuni.
Pada akhirnya, Junot meyakini bahwa kesuksesan finansial tidak hanya soal investasi, tetapi juga kedisiplinan dan mindset yang tepat. "Yang paling penting itu mindset. Dengan pola pikir yang benar, perencanaan keuangan jadi lebih mudah dijalankan," tuturnya.
Untuk membantu dan mendorong generasi muda membangun kebiasaan menabung secara proaktif dan mengamankan masa depan finansial mereka, UOB Indonesia menghadirkan UOB Savings Weeks.
Cristina Teh Tan, Consumer Banking Director UOB Indonesia mengatakan, program UOB Savings Weeks ini menjadi salah satu komitmen perusahaa membantu nasabah mengamankan masa depan finansial mereka.
"Kami ingin mendorong lebih banyak masyarakat Indonesia untuk membangun kebiasaan menabung yang kuat, dan diharapkan dapat menciptakan ketahanan finansial yang lebih baik serta pertumbuhan kekayaan jangka panjang," tuturnya.
Inisiatif ini sejalan dengan misi UOB Indonesia untuk mendukung perjalanan pengelolaan kekayaan nasabah melalui produk dan layanan keuangan inovatif yang dipersonalisasi sesuai kebutuhan dan preferensi mereka.
Menurut data terbaru CEIC3, total simpanan masyarakat Indonesia mencapai US$528,7 miliar pada September 2024, meningkat dari US$487,8 miliar pada September 2023. Sebagai bank yang berkomitmen dalam mempromosikan literasi keuangan kepada nasabah dan masyarakat, UOB Indonesia berharap dapat berkontribusi pada tren ini dengan meningkatkan pemahaman finansial masyarakat Indonesia.
Baca juga: 5 Benefit Finansial Punya Perencanaan Keuangan Sejak Dini
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Namun, di balik kemudahan itu, muncul dilema antara kebutuhan dan keinginan yang sering kali tumpang tindih. Inilah yang memerlukan pendekatan baru dalam merancang masa depan keuangan yang stabil dan berkelanjutan.
Baca juga: Capai Kesejahteraan Finansial dengan Lima Langkah Ini
Herjunot Ali, aktor yang juga dikenal sebagai investor, menyadari betul tantangan ini. Dalam konferensi pers peluncuran UOB Saving Weeks, pria yang akrab disapa Junot berbagi pandangan tentang pentingnya pola pikir dan strategi yang tepat dalam mengelola keuangan.
Dia menyoroti gaya hidup YOLO (You Only Live Once) yang banyak diadopsi generasi muda saat ini, yang menurutnya bisa menjadi jebakan finansial jika tidak diimbangi dengan perencanaan matang.
"Generasi Z sekarang punya validasi yang berbeda. Mereka lebih fokus pada kesenangan jangka pendek, seperti liburan atau beli barang dengan cicilan, tanpa memikirkan masa depan," ujarnya.
Untuk itu, Junot menawarkan beberapa prinsip dasar perencanaan keuangan yang dapat diterapkan oleh generasi muda. Salah satu kunci utama yang ditekankan Junot adalah memprioritaskan kebutuhan daripada keinginan.
"Kadang kebutuhan primer jadi sekunder, dan sebaliknya. Ini yang harus diubah," jelasnya.
Menurut Junot, penting bagi setiap individu untuk membuat daftar pengeluaran berdasarkan skala prioritas. Dengan cara ini, generasi muda bisa lebih bijak dalam mengelola uang mereka dan terhindar dari pemborosan.
Selain itu, dia juga menekankan pentingnya memiliki likuiditas yang memadai. Baginya, dana darurat adalah fondasi keuangan yang sehat. "Liquid itu penting banget. Mulai dari simpanan di tabungan atau instrumen likuid seperti reksa dana pasar uang," sarannya.
Dengan memiliki dana darurat, seseorang bisa lebih siap menghadapi situasi tak terduga tanpa harus mengorbankan investasi jangka panjang.
Sementara itu, dalam hal investasi, Junot mengandalkan strategi Dollar Cost Averaging (DCA) yakni investasi secara rutin dengan jumlah tetap, tanpa terpengaruh fluktuasi pasar. Strategi ini dianggap efektif untuk meminimalkan risiko dan mengoptimalkan hasil investasi.
"Disiplin saja, beli rutin setiap bulan. Harga berapapun, dalam jangka panjang pasti naik," ungkapnya.
Diversifikasi portofolio juga menjadi poin penting yang ditekankan Junot. Dia menyarankan agar generasi muda tidak menaruh seluruh dana mereka di satu jenis aset. "Bagi portofolio ke beberapa instrumen, seperti saham, obligasi, dan emas. Risiko jadi lebih tersebar," katanya.
Junot sendiri saat ini melakukan investasi di properti karena menawarkan keuntungan jangka panjang yang lebih mumpuni.
Pada akhirnya, Junot meyakini bahwa kesuksesan finansial tidak hanya soal investasi, tetapi juga kedisiplinan dan mindset yang tepat. "Yang paling penting itu mindset. Dengan pola pikir yang benar, perencanaan keuangan jadi lebih mudah dijalankan," tuturnya.
Untuk membantu dan mendorong generasi muda membangun kebiasaan menabung secara proaktif dan mengamankan masa depan finansial mereka, UOB Indonesia menghadirkan UOB Savings Weeks.
Cristina Teh Tan, Consumer Banking Director UOB Indonesia mengatakan, program UOB Savings Weeks ini menjadi salah satu komitmen perusahaa membantu nasabah mengamankan masa depan finansial mereka.
"Kami ingin mendorong lebih banyak masyarakat Indonesia untuk membangun kebiasaan menabung yang kuat, dan diharapkan dapat menciptakan ketahanan finansial yang lebih baik serta pertumbuhan kekayaan jangka panjang," tuturnya.
Inisiatif ini sejalan dengan misi UOB Indonesia untuk mendukung perjalanan pengelolaan kekayaan nasabah melalui produk dan layanan keuangan inovatif yang dipersonalisasi sesuai kebutuhan dan preferensi mereka.
Menurut data terbaru CEIC3, total simpanan masyarakat Indonesia mencapai US$528,7 miliar pada September 2024, meningkat dari US$487,8 miliar pada September 2023. Sebagai bank yang berkomitmen dalam mempromosikan literasi keuangan kepada nasabah dan masyarakat, UOB Indonesia berharap dapat berkontribusi pada tren ini dengan meningkatkan pemahaman finansial masyarakat Indonesia.
Baca juga: 5 Benefit Finansial Punya Perencanaan Keuangan Sejak Dini
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.