Budaya Merajut Korea Kembali Viral, Jadi Fesyen hingga Cover Earphone yang Trendi
30 November 2024 |
21:00 WIB
Dalam beberapa tahun terakhir, budaya merajut kembali menjadi populer dan digemari generasi muda di Korea Selatan. Kegiatan yang sebelumnya akrab dengan aktivitas orang tua atau manula ini kemudian berevolusi dari sekedar kerajinan tradisional menjadi tren kontemporer.
Anak muda di Korea justru mengadaptasi budaya merajut untuk menghasilkan banyak produk sehari-sehari yang mereka gunakan. Kegiatan merajut ini berkembang dari sekadar aktivitas individu di dalam rumah, kini merambah menjadi kegiatan komunal yang menyenangkan secara bersama-sama.
Bahkan sangat umum ditemukan komunitas daring di Korea yang fokus pada hobi merajut ini, untuk saling berbagi pola, teknik, dan saling mendukung satu sama lain dalam proyek mereka. Salah satu contoh yang terkenal adalah komunitas merajut daring Gwangju Knitting Club.
Baca juga: Cara Dea dan Facile Merajut Impian Lewat Kelas Tufting Pertama di Indonesia
Publikasi ilmiah Shin (2011) menyebutkan bahwa salah satu manfaat dari merajut adalah memberikan perasaan rileks dan kepuasan yang berasal dari efek sentuhan dari kerajinan tersebut.
Selain itu, merajut berfungsi sebagai sarana ekspresi diri dan pembentukan identitas bagi banyak orang, terutama di kalangan generasi muda yang ingin tampil beda di tengah budaya konsumen yang serba cepat saat ini.
Viralnya budaya merajut di Korsel sendiri berpengaruh signifikan terhadap pasar pakaian rajutan di sana. Permintaan terhadap barang-barang fesyen dan personal yang dibuat menggunakan teknik merajut pun kian lama kian membludak.
Melansir informasi dari South Korea Knit Clothing Market Outlook 2024, disebutkan bahwa konsumen muda sangat tertarik pada pakaian rajutan yang menggabungkan aspek fungsionalitas dengan daya tarik estetika tinggi.
Desain ini umumnya mengarah pada desain inovatif yang memenuhi selera kontemporer mereka. Tren ini tecermin dalam popularitas aksesori rajutan seperti topi, syal, sweater, pakiaan, kaus kaki, hingga cover penyuara telinga berbahan rajut.
Dilansir dari Instagram resminya @harpersbazaarkorea, tren membuat cover penyuara telinga berbahan rajut atau knitted wired earphone covers tengah digandrungi pada musim dingin tahun ini.
Rajutan cover earphone ini memiliki daya tarik berkat desainnya yang tidak pasaran dan prosesnya yang seluruhnya dibuat dengan tangan.
Barang-barang ini tidak hanya memiliki tujuan praktis melindungi penyuara telinga dari kerusakan, tetapi juga memungkinkan setiap orang untuk mengekspresikan gaya pribadinya ke dalam bentuk desain rajutan sendiri.
Tidak seperti barang yang diproduksi secara massal, produk rajutan dapat disesuaikan dengan warna, pola, dan tekstur tertentu yang sesuai dengan kepribadian penggunanya.
Harpers Bazaar bahkan menyarankan agar audiens mereka yang hendak meniru gaya serupa dapat menggabungkan beberapa warna pada benang rajut, ketimbang monokrom, untuk hasil rajutan yang lebih berwarna dan menarik.
Baca juga: Seniman Mulyana Tampilkan Keindahan Bulan Purnama pada Instalasi Rajut
Tren ini sejalan dengan preferensi konsumen Korsel yang semakin meningkat untuk produk yang mengedepankan konsep keberlanjutan dan seluruhnya dibuat dengan tangan (full handmade).
Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan masalah lingkungan, banyak konsumen di sana yang mencari barang buatan tangan yang mencerminkan komitmen produsen terhadap isu keberlanjutan dan desain sesuai dengan preferensi unik individu.
Apakah Genhype juga memiliki koleksi barang hasil rajutan di rumah? Atau justru kini tertarik untuk memulai hobi baru merajut sebagai kegiatan untuk mengisi waktu luang?
Editor: Fajar Sidik
Anak muda di Korea justru mengadaptasi budaya merajut untuk menghasilkan banyak produk sehari-sehari yang mereka gunakan. Kegiatan merajut ini berkembang dari sekadar aktivitas individu di dalam rumah, kini merambah menjadi kegiatan komunal yang menyenangkan secara bersama-sama.
Bahkan sangat umum ditemukan komunitas daring di Korea yang fokus pada hobi merajut ini, untuk saling berbagi pola, teknik, dan saling mendukung satu sama lain dalam proyek mereka. Salah satu contoh yang terkenal adalah komunitas merajut daring Gwangju Knitting Club.
Baca juga: Cara Dea dan Facile Merajut Impian Lewat Kelas Tufting Pertama di Indonesia
Publikasi ilmiah Shin (2011) menyebutkan bahwa salah satu manfaat dari merajut adalah memberikan perasaan rileks dan kepuasan yang berasal dari efek sentuhan dari kerajinan tersebut.
Selain itu, merajut berfungsi sebagai sarana ekspresi diri dan pembentukan identitas bagi banyak orang, terutama di kalangan generasi muda yang ingin tampil beda di tengah budaya konsumen yang serba cepat saat ini.
Viralnya budaya merajut di Korsel sendiri berpengaruh signifikan terhadap pasar pakaian rajutan di sana. Permintaan terhadap barang-barang fesyen dan personal yang dibuat menggunakan teknik merajut pun kian lama kian membludak.
Melansir informasi dari South Korea Knit Clothing Market Outlook 2024, disebutkan bahwa konsumen muda sangat tertarik pada pakaian rajutan yang menggabungkan aspek fungsionalitas dengan daya tarik estetika tinggi.
Desain ini umumnya mengarah pada desain inovatif yang memenuhi selera kontemporer mereka. Tren ini tecermin dalam popularitas aksesori rajutan seperti topi, syal, sweater, pakiaan, kaus kaki, hingga cover penyuara telinga berbahan rajut.
Dilansir dari Instagram resminya @harpersbazaarkorea, tren membuat cover penyuara telinga berbahan rajut atau knitted wired earphone covers tengah digandrungi pada musim dingin tahun ini.
Rajutan cover earphone ini memiliki daya tarik berkat desainnya yang tidak pasaran dan prosesnya yang seluruhnya dibuat dengan tangan.
Barang-barang ini tidak hanya memiliki tujuan praktis melindungi penyuara telinga dari kerusakan, tetapi juga memungkinkan setiap orang untuk mengekspresikan gaya pribadinya ke dalam bentuk desain rajutan sendiri.
Tidak seperti barang yang diproduksi secara massal, produk rajutan dapat disesuaikan dengan warna, pola, dan tekstur tertentu yang sesuai dengan kepribadian penggunanya.
Harpers Bazaar bahkan menyarankan agar audiens mereka yang hendak meniru gaya serupa dapat menggabungkan beberapa warna pada benang rajut, ketimbang monokrom, untuk hasil rajutan yang lebih berwarna dan menarik.
Baca juga: Seniman Mulyana Tampilkan Keindahan Bulan Purnama pada Instalasi Rajut
Tren ini sejalan dengan preferensi konsumen Korsel yang semakin meningkat untuk produk yang mengedepankan konsep keberlanjutan dan seluruhnya dibuat dengan tangan (full handmade).
Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan masalah lingkungan, banyak konsumen di sana yang mencari barang buatan tangan yang mencerminkan komitmen produsen terhadap isu keberlanjutan dan desain sesuai dengan preferensi unik individu.
Apakah Genhype juga memiliki koleksi barang hasil rajutan di rumah? Atau justru kini tertarik untuk memulai hobi baru merajut sebagai kegiatan untuk mengisi waktu luang?
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.