Hasil kreasi kelas tufting di Life Is Tuft & LIT HOUSE (Sumber: instagram.com/lifeistuft.jkt)

Cara Dea dan Facile Merajut Impian Lewat Kelas Tufting Pertama di Indonesia

17 May 2024   |   16:00 WIB
Image
Arindra Fachri Satria Pradana Mahasiswa Mass Communication BINUS University

Pada zaman di mana berbagai barang dapat diproduksi secara massal, ekspresi individualisme adalah salah satu hal yang dicari para generasi muda. Selain mengekspresikan diri sendiri, banyak anak muda yang terus mencari tempat untuk mengekspresikan visi artistik mereka.

Memiliki keresahan yang sama, Dearesta Kanaya  (20) dan pasangannya, Muhammad Facile Hanif (20), memulai bisnis tufting dan arthouse bersama, Life Is Tuft dan LIT HOUSE. Dea yang sebelumnya memiliki minat terhadap seni, pergi ke Malaysia untuk mempelajari seni tufting.

Baca juga: Hypereport: Kunci Sukses Berbisnis dari Para Pengusaha Perempuan Muda Inspiratif

Tufting adalah teknik pembuatan rajut di mana benang dimasukkan pada alas utama. Seni ini sendiri masih belum banyak digeluti di Indonesia. Adapun, Dea dan Facile melihat bahwa memulai salah satu bisnis tufting pertama di Indonesia dapat menjadi sebuah kesempatan yang unik. 

Nama Life Is Tuft sendiri memang terinspirasi dari frasa 'life is tough', yang kemudian disubstitusi dengan kata 'tuft' karena kemiripan pengejaan. Menunjukkan bahwa dari kerasnya kehidupan, kita masih bisa meringankan beban hidup dengan menyalurkannya melalui tufting sebagai outlet kreatif. 

Awareness, karena belum banyak orang yang mengetahui apa itu tufting kala itu”, ujar Facile saat menjelaskan kesulitan yang dialami saat sedang mulai membangun bisnis tufting. Selain persepsi publik, Facile dan Dea harus mempersiapkan alat dan bahan khusus kebutuhan tufting seperti tufting gun dan frame, yang sulit dicari di Indonesia pada saat itu. 

Di tengah tantangan dalam mempersiapkan bisnis baru, Dea dan Facile juga perlu menjaga dinamika yang baik tidak hanya sebagai rekan bisnis tetapi juga sebagai pasangan. Mereka mengungkapkan bagaimana menjaga keseimbangan itu. Awalnya mereka merasa kesulitan dalam menjaga keseimbangan ini, bahkan terkadang lupa bahwa mereka bukan sekadar rekan bisnis tapi sepasang kekasih.

Kini pasangan tersebut sudah menemukan titik tengah dengan mengatur waktu yang tepat untuk berbagi percakapan mereka. “Kita sudah ada waktu khusus untuk bahas bisnis saja, jika sedang bahas pacaran ya jangan bahas bisnis,” ujar Dea. 

 


Setelah berbagai tantangan yang dihadapi saat menjalani bisnis tufting selama hampir setahun lebih, usaha Dea dan Facile membuahkan hasil yang sangat memuaskan. Bersama mereka telah menghasilkan omzet sekitar Rp50 juta - Rp100 Juta per bulan.

Nominal ini berhasil mereka gapai dari beberapa strategi usaha, seperti bermitra dengan berbagai bisnis dan acara untuk menghadirkan workshop tufting. Selain omzet yang menjanjikan, Life Is Tuft kerap dikunjungi oleh figur publik seperti Angga Yunanda, Shenina Cinnamon, Tasya Kissty, dan nama-nama besar lainya.

Dengan momentum yang sangat kuat, Life Is Tuft membuka lembaran baru di awal 2024 dengan kehadiran LIT HOUSE. Sebagai bagian dari rencana untuk meningkatkan skala bisnis mereka,  LIT HOUSE menawarkan pengalaman berbeda dari art house. “Memang kita memilih untuk membuat LIT HOUSE senyaman mungkin, terkadang banyak customer yang merasa seperti bermain ke rumah teman” ujar Dea.

Suasana nyaman, minuman menyegarkan, karyawan yang hangat, serta seni dan kerajinan lainnya beberapa aspek yang menjadikan LIT HOUSE sebagai tempat yang sangat nyaman bagi para pengunjungnya. 

Facile mengungkapkan bahwa mereka  siap memperluas dan mendirikan franchise di beberapa kota-kota besar Indonesia , seperti Bandung, Surabaya, Medan, dan kota lainnya. Menyadari bahwa seni tufting merupakan hal yang baru, mereka juga berencana untuk terus berinovasi dalam memperluas jenis produk.

Seperti jam, lampu, dan media lainnya. Menurut Dea dengan terus berinovasi, Life Is Tuft akan diharapkan untuk terus relevan. Selain inovasi, kunci dari menggembangkan bisnis ini adalah adanya sebuah komunitas yang dibangun.

Untuk mulai menggeluti bisnis kreatif seperti Life Is Tuft sebagai pebisnis muda, pasangan ini menyarankan untuk langsung memulai dahulu. “Terkadang beberapa orang yang memiliki art studio memikirkan terlalu banyak hal seperti kualitas supplynya bagus atau tidak” ujar Dea. Padahal menurutnya pemikiran-pemikiran tersebut akan terjawab sendiri seiring waktu menjalankan sebuah bisnis.

Facile juga menambahkan, bahwa bisnis seperti miliknya akan memiliki banyak langkah-langkah untuk sampai di titik ini. Kuncinya adalah untuk terus mengikuti passion, nikmati prosesnya dan jangan menyerah.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News) 

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Gemuruh Standing Ovation di Cannes Film Festival 2024, Megalopolis hingga Furiosa: A Mad Max Saga

BERIKUTNYA

Sinopsis & Daftar Pemain Film Horor Do You See What I See

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: