Borobudur Writers and Cultural Festival 2024 di Situs Muarajambi
20 November 2024 |
07:00 WIB
Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) siap kembali digelar pada 19-23 November 2024 di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi. Pada perhelatannya yang ke-13 ini, BWCF mengangkat tajuk Membaca Ulang Hubungan Muarajambi-Nalanda & Arca-Arca Sumatra.
Ya, setelah dua tahun berturut-turut BWCF mengangkat soal arkeologi Jawa dan Bali, kali ini acara tahunan itu ingin mengangkat tema berbeda. Yaitu mengungkai khazanah percandian, arca-arca, prasasti, keramik-keramik, dan pelabuhan- pelabuhan kuno di Sumatera.
Baca juga: Borobudur Writers and Cultural Festival 2024 Gali Khazanah Kebudayaan Muarajambi
Kurator sekaligus pendiri Borobudur Writers and Cultural Festival, Seno Joko Suyono, mengatakan pemilihan topik Sumatra dilakukan untuk menyambut kebijakan negara terkait upaya revitalisasi, di KCBN Muarajambi. Ini juga tak lepas dengan adanya pemugaran dan revitalisasi terhadap beberapa situs di sana.
Ihwal diadakannya BWCF di situs tersebut juga ingin membantu pemerintah dalam meningkatkan daya tarik Muarajambi sebagai wisata heritage. Sejak direvitalisasi beberapa waktu terakhir, situs Muarajambi memang digadang menjadi destinasi wisata spiritual, khususnya untuk mendalami pemikiran Buddhisme.
"Selama tiga tahun terakhir para arkeolog melakukan pemugaran terhadap beberapa candi di Muarajambi. Sebuah museum baru juga akan didirikan. Oleh karena itu, BWCF ingin membaca ulang secara utuh situs Muarajambi dan juga arkeologi Sumatera,"katanya.
Lebih lanjut, Seno mengungkap acara BWCF kali ini juga dihelat untuk mengenang kajian-kajian mengenai arkeologi Sumatera yang dilakukan oleh Satyawati Suleiman (1920-1988). Satyawati adalah arkeolog perempuan pertama Indonesia yang melakukan penelitian terhadap artefak- artefak percandian Sumatra.
Menurut Seno, Satyawati juga bisa disebut arkeolog Indonesia pelopor untuk melakukan studi di Sumatera. Selama dua tahun berturut-turut BWCF memang melakukan tribut terhadap para arkeolog perempuan yang berjasa. Beberapa di antaranya adalah Hariani Santiko, Edi Sedyawati pada BWCF 2022-2023.
"Tribut terhadap Satyawati Sulaiman ini adalah rangkaian seri festival BWCF yang didedikasikan untuk mengenang jasa-jasa para perempuan arkeolog Indonesia yang menyumbang kontribusi besar terhadap pemahaman masa silam Nusantara pada zaman Hindu-Buddha,"imbuhnya.
Selain merayakan arkeologi di Sumatera, BWCF juga akan dimeriahkan dengan sejumlah acara mulai dari pidato kebudayaan, peluncuran buku, ceramah-ceramah arkeologi dan seni, pemutaran film dokumenter, lecture, bazar buku, dan diskusi yang berkaitan dengan dunia arkeologi, tari, serta meditasi.
Perhelatan BWCF 2024 seluruhnya akan diadakan di sekitar situs Muarajambi dan Kota Jambi, yang rencananya akan dibuka oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon. BWCF juga mengundang pakar-pakar arkeologi Sriwijaya baik dari luar maupun Indonesia, untuk merayakan pemikiran di situs Muarajambi.
Acara BWCF akan dibuka dengan seremonial dari Prof. Dr. Cecep Eka Permana di Ratu Convention Centre (RCC) Kota Jambi. Setelah itu akan ada juga penyerahan Sang Hyang Kamahayanikan Award 2024, dari Prof. Dr. Mudji Sutrisno, Y.M Bhante Dittisampanno Thera, Ph.D, dan Prof. Dr. Oman Faturahman.
Kemudian akan ada juga pidato kebudayaan dari Prof. Dr. Marijke Klokke mengenai Patung-Patung Sumatera Kuno: Tinjauan Umum untuk Menghormati Satyawati Suleiman, serta launching buku bertajuk Bahasa dan Aksara, Perekat Kesatuan Indonesia, yang dieditori oleh Ninie Susanti.
Selain itu, akan ada juga simposium “Muarajambi, Lembah Bujang dan Nalanda” pada hari kedua di Halaman Candi Kedaton KCBN Muarajambi. Simposium ini turut mengundang Dr. Agus Widiatmoko, Prof. Dr. Abhay Kumar Singh, Dr. Nasha bin Rodziadi Khaw, dan Dr. Azad Hind Gulshan Nanda yang dimoderatori oleh Asyhadi Mufsi Sadzali. M.A.
Pada malam yang sama juga akan ada seni pertunjukan tari dari Sardono W Kusumo bertajuk “Koto Mahligai Burung-Burung”. Pementasan ini juga didukung oleh sutradara Hanindawan, penari Eyi Lesar, Palak Batu Creative Community - Bangka, dan mahasiswa Sendratasik Universitas Jambi.
Adapun, sebagai penutup seluruh rangkaian acara, akan ditampilkan Pidato Kebudayaan penutup dari Prof. Sardono W. Kusumo, yang akan membawakan pidato berjudul Biodiversity dan Cultural Diversity Nusantara : dari Migrasi Burung-burung di Jambi sampai Kebudayaan Indra Papua dan Mentawai (Sebuah Pengalaman).
Editor: Fajar Sidik
Ya, setelah dua tahun berturut-turut BWCF mengangkat soal arkeologi Jawa dan Bali, kali ini acara tahunan itu ingin mengangkat tema berbeda. Yaitu mengungkai khazanah percandian, arca-arca, prasasti, keramik-keramik, dan pelabuhan- pelabuhan kuno di Sumatera.
Baca juga: Borobudur Writers and Cultural Festival 2024 Gali Khazanah Kebudayaan Muarajambi
Kurator sekaligus pendiri Borobudur Writers and Cultural Festival, Seno Joko Suyono, mengatakan pemilihan topik Sumatra dilakukan untuk menyambut kebijakan negara terkait upaya revitalisasi, di KCBN Muarajambi. Ini juga tak lepas dengan adanya pemugaran dan revitalisasi terhadap beberapa situs di sana.
Ihwal diadakannya BWCF di situs tersebut juga ingin membantu pemerintah dalam meningkatkan daya tarik Muarajambi sebagai wisata heritage. Sejak direvitalisasi beberapa waktu terakhir, situs Muarajambi memang digadang menjadi destinasi wisata spiritual, khususnya untuk mendalami pemikiran Buddhisme.
"Selama tiga tahun terakhir para arkeolog melakukan pemugaran terhadap beberapa candi di Muarajambi. Sebuah museum baru juga akan didirikan. Oleh karena itu, BWCF ingin membaca ulang secara utuh situs Muarajambi dan juga arkeologi Sumatera,"katanya.
Lebih lanjut, Seno mengungkap acara BWCF kali ini juga dihelat untuk mengenang kajian-kajian mengenai arkeologi Sumatera yang dilakukan oleh Satyawati Suleiman (1920-1988). Satyawati adalah arkeolog perempuan pertama Indonesia yang melakukan penelitian terhadap artefak- artefak percandian Sumatra.
Menurut Seno, Satyawati juga bisa disebut arkeolog Indonesia pelopor untuk melakukan studi di Sumatera. Selama dua tahun berturut-turut BWCF memang melakukan tribut terhadap para arkeolog perempuan yang berjasa. Beberapa di antaranya adalah Hariani Santiko, Edi Sedyawati pada BWCF 2022-2023.
"Tribut terhadap Satyawati Sulaiman ini adalah rangkaian seri festival BWCF yang didedikasikan untuk mengenang jasa-jasa para perempuan arkeolog Indonesia yang menyumbang kontribusi besar terhadap pemahaman masa silam Nusantara pada zaman Hindu-Buddha,"imbuhnya.
Rangkaian Acara BWCF 2024
Selain merayakan arkeologi di Sumatera, BWCF juga akan dimeriahkan dengan sejumlah acara mulai dari pidato kebudayaan, peluncuran buku, ceramah-ceramah arkeologi dan seni, pemutaran film dokumenter, lecture, bazar buku, dan diskusi yang berkaitan dengan dunia arkeologi, tari, serta meditasi.Perhelatan BWCF 2024 seluruhnya akan diadakan di sekitar situs Muarajambi dan Kota Jambi, yang rencananya akan dibuka oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon. BWCF juga mengundang pakar-pakar arkeologi Sriwijaya baik dari luar maupun Indonesia, untuk merayakan pemikiran di situs Muarajambi.
Acara BWCF akan dibuka dengan seremonial dari Prof. Dr. Cecep Eka Permana di Ratu Convention Centre (RCC) Kota Jambi. Setelah itu akan ada juga penyerahan Sang Hyang Kamahayanikan Award 2024, dari Prof. Dr. Mudji Sutrisno, Y.M Bhante Dittisampanno Thera, Ph.D, dan Prof. Dr. Oman Faturahman.
Kemudian akan ada juga pidato kebudayaan dari Prof. Dr. Marijke Klokke mengenai Patung-Patung Sumatera Kuno: Tinjauan Umum untuk Menghormati Satyawati Suleiman, serta launching buku bertajuk Bahasa dan Aksara, Perekat Kesatuan Indonesia, yang dieditori oleh Ninie Susanti.
Selain itu, akan ada juga simposium “Muarajambi, Lembah Bujang dan Nalanda” pada hari kedua di Halaman Candi Kedaton KCBN Muarajambi. Simposium ini turut mengundang Dr. Agus Widiatmoko, Prof. Dr. Abhay Kumar Singh, Dr. Nasha bin Rodziadi Khaw, dan Dr. Azad Hind Gulshan Nanda yang dimoderatori oleh Asyhadi Mufsi Sadzali. M.A.
Pada malam yang sama juga akan ada seni pertunjukan tari dari Sardono W Kusumo bertajuk “Koto Mahligai Burung-Burung”. Pementasan ini juga didukung oleh sutradara Hanindawan, penari Eyi Lesar, Palak Batu Creative Community - Bangka, dan mahasiswa Sendratasik Universitas Jambi.
Adapun, sebagai penutup seluruh rangkaian acara, akan ditampilkan Pidato Kebudayaan penutup dari Prof. Sardono W. Kusumo, yang akan membawakan pidato berjudul Biodiversity dan Cultural Diversity Nusantara : dari Migrasi Burung-burung di Jambi sampai Kebudayaan Indra Papua dan Mentawai (Sebuah Pengalaman).
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.