Borobudur Writers and Cultural Festival 2024 Gali Khazanah Kebudayaan Muarajambi
05 November 2024 |
20:42 WIB
Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) akan kembali digelar pada 19-23 November 2024 di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi. Pada perhelatannya yang ke-13 ini, BWCF mengangkat tajuk Membaca Ulang Hubungan Muarajambi-Nalanda & Arca-Arca Sumatra.
Setelah dua tahun berturut-turut mengangkat soal arkeologi Jawa dan Bali, tahun ini BWCF akan mengeksplorasi sejarah Sumatera. Momen ini tak lepas dari penemuan situs-situs arkeologi baru di Bumi Melayu itu dalam beberapa waktu terakhir.
Pada 2018 misalnya, ditemukan prasasti Baturaja. Mulanya prasasti ini susah dibaca, akan tetapi, setelah bertahun-tahun dipelajari, pada 2024 para arkeolog bisa memecahkan kalimat-kalimat yang ada dalam prasasti tersebut, mengenai ihwal kerajaan Sriwijaya.
Terpecahnya misteri inskripsi ini, tak ayal menjawab teka-teki letak lokasi persis Minanga (awal Kerajaan Sriwijaya) yang disebutkan dalam Prasasti Kedukan Bukit (682 Masehi), yang selama ini ditelisik oleh para arkeolog, untuk mencari lokasi kedatuan bercorak Maritim, itu.
Baca juga: Angkat Tema M/othering, Makassar International Writers Festival Siap Digelar Mei 2024
Kurator sekaligus pendiri Borobudur Writers and Cultural Festival, Seno Joko Suyono, mengatakan bahwa pemilihan topik Sumatra dilakukan untuk menyambut kebijakan negara terkait upaya revitalisasi, di KCBN Muarajambi. Ini juga tak lepas dengan adanya pemugaran dan revitalisasi terhadap beberapa situs di sana.
Selain itu, sebuah museum baru juga akan didirikan di Muarajambi. Dengan adanya kegiatan ini, BWCF, tutur Seno, ingin membaca ulang secara utuh situs Muarajambi dan juga arkeologi Sumatera, serta membantu negara untuk meningkatkan daya tarik Muarajambi sebagai wisata heritage dan wisata spiritual.
"Sriwijaya itu pada abad ke-7, pernah membina hubungan dengan Nalanda (India). Kala itu raja Dewapaladewa yang menguasai Nalanda memberikan Balaputradewa (Maharaja Sriwijaya ke-11) tanah sebanyak 5 desa untuk didirikan biara, bagi para mahasiswa di Sumatera," katanya.
Lebih lanjut, Seno menuturkan, perhelatan BWCF 2024 seluruhnya akan diadakan di sekitar situs Muarajambi dan Kota Jambi. BWCF juga akan mengundang pakar-pakar arkeologi Sriwijaya baik dari luar maupun Indonesia. Juga akan menghadirkan seniman seniman dan sastrawan terkemuka yang berasal dari Sumatra dan Asia Tenggara.
Dihelatnya BWCF tahun ini juga bermaksud untuk mempromosikan Muarajambi sebagai salah satu situs warisan dunia sekaligus salah satu situs terbesar bersejarah di dunia. Ini juga tak lepas dari keinginan negara agar pada 2025 kawasan Muarajambi diakui oleh UNESCO sebagai situs warisan dunia.
"Lewat BWCF ini kami ingin mengaktualisasikan kembali bagaimana peradaban kita dulunya pernah turut aktif membentuk kebudayaan global. Pada abad ke-7 itu, Sriwijaya turut membentuk dan aktif terlibat pemikiran Buddha kontemporer," imbuhnya.
Lain dari itu, perhelatan BWCF ini juga diinginkan sebagai tribute untuk mengenang kajian-kajian mengenai arkeologi Sumatra yang dilakukan Ibu Satyawati Suleiman (1920-1988). Satyawati Suleiman adalah arkeolog perempuan pertama Indonesia yang melakukan penelitian terhadap artefak- artefak percandian Sumatra.
Satyawati Suleiman bisa disebut arkeolog Indonesia pelopor untuk melakukan studi di Sumatera. juga pernah menjadi atase kebudayaan di India. Selama dua tahun berturut-turut BWCF melakukan tribute terhadap para arkeolog perempuan yang berjasa.
Saat mengangkat tema Durga pada 2022, BWCF melakukan tribute terhadap almh. Dr. Hariani Santiko yang disertasinya mengenai Durga dan saat 2023 mengangkat tema Ganesa, BWCF melakukan tribute terhadap alm Prof. Dr. Edi Sedyawati yang disertasinya tentang Ganesa.
Tribute terhadap Satyawati Sulaiman ini juga didedikasikan untuk mengenang jasa-jasa para perempuan arkeolog Indonesia, serta mereka yang menyumbang kontribusi besar terhadap pemahaman masa silam Nusantara pada zaman Hindu-Buddha.
Adapun, pembicara asal Indonesia yang akan hadir ialah Marjikke Klokke, Mudji Sutrisno, dan Oman Fathurahman. Kegiatan BWCF ini juga akan meluncurkan buku bertajuk Bahasa dan Aksara, Perekat Kesatuan Indonesia, yang dieditori oleh Ninie Susanti, dan masih banyak lagi.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Setelah dua tahun berturut-turut mengangkat soal arkeologi Jawa dan Bali, tahun ini BWCF akan mengeksplorasi sejarah Sumatera. Momen ini tak lepas dari penemuan situs-situs arkeologi baru di Bumi Melayu itu dalam beberapa waktu terakhir.
Pada 2018 misalnya, ditemukan prasasti Baturaja. Mulanya prasasti ini susah dibaca, akan tetapi, setelah bertahun-tahun dipelajari, pada 2024 para arkeolog bisa memecahkan kalimat-kalimat yang ada dalam prasasti tersebut, mengenai ihwal kerajaan Sriwijaya.
Terpecahnya misteri inskripsi ini, tak ayal menjawab teka-teki letak lokasi persis Minanga (awal Kerajaan Sriwijaya) yang disebutkan dalam Prasasti Kedukan Bukit (682 Masehi), yang selama ini ditelisik oleh para arkeolog, untuk mencari lokasi kedatuan bercorak Maritim, itu.
Baca juga: Angkat Tema M/othering, Makassar International Writers Festival Siap Digelar Mei 2024
Kurator sekaligus pendiri Borobudur Writers and Cultural Festival, Seno Joko Suyono, mengatakan bahwa pemilihan topik Sumatra dilakukan untuk menyambut kebijakan negara terkait upaya revitalisasi, di KCBN Muarajambi. Ini juga tak lepas dengan adanya pemugaran dan revitalisasi terhadap beberapa situs di sana.
Selain itu, sebuah museum baru juga akan didirikan di Muarajambi. Dengan adanya kegiatan ini, BWCF, tutur Seno, ingin membaca ulang secara utuh situs Muarajambi dan juga arkeologi Sumatera, serta membantu negara untuk meningkatkan daya tarik Muarajambi sebagai wisata heritage dan wisata spiritual.
"Sriwijaya itu pada abad ke-7, pernah membina hubungan dengan Nalanda (India). Kala itu raja Dewapaladewa yang menguasai Nalanda memberikan Balaputradewa (Maharaja Sriwijaya ke-11) tanah sebanyak 5 desa untuk didirikan biara, bagi para mahasiswa di Sumatera," katanya.
Lebih lanjut, Seno menuturkan, perhelatan BWCF 2024 seluruhnya akan diadakan di sekitar situs Muarajambi dan Kota Jambi. BWCF juga akan mengundang pakar-pakar arkeologi Sriwijaya baik dari luar maupun Indonesia. Juga akan menghadirkan seniman seniman dan sastrawan terkemuka yang berasal dari Sumatra dan Asia Tenggara.
Dihelatnya BWCF tahun ini juga bermaksud untuk mempromosikan Muarajambi sebagai salah satu situs warisan dunia sekaligus salah satu situs terbesar bersejarah di dunia. Ini juga tak lepas dari keinginan negara agar pada 2025 kawasan Muarajambi diakui oleh UNESCO sebagai situs warisan dunia.
"Lewat BWCF ini kami ingin mengaktualisasikan kembali bagaimana peradaban kita dulunya pernah turut aktif membentuk kebudayaan global. Pada abad ke-7 itu, Sriwijaya turut membentuk dan aktif terlibat pemikiran Buddha kontemporer," imbuhnya.
Tribute to Satyawati Suleiman
Ada banyak rangkaian agenda yang diselenggarakan Borobudur Writers and Cultural Festival. Mulai dari pidato kebudayaan, simposium, ceramah umum (Lectures), dan diskusi sastra. Kemudian ada juga dialog sastra, launching buku, podium sastra, pertunjukan seni dan sastra, serta tari hingga meditasi.Lain dari itu, perhelatan BWCF ini juga diinginkan sebagai tribute untuk mengenang kajian-kajian mengenai arkeologi Sumatra yang dilakukan Ibu Satyawati Suleiman (1920-1988). Satyawati Suleiman adalah arkeolog perempuan pertama Indonesia yang melakukan penelitian terhadap artefak- artefak percandian Sumatra.
Satyawati Suleiman bisa disebut arkeolog Indonesia pelopor untuk melakukan studi di Sumatera. juga pernah menjadi atase kebudayaan di India. Selama dua tahun berturut-turut BWCF melakukan tribute terhadap para arkeolog perempuan yang berjasa.
Saat mengangkat tema Durga pada 2022, BWCF melakukan tribute terhadap almh. Dr. Hariani Santiko yang disertasinya mengenai Durga dan saat 2023 mengangkat tema Ganesa, BWCF melakukan tribute terhadap alm Prof. Dr. Edi Sedyawati yang disertasinya tentang Ganesa.
Tribute terhadap Satyawati Sulaiman ini juga didedikasikan untuk mengenang jasa-jasa para perempuan arkeolog Indonesia, serta mereka yang menyumbang kontribusi besar terhadap pemahaman masa silam Nusantara pada zaman Hindu-Buddha.
Adapun, pembicara asal Indonesia yang akan hadir ialah Marjikke Klokke, Mudji Sutrisno, dan Oman Fathurahman. Kegiatan BWCF ini juga akan meluncurkan buku bertajuk Bahasa dan Aksara, Perekat Kesatuan Indonesia, yang dieditori oleh Ninie Susanti, dan masih banyak lagi.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.