Prevalensi Diabetes di Indonesia Meningkat, Ini Langkah Preventif yang Harus Diketahui
18 November 2024 |
19:30 WIB
Diabetes terus menjadi ancaman serius bagi kualitas hidup masyarakat Indonesia. Berdasarkan data dari International Diabetes Federation (IDF), diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia akan melonjak hingga 28,6 juta pada tahun 2045.
Angka prevalensinya pun menunjukkan tren yang mengkhawatirkan, di mana diabetes melitus pada penduduk usia di atas 15 tahun meningkat dari 10,9% pada Riskesdas 2018 menjadi 11,7% menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023.
Peningkatan signifikan ini seharusnya menjadi alarm bagi pentingnya upaya preventif guna menurunkan prevalensi penyakit ini.
Baca juga: Dokter Ajak Masyarakat Konsisten Kurangi Gula, Dimulai dari Minuman Teh Tanpa Pemanis
Kini, diabetes tidak hanya menyerang usia lanjut, namun semakin banyak kasus terdeteksi pada usia muda. Pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan gaya hidup yang buruk menjadi faktor utama yang mendorong peningkatan jumlah penderita diabetes. Ditambah lagi, tingginya angka obesitas pada anak-anak turut memperburuk kondisi ini, memicu potensi diabetes yang lebih cepat muncul di usia dewasa.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSUD Tamansari Jakarta Cindya Klarisa menjelaskan, diabetes menjadi salah satu penyakit yang dapat menimbulkan komplikasi dan kondisi kesehatan serius pada organ lainnya. Menurutnya, penyebab utama peningkatan prevalensi diabetes adalah konsumsi gula yang berlebihan dan tidak terkontrol, hingga kurangnya literasi masyarakat dalam memahami label gizi di balik makanan dan minuman kemasan.
Di Indonesia, kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman manis makin meluas. Banyak orang tidak menyadari bahwa gula tersembunyi ada di dalam makanan dan minuman yang mereka konsumsi setiap hari, seperti dalam biskuit, saus, atau bahkan jus buah.
Perlu diketahui, Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar asupan gula tambahan tidak melebihi 10?ri total kalori harian. “Untuk usia dewasa dengan kebutuhan kalori sekitar 2.000 kkal per hari, ini berarti maksimal 50 gram gula atau sekitar 4 sendok makan gula per hari,” kata Cindya.
Dia berpandangan bahwa konsumsi gula berlebihan memang menjadi masalah utama yang perlu diselesaikan. Masyarakat baiknya menyadari kandungan pada makanan dan minuman yang mereka konsumsi. Misalnya, roti, mi, biskuit, dan makanan olahan lainnya seringkali mengandung gula tambahan yang tidak disadari.
Tiap individu bisa memulai peran pola hidup sehat untuk mencegah diabetes. Cindya merekomendasikan untuk memulainya dengan pola makan yang seimbang dengan isi piring sederhana yakni setengah piring makan terdiri dari sayuran, seperempatnya karbohidrat, dan seperempatnya lagi berisi protein.
Selain itu, pilih karbohidrat yang lebih sehat, seperti nasi merah, kentang, atau gandum utuh. Hindari konsumsi makanan olahan yang mengandung banyak gula dan lemak jahat.
Selanjutnya, kurangi konsumsi gula, utamanya gula tambahan dalam makanan sehari-hari. Hindari minuman manis dan pilih makanan yang tidak mengandung pemanis tambahan. Selain menekan lonjakan insulin, meminimalisir gula juga membantu berat badan ideal dan terhindar dari obesitas yang menjadi faktor utama terjadinya diabetes.
Aktivitas fisik juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan metabolisme tubuh. Cindys menyarankan berolahraga minimum 150 menit per minggu, seperti berjalan kaki cepat, bersepeda, atau berenang. “Aktivitas fisik ini tidak hanya membantu mengendalikan berat badan tetapi juga meningkatkan sensitivitas insulin, yang berperan dalam mengatur kadar gula darah,” jelasnya.
Salah satu aspek yang kerap disepelekan adalah tidak mengelola stres dan menjaga kualitas tidur dengan baik. Padahal, stres kronis dapat mempengaruhi kadar gula darah. Sementara, kurang tidur dapat meningkatkan risiko resistensi insulin. Pastikan tidur yang cukup minimal 7 jam per malam untuk mendukung kesehatan fisik dan mental.
Bagi individu yang berisiko, seperti mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan diabetes atau yang memiliki pola hidup yang kurang sehat juga penting untuk memantau kadar gula darah secara rutin. “Hasil tes gula darah puasa yang normal adalah di bawah 100 mg/dL, dan jika berada antara 100-125 mg/dL, itu menunjukkan kondisi pre-diabetes. Jika sudah di atas 126 mg/dL, itu berarti diabetes,” jelasnya.
Cindya merangkum poin penting bahwa fisik yang sehat akan mempengaruhi kesehatan mental, juga sebaliknya. Keduanya berjalan beriringan. Artinya, menjaga tubuh tetap sehat dengan pola hidup yang aktif dan pola makan yang baik berkontribusi besar pada kestabilan mental seseorang.
“Ketika tubuh sehat, kita merasa lebih baik, lebih energik, dan lebih mampu mengatasi tekanan hidup,” ungkapnya. Sebaliknya, kondisi fisik yang buruk, seperti obesitas atau diabetes yang tidak terkendali dapat memperburuk kesehatan mental, meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan stres.
Ini juga mengartikan bahwa ketika tubuh sehat, manusia lebih mudah untuk menjaga keseimbangan mental. Mengelola stres, menjaga pola tidur yang baik, dan berolahraga secara teratur dapat membantu manusia merasa lebih bahagia dan lebih produktif.
Baca juga: Waspada Kandungan Gula Tersembunyi Merusak Ginjal Anak, Begini Cara Mengatasinya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Angka prevalensinya pun menunjukkan tren yang mengkhawatirkan, di mana diabetes melitus pada penduduk usia di atas 15 tahun meningkat dari 10,9% pada Riskesdas 2018 menjadi 11,7% menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023.
Peningkatan signifikan ini seharusnya menjadi alarm bagi pentingnya upaya preventif guna menurunkan prevalensi penyakit ini.
Baca juga: Dokter Ajak Masyarakat Konsisten Kurangi Gula, Dimulai dari Minuman Teh Tanpa Pemanis
Kini, diabetes tidak hanya menyerang usia lanjut, namun semakin banyak kasus terdeteksi pada usia muda. Pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan gaya hidup yang buruk menjadi faktor utama yang mendorong peningkatan jumlah penderita diabetes. Ditambah lagi, tingginya angka obesitas pada anak-anak turut memperburuk kondisi ini, memicu potensi diabetes yang lebih cepat muncul di usia dewasa.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSUD Tamansari Jakarta Cindya Klarisa menjelaskan, diabetes menjadi salah satu penyakit yang dapat menimbulkan komplikasi dan kondisi kesehatan serius pada organ lainnya. Menurutnya, penyebab utama peningkatan prevalensi diabetes adalah konsumsi gula yang berlebihan dan tidak terkontrol, hingga kurangnya literasi masyarakat dalam memahami label gizi di balik makanan dan minuman kemasan.
Di Indonesia, kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman manis makin meluas. Banyak orang tidak menyadari bahwa gula tersembunyi ada di dalam makanan dan minuman yang mereka konsumsi setiap hari, seperti dalam biskuit, saus, atau bahkan jus buah.
Perlu diketahui, Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar asupan gula tambahan tidak melebihi 10?ri total kalori harian. “Untuk usia dewasa dengan kebutuhan kalori sekitar 2.000 kkal per hari, ini berarti maksimal 50 gram gula atau sekitar 4 sendok makan gula per hari,” kata Cindya.
Dia berpandangan bahwa konsumsi gula berlebihan memang menjadi masalah utama yang perlu diselesaikan. Masyarakat baiknya menyadari kandungan pada makanan dan minuman yang mereka konsumsi. Misalnya, roti, mi, biskuit, dan makanan olahan lainnya seringkali mengandung gula tambahan yang tidak disadari.
Langkah Mencegah Diabetes
Ilustrasi diabetes (Sumber gambar: AS Photography/Pexels)
Tiap individu bisa memulai peran pola hidup sehat untuk mencegah diabetes. Cindya merekomendasikan untuk memulainya dengan pola makan yang seimbang dengan isi piring sederhana yakni setengah piring makan terdiri dari sayuran, seperempatnya karbohidrat, dan seperempatnya lagi berisi protein.
Selain itu, pilih karbohidrat yang lebih sehat, seperti nasi merah, kentang, atau gandum utuh. Hindari konsumsi makanan olahan yang mengandung banyak gula dan lemak jahat.
Selanjutnya, kurangi konsumsi gula, utamanya gula tambahan dalam makanan sehari-hari. Hindari minuman manis dan pilih makanan yang tidak mengandung pemanis tambahan. Selain menekan lonjakan insulin, meminimalisir gula juga membantu berat badan ideal dan terhindar dari obesitas yang menjadi faktor utama terjadinya diabetes.
Aktivitas fisik juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan metabolisme tubuh. Cindys menyarankan berolahraga minimum 150 menit per minggu, seperti berjalan kaki cepat, bersepeda, atau berenang. “Aktivitas fisik ini tidak hanya membantu mengendalikan berat badan tetapi juga meningkatkan sensitivitas insulin, yang berperan dalam mengatur kadar gula darah,” jelasnya.
Salah satu aspek yang kerap disepelekan adalah tidak mengelola stres dan menjaga kualitas tidur dengan baik. Padahal, stres kronis dapat mempengaruhi kadar gula darah. Sementara, kurang tidur dapat meningkatkan risiko resistensi insulin. Pastikan tidur yang cukup minimal 7 jam per malam untuk mendukung kesehatan fisik dan mental.
Bagi individu yang berisiko, seperti mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan diabetes atau yang memiliki pola hidup yang kurang sehat juga penting untuk memantau kadar gula darah secara rutin. “Hasil tes gula darah puasa yang normal adalah di bawah 100 mg/dL, dan jika berada antara 100-125 mg/dL, itu menunjukkan kondisi pre-diabetes. Jika sudah di atas 126 mg/dL, itu berarti diabetes,” jelasnya.
Cindya merangkum poin penting bahwa fisik yang sehat akan mempengaruhi kesehatan mental, juga sebaliknya. Keduanya berjalan beriringan. Artinya, menjaga tubuh tetap sehat dengan pola hidup yang aktif dan pola makan yang baik berkontribusi besar pada kestabilan mental seseorang.
“Ketika tubuh sehat, kita merasa lebih baik, lebih energik, dan lebih mampu mengatasi tekanan hidup,” ungkapnya. Sebaliknya, kondisi fisik yang buruk, seperti obesitas atau diabetes yang tidak terkendali dapat memperburuk kesehatan mental, meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan stres.
Ini juga mengartikan bahwa ketika tubuh sehat, manusia lebih mudah untuk menjaga keseimbangan mental. Mengelola stres, menjaga pola tidur yang baik, dan berolahraga secara teratur dapat membantu manusia merasa lebih bahagia dan lebih produktif.
Baca juga: Waspada Kandungan Gula Tersembunyi Merusak Ginjal Anak, Begini Cara Mengatasinya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.