Indonesia Kita Siap Pentaskan Lakon Putra Sang Maestro di Taman Ismail Marzuki Jakarta
14 November 2024 |
17:25 WIB
Elan untuk merawat Indonesia melalui kebudayaan sepertinya terus didengungkan oleh Indonesia Kita. Forum budaya, yang mencoba memahami kembali Indonesia melalui jalan kesenian dan kebudayaan, itu juga terus membuat naskah dan lakon-lakon baru untuk publik seni di Tanah Air.
Terbaru, Indonesia Kita akan kembali menyapa penikmat seni pertunjukan lewat lakon Putra Sang Maestro. Diproduksi oleh Kayan Production, lakon yang naskahnya ditulis oleh Agus Noor itu, akan dipentaskan di Teater Besar Taman Ismail Marzuki Jakarta, pada 14-15 November 2024.
Pada produksi ke-43 ini mereka juga mendapuk aktor dan aktris besar di Tanah Air untuk meramaikan pementasan dalam rangka menyapa penonton setianya. Disutradarai oleh Agus Noor, pertunjukan ini akan menampilkan para pemain teater, dan musisi senior di Tanah Air.
Baca juga: Ragam Ekspresi Kisah Panji dalam Pertunjukan Seni Tradisi & Kontemporer
Beberapa di antaranya adalah Butet Kartaredjasa, Cak Lontong, Akbar Kobar, Endah Laras, Oppie Andaresta, Sri Krishna Encik, Mucle Katulistiwa, Marwoto, Susilo Nugroho, Wisben, dan Joened. Sementara itu, musiknya akan diaransemen oleh Arie Pekar, dan dimeriahkan gerak tari yang dikoreografi oleh Siti Alisa.
Kisah Putra Sang Maestro akan menceritakan seorang seniman badut tua yang akan diberi gelar Sang Maestro. Baginya, gelar maestro tidak layak diterima oleh badut seperti dirinya. Masih banyak seniman atau tokoh lain yang menurutnya lebih pantas menyandang gelar ini.
Namun pimpinan kota yang hendak memberikan gelar ini, bersikeras supaya badut senior ini mau menerima gelar Maestro. Alasan si pimpinan, badut selama ini terpinggirkan dan direndahkan sehingga gelar ini merupakan upaya untuk mengangkat profesi ini.
Karena bimbang dan ragu, sosok Sang Badut jadi viral karena banyak pendapat yang pro dan kontra. Satu sisi ada yang menilainya sombong, namun pihak lain ada yang menilainya punya sikap. Sejatinya ada alasan tersendiri bagi Pimpinan Kota untuk memberikan gelar ini, yaitu karena anaknya sering dianggap badut.
Penulis dan Direktur Artistik Indonesia Kita Agus Noor mengatakan, keinginan untuk berikhtiar merawat kebangsaan melalui pertunjukan seni, memang menjadi komitmen bersama seluruh tim Indonesia Kita. Kendati tidak mendapatkan dukungan produksi dari pihak manapun, seluruh pekerja seni di dalam grup tersebut memutuskan untuk tetap manggung.
Agus juga mengaku cukup tersentuh saat menerima kabar dari tim produksi bahwa sponsor yang tadinya akan mendukung, tiba-tiba mundur. Dia mengungkap, teman-teman seniman di pentas tersebut, akhirnya sepakat untuk sama-sama saweran demi menambah dana produksi supaya pentas tetap terlaksana.
"Semua tim sama-sama berupaya dengan caranya masing-masing. Misalnya tim artistik mencoba menyesuaikan bujet, dan tim produksi mencoba menghubungi penonton loyal Indonesia Kita untuk membeli tiket donasi. Begitulah, dengan segala upaya dan semangat memperjuangkan gagasan, kami mencoba terus mewujudkan pementasan ini, katanya.
Sementara itu, salah satu pendiri Indonesia Kita, Butet Kartaredjasa mengatakan, apa yang dilakukan oleh para seniman di dalam grup tersebut justru menjadi bukti keberhasilan Indonesia Kita dalam membangun ekosistem kebudayaan yang sesungguhnya, termasuk mendukung ikhtiar-ikhtiar berkesenian yang menghargai akal sehat dan nurani.
“Baik itu antara sesama pemain, tim artistik, dan kru panggung, sampai mereka yang berada di garda depan dalam penjualan tiket, ternyata memiliki semangat dan kekompakan yang padu untuk mewujudkan pementasan ini. Yang lebih menakjubkan lagi, ternyata keberadaan penonton yang loyal yang turut serta memberikan donasi,"katanya.
Baca juga: Rangkaian Pertunjukan Tari Kontemporer Cinta dan Ingatan Rampung, Begini Kesan Para Penampil
Editor: Puput Ady Sukarno
Terbaru, Indonesia Kita akan kembali menyapa penikmat seni pertunjukan lewat lakon Putra Sang Maestro. Diproduksi oleh Kayan Production, lakon yang naskahnya ditulis oleh Agus Noor itu, akan dipentaskan di Teater Besar Taman Ismail Marzuki Jakarta, pada 14-15 November 2024.
Pada produksi ke-43 ini mereka juga mendapuk aktor dan aktris besar di Tanah Air untuk meramaikan pementasan dalam rangka menyapa penonton setianya. Disutradarai oleh Agus Noor, pertunjukan ini akan menampilkan para pemain teater, dan musisi senior di Tanah Air.
Baca juga: Ragam Ekspresi Kisah Panji dalam Pertunjukan Seni Tradisi & Kontemporer
Beberapa di antaranya adalah Butet Kartaredjasa, Cak Lontong, Akbar Kobar, Endah Laras, Oppie Andaresta, Sri Krishna Encik, Mucle Katulistiwa, Marwoto, Susilo Nugroho, Wisben, dan Joened. Sementara itu, musiknya akan diaransemen oleh Arie Pekar, dan dimeriahkan gerak tari yang dikoreografi oleh Siti Alisa.
Kisah Putra Sang Maestro akan menceritakan seorang seniman badut tua yang akan diberi gelar Sang Maestro. Baginya, gelar maestro tidak layak diterima oleh badut seperti dirinya. Masih banyak seniman atau tokoh lain yang menurutnya lebih pantas menyandang gelar ini.
Namun pimpinan kota yang hendak memberikan gelar ini, bersikeras supaya badut senior ini mau menerima gelar Maestro. Alasan si pimpinan, badut selama ini terpinggirkan dan direndahkan sehingga gelar ini merupakan upaya untuk mengangkat profesi ini.
Karena bimbang dan ragu, sosok Sang Badut jadi viral karena banyak pendapat yang pro dan kontra. Satu sisi ada yang menilainya sombong, namun pihak lain ada yang menilainya punya sikap. Sejatinya ada alasan tersendiri bagi Pimpinan Kota untuk memberikan gelar ini, yaitu karena anaknya sering dianggap badut.
Penulis dan Direktur Artistik Indonesia Kita Agus Noor mengatakan, keinginan untuk berikhtiar merawat kebangsaan melalui pertunjukan seni, memang menjadi komitmen bersama seluruh tim Indonesia Kita. Kendati tidak mendapatkan dukungan produksi dari pihak manapun, seluruh pekerja seni di dalam grup tersebut memutuskan untuk tetap manggung.
Agus juga mengaku cukup tersentuh saat menerima kabar dari tim produksi bahwa sponsor yang tadinya akan mendukung, tiba-tiba mundur. Dia mengungkap, teman-teman seniman di pentas tersebut, akhirnya sepakat untuk sama-sama saweran demi menambah dana produksi supaya pentas tetap terlaksana.
"Semua tim sama-sama berupaya dengan caranya masing-masing. Misalnya tim artistik mencoba menyesuaikan bujet, dan tim produksi mencoba menghubungi penonton loyal Indonesia Kita untuk membeli tiket donasi. Begitulah, dengan segala upaya dan semangat memperjuangkan gagasan, kami mencoba terus mewujudkan pementasan ini, katanya.
Sementara itu, salah satu pendiri Indonesia Kita, Butet Kartaredjasa mengatakan, apa yang dilakukan oleh para seniman di dalam grup tersebut justru menjadi bukti keberhasilan Indonesia Kita dalam membangun ekosistem kebudayaan yang sesungguhnya, termasuk mendukung ikhtiar-ikhtiar berkesenian yang menghargai akal sehat dan nurani.
“Baik itu antara sesama pemain, tim artistik, dan kru panggung, sampai mereka yang berada di garda depan dalam penjualan tiket, ternyata memiliki semangat dan kekompakan yang padu untuk mewujudkan pementasan ini. Yang lebih menakjubkan lagi, ternyata keberadaan penonton yang loyal yang turut serta memberikan donasi,"katanya.
Baca juga: Rangkaian Pertunjukan Tari Kontemporer Cinta dan Ingatan Rampung, Begini Kesan Para Penampil
Editor: Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.