4 Karya Hunian yang Menarik Perhatian di Jakarta Architecture Festival 2024
13 November 2024 |
19:52 WIB
Karya-karya arsitektural rancangan arsitek Indonesia berbakat hadir di acara Jakarta Architecture Festival (JAF) 2024, yang berlangsung pada 9-24 November 2024 di Agora Mall, Thamrine Nine, Jakarta Pusat. Publik bisa melihat sekaligus mendapatkan informasi seputar karya-karya arsitektur dari berbagai kategori, mulai dari hunian pribadi, bangunan publik, hingga cagar budaya.
Karya-karya yang dipamerkan merupakan rancangan para arsitek anggota Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI) Jakarta, yang menjadi finalis IAI Jakarta Awards 2024. IAI Jakarta Awards merupakan ajang penghargaan yang digelar oleh IAI Jakarta, sebagai bentuk apresiasi dan edukasi kepada profesi arsitek, masyarakat, serta institusi.
Baca juga: Intip Interior Restoran Baru Tasya Farasya yang Usung Desain Modern Klasik
Penghargaan diberikan atas hasil karya arsitektur yang mampu meningkatkan jalinan hubungan kerja sama antara organisasi keprofesian IAI Jakarta dengan masyarakat secara luas, meningkatkan pelestarian lingkungan, serta memperbaiki kualitas hidup penduduk di Kota Jakarta.
IAI Jakarta Awards 2024 akan memberikan penghargaan untuk berbagai kategori, seperti bangunan hunian pribadi, hunian publik, komersial, bangunan publik, cagar budaya, karya tulis arsitektur, hingga life time achievement.
Arsitek sekaligus Ketua Penyelenggara JAF 2024 Cosmas D. Gozali mengatakan tahun ini ada sebanyak 250 karya yang diikutsertakan dalam IAI Jakarta Awards 2024. Dari jumlah tersebut, terpilih sekitar 60 karya yang masuk ke tahap penjurian akhir. Adapun, pengumuman pemenangnya akan berlangsung pada 15 November 2024.
"Jadi ini karya-karya dari para arsitek yang menjadi anggota IAI Jakarta. Tapi karyanya tidak harus di Jakarta, bisa dimana saja," katanya.
Dari deretan karya yang dipamerkan di Jakarta Architecture Festival 2024, beberapa karya bangunan hunian menarik perhatian. Berikut adalah di antaranya.
Paviliun Bentara adalah sebuah paviliun hunian dan kantor arsitek, dengan luas tanah 500 m2 dan luas bangunan 150 m2, yang berlokasi di Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat. Bangunan yang didesain oleh arsitek Hengky Pramudya ini mengusung konsep adaptif lingkungan perkampungan yang heterogen, dengan kearifan lokal tropis Indonesia.
Bangunan ini mengadopsi arsitektur modern dengan mengangkat kearifan lokal dengan cara sederhana, yakni melalui bentuk atap Nusantara, dan penggunaan material lokal unfinished dengan prinsip-prinsip arsitektur tropis.
Hal ini diwujudkan misalnya dengan atap menjulang tinggi untuk menangkap air hujan agar langsung turun ke tanah, kolam ikan pada perimeter atap sebagai bak penampungan air hujan, ruang atap tinggi membentuk naungan dengan tujuan memaksimalkan pergerakan udara ventilasi silang, hingga tanaman sebagai unsur alami yang efektif untuk mereduksi bangunan.
Rumah kayu berbentuk A yang unik ini terletak di hutan Lombok, Nusa Tenggara Barat. Rumah yang dirancang oleh arsitek Wiyoga Nurdiansyah ini menggunakan kayu ulin, yang dikenal sebagai kayu besi sebagai rangka struktural, dek, dan partisi. Ulin sangat padat dan memerlukan keterampilan khusus dari tukang kayu yang telah menguasai jenis kayu ini.
Kayu dikenal karena karakteristiknya yang unik yang dapat melentur saat terjadi gempa bumi, menjadikannya pilihan material yang tepat untuk rumah yang harus tahan terhadap kondisi gunung berapi di Indonesia.
Bentuk rangka A terinspirasi dari rumah kayu tradisional Sumatera Utara, struktur kayu yang mengesankan dengan atap bernada tinggi untuk sistem ventilasi pendinginan alami dalam lingkungan tropis. Rumah ini berdiri tegak di atas medan miring, sehingga memungkinkan aliran udara untuk ventilasi rumah di bawahnya.
Rumah ini terdiri dari dua kamar tidur besar, dapur lengkap, ruang tamu luar ruangan yang besar dan teras yang terletak di kanopi bambu, serta kamar mandi luar ruangan. Rumah ini dibangun untuk meminimalkan dampaknya terhadap lingkungan, dengan daur ulang air, sistem pengomposan alami, dan taman pribadi yang luas.
Gro-House Palapa ialah rumah dengan luas tanah 76 m2 yang dirancang oleh arsitek Mahadiyanto. Rumah ini disebut bisa menjadi solusi bagi hunian dengan luas tanah terbatas namun dengan menghadirkan banyak ruang dan kamar. Rumah ini terdiri dari 2 kamar tidur, 2 kamar mandi, dapur, ruang tamu dan ruang makan, carport yang dapat menampung 2 mobil, teras dan taman samping.
Bangunan dirancang dengan sistem ventilasi silang dengan penggunaan kaca nako sebagai jendela, sehingga pertukaran udara yang mengalir dari atau ke luar bangunan dapat diatur tergantung situasi cuaca. Selain itu, terdapat juga bukaan besar di area barat rumah, yang mengarah ke taman samping dan memberikan sirkulasi udara yang lebih baik di dalam rumah.
Posisi setiap ruangan selain diletakkan dan dimaksudkan agar mudah dijangkau dari area luar, juga memiliki bukaan yang cukup agar cahaya matahari alami dapat masuk, sehingga tidak perlu menyalakan lampu pada sore hari. Konsep rumah ini dinilai sangat cocok untuk generasi muda seperti milenial yang kerap mengadopsi gaya hidup minimalis, dengan membangun ruang yang dibutuhkan termasuk mengembangkannya pada masa mendatang.
Villarci merupakan vila klasik perpaduan gaya desain farmhouse di Spanyol dengan rumah-rumah kolonial Belanda yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat. Vila yang dirancang oleh arsitek Gerard Tambunan ini mencoba beradaptasi dengan pemandangan dan kondisi lingkungan sekitar, salah satunya dengan aplikasi atap datar yang berfungsi sebagai landscape yang berfungsi untuk titik santai keluarga.
Baca juga: Cerita di Balik Desain Pedestrian Jalan Blora-Kendal, Hadirkan Ruang Hidup yang Inklusif
Terinspirasi dari gaya desain farmhouse di Spanyol, Villarci dengan luas tanah 3000 m2 dan luas bangunan 617 m2 ini hadir dengan bangunan persegi panjang putih simpel yang mengadopsi unsur-unsur lengkung untuk menciptakan vista bagi ruang dalam.
Di sisi lain, untuk beradaptasi dengan suhu di lingkungan tersebut, dihadirkan kantilever, sebuah penutup atap yang disanggah oleh elemen-elemen bangunan, sehingga ruang-ruang dalam rumah dibuat menjadi teras untuk ruang santai. Selain itu, hadir juga tumpukan batu hitam yang menjadi struktur bangunan yang menghadirkan kesan desain bergaya rumah kolonial Belanda.
Editor: Fajar Sidik
Karya-karya yang dipamerkan merupakan rancangan para arsitek anggota Ikatan Arsitektur Indonesia (IAI) Jakarta, yang menjadi finalis IAI Jakarta Awards 2024. IAI Jakarta Awards merupakan ajang penghargaan yang digelar oleh IAI Jakarta, sebagai bentuk apresiasi dan edukasi kepada profesi arsitek, masyarakat, serta institusi.
Baca juga: Intip Interior Restoran Baru Tasya Farasya yang Usung Desain Modern Klasik
Penghargaan diberikan atas hasil karya arsitektur yang mampu meningkatkan jalinan hubungan kerja sama antara organisasi keprofesian IAI Jakarta dengan masyarakat secara luas, meningkatkan pelestarian lingkungan, serta memperbaiki kualitas hidup penduduk di Kota Jakarta.
IAI Jakarta Awards 2024 akan memberikan penghargaan untuk berbagai kategori, seperti bangunan hunian pribadi, hunian publik, komersial, bangunan publik, cagar budaya, karya tulis arsitektur, hingga life time achievement.
Arsitek sekaligus Ketua Penyelenggara JAF 2024 Cosmas D. Gozali mengatakan tahun ini ada sebanyak 250 karya yang diikutsertakan dalam IAI Jakarta Awards 2024. Dari jumlah tersebut, terpilih sekitar 60 karya yang masuk ke tahap penjurian akhir. Adapun, pengumuman pemenangnya akan berlangsung pada 15 November 2024.
"Jadi ini karya-karya dari para arsitek yang menjadi anggota IAI Jakarta. Tapi karyanya tidak harus di Jakarta, bisa dimana saja," katanya.
Dari deretan karya yang dipamerkan di Jakarta Architecture Festival 2024, beberapa karya bangunan hunian menarik perhatian. Berikut adalah di antaranya.
1. Paviliun Bentara
Paviliun Bentara adalah sebuah paviliun hunian dan kantor arsitek, dengan luas tanah 500 m2 dan luas bangunan 150 m2, yang berlokasi di Jatiasih, Bekasi, Jawa Barat. Bangunan yang didesain oleh arsitek Hengky Pramudya ini mengusung konsep adaptif lingkungan perkampungan yang heterogen, dengan kearifan lokal tropis Indonesia.
Bangunan ini mengadopsi arsitektur modern dengan mengangkat kearifan lokal dengan cara sederhana, yakni melalui bentuk atap Nusantara, dan penggunaan material lokal unfinished dengan prinsip-prinsip arsitektur tropis.
Hal ini diwujudkan misalnya dengan atap menjulang tinggi untuk menangkap air hujan agar langsung turun ke tanah, kolam ikan pada perimeter atap sebagai bak penampungan air hujan, ruang atap tinggi membentuk naungan dengan tujuan memaksimalkan pergerakan udara ventilasi silang, hingga tanaman sebagai unsur alami yang efektif untuk mereduksi bangunan.
2. Kayu House
Rumah kayu berbentuk A yang unik ini terletak di hutan Lombok, Nusa Tenggara Barat. Rumah yang dirancang oleh arsitek Wiyoga Nurdiansyah ini menggunakan kayu ulin, yang dikenal sebagai kayu besi sebagai rangka struktural, dek, dan partisi. Ulin sangat padat dan memerlukan keterampilan khusus dari tukang kayu yang telah menguasai jenis kayu ini.
Kayu dikenal karena karakteristiknya yang unik yang dapat melentur saat terjadi gempa bumi, menjadikannya pilihan material yang tepat untuk rumah yang harus tahan terhadap kondisi gunung berapi di Indonesia.
Bentuk rangka A terinspirasi dari rumah kayu tradisional Sumatera Utara, struktur kayu yang mengesankan dengan atap bernada tinggi untuk sistem ventilasi pendinginan alami dalam lingkungan tropis. Rumah ini berdiri tegak di atas medan miring, sehingga memungkinkan aliran udara untuk ventilasi rumah di bawahnya.
Rumah ini terdiri dari dua kamar tidur besar, dapur lengkap, ruang tamu luar ruangan yang besar dan teras yang terletak di kanopi bambu, serta kamar mandi luar ruangan. Rumah ini dibangun untuk meminimalkan dampaknya terhadap lingkungan, dengan daur ulang air, sistem pengomposan alami, dan taman pribadi yang luas.
3. Gro-House Palapa
Gro-House Palapa ialah rumah dengan luas tanah 76 m2 yang dirancang oleh arsitek Mahadiyanto. Rumah ini disebut bisa menjadi solusi bagi hunian dengan luas tanah terbatas namun dengan menghadirkan banyak ruang dan kamar. Rumah ini terdiri dari 2 kamar tidur, 2 kamar mandi, dapur, ruang tamu dan ruang makan, carport yang dapat menampung 2 mobil, teras dan taman samping.
Bangunan dirancang dengan sistem ventilasi silang dengan penggunaan kaca nako sebagai jendela, sehingga pertukaran udara yang mengalir dari atau ke luar bangunan dapat diatur tergantung situasi cuaca. Selain itu, terdapat juga bukaan besar di area barat rumah, yang mengarah ke taman samping dan memberikan sirkulasi udara yang lebih baik di dalam rumah.
Posisi setiap ruangan selain diletakkan dan dimaksudkan agar mudah dijangkau dari area luar, juga memiliki bukaan yang cukup agar cahaya matahari alami dapat masuk, sehingga tidak perlu menyalakan lampu pada sore hari. Konsep rumah ini dinilai sangat cocok untuk generasi muda seperti milenial yang kerap mengadopsi gaya hidup minimalis, dengan membangun ruang yang dibutuhkan termasuk mengembangkannya pada masa mendatang.
4. Villarci
Villarci karya arsitek Gerard Tambunan. (Sumber gambar: Gets Architecs)
Baca juga: Cerita di Balik Desain Pedestrian Jalan Blora-Kendal, Hadirkan Ruang Hidup yang Inklusif
Terinspirasi dari gaya desain farmhouse di Spanyol, Villarci dengan luas tanah 3000 m2 dan luas bangunan 617 m2 ini hadir dengan bangunan persegi panjang putih simpel yang mengadopsi unsur-unsur lengkung untuk menciptakan vista bagi ruang dalam.
Di sisi lain, untuk beradaptasi dengan suhu di lingkungan tersebut, dihadirkan kantilever, sebuah penutup atap yang disanggah oleh elemen-elemen bangunan, sehingga ruang-ruang dalam rumah dibuat menjadi teras untuk ruang santai. Selain itu, hadir juga tumpukan batu hitam yang menjadi struktur bangunan yang menghadirkan kesan desain bergaya rumah kolonial Belanda.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.