Hilmar Farid Soroti Daya Observasi Kuat Pidato Kebudayaan Garin Nugroho
11 November 2024 |
16:25 WIB
Saat sutradara Garin Nugroho selesai membacakan pidato kebudayaannya berjudul “Balas Budi untuk Rakyat” di gedung Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Minggu (10/11/2024), ratusan hadirin yang hadir kompak berdiri, mengapresiasinya dengan standing ovation lebih dari satu menit lamanya.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek (2015-2024) Hilmar Farid, yang datang pada momen itu, jadi salah satunya. Suasana hangat seketika menguar di gedung berkapasitas 954 orang tersebut.
Bagi Hilmar, pidato Balas Budi untuk Rakyat sekali lagi membuktikan bahwa Garin adalah sosok observer sejati. Sineas yang juga pemikir kebudayaan itu dianggapnya selalu mampu mengamati hal-hal yang tampak sederhana, tetapi dikupasnya dengan detail dan tajam.
Baca juga: Pidato Kebudayaan Garin Nugroho, Urgensi Strategi Budaya untuk Masa Depan Indonesia
Di mata orang biasa, hal-hal tertentu yang terjadi umumnya terlewat begitu saja karena sudah dianggap sebagai sebuah kewajaran atau bagian dari keseharian. Namun, Garin selalu mampu menangkapnya berbeda.
Lewat sudut pandangnya yang kerap unik, Garin mengolahnya sedemikian rupa hingga menjadi hal luar biasa. Rupanya, hal tersebut tak hanya dituangkannya lewat film-filmnya, tetapi juga pidato kebudayaannya kali ini.
Hilmar lantas menyoroti observasi menarik dari Garin yang dalam pidatonya memberikan sapaan warganet kepada hadirin. Sebuah sentilan unik, yang mengisyaratkan peran warga negara seolah telah digantikan oleh sekadar warganet dengan isinya yang beragam, buzzer, warga algoritma, dan semacamnya.
Baginya, hal itu memang ada benarnya belakangan ini. Meski tampak sederhana, untuk sampai pada pembacaan ini, Garin begitu jeli dalam melihat hal tersebut. Hasilnya, warganet dan warga negara pun jadi diskursus menarik. "Mas Garin itu sangat mendalam. Dia kan juga sudah menulis tentang kekuasaan dan hiburan bertahun-tahun ya" ucapnya.
Dinamika hiburan dan politik memang sudah bergeser tajam. Hilmar membayangkan 10 tahun lalu diskusi yang muncul ialah bagaimana menyodorkan cara pandang hiburan dalam mengemas pesan politik, agar sampai ke audiens dengan baik. Namun, sekarang berubah, si pembuat pesan hiburan itu sendiri yang menjadi politisi.
Bagi Hilmar, inilah kecerdikan Garin dan cara pandangnya yang unik. Dia bisa memotret keadaan yang sudah seperti kebiasaan, tetapi kemudian menyorotinya dari sudut yang berbeda dan memberi insight menarik.
"Mas Garin saya rasa tepat mengajak kita untuk kembali kepada hal-hal yang fundamental di dalam kehidupan berbangsa. Untuk apa sih kita hidup bersama, pada ujungnya kita bicara tentang kemanusiaan ya," tuturnya.
Menurutnya, itulah pesan sangat kuat yang coba direfleksikan kembali. Jadi, setelah melalui analisis yang tajam, mendalam, dan kompleks, Garin mengajak publik merenungi nilai-nilai dasar dari kehidupan berbangsa.
Hilmar sepakat, sudah semestinya kekuasaan yang belum sepenuhnya memperhatikan hal-hal demikian, kembali menengoknya. Kemudian, bersama-sama membalas budi kepada rakyat. Sebuah pesan apik untuk kondisi sekarang yang memang tengah berada di awal pemerintahan baru.
Di luar itu, Hilmar menilai kontribusi Garin dalam lanskap kebudayaan, utamanya film begitu luar biasa selama ini. Baginya, Garin adalah tokoh perintis kebangkitan film Indonesia pada medium 80-an - 90-an. Menjadi menarik, kebangkitan film ini justru didorong oleh orang yang bukan murni film, sebab Garin adalah sarjana hukum.
"Namun, pada akhirnya ini pula yang jadi kekayaannya, dia menguasai isu sosial, ekonomi, politik, hukum yang kemudian diramu dan dihadirkan dalam bentuk sinema," jelasnya.
Tak hanya soal isu, Garin juga adalah sutradara yang senang mengeksolorasi bentuk. Dari waktu ke waktu, perjalanan kariernya membuatnya makin matang. Garin misalnya pernah membuat video klip musik, film panjang, film vertikal, hingga cineconcert. Garin adalah pelopor di banyak hal.
"Garin terus punya kontribusi besar dalam memancing atau boleh dibilang menggerakan percakapan publik, dari film-filmnya yang tentang Papua, anak-anak jalanan, atau juga dalam karyanya lain berjudul Daun Di Atas Bantal," imbuhnya.
Baca juga: Pidato Kebudayaan Garin Nugroho di Mata Aktor Teuku Rifnu Wikana
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek (2015-2024) Hilmar Farid, yang datang pada momen itu, jadi salah satunya. Suasana hangat seketika menguar di gedung berkapasitas 954 orang tersebut.
Bagi Hilmar, pidato Balas Budi untuk Rakyat sekali lagi membuktikan bahwa Garin adalah sosok observer sejati. Sineas yang juga pemikir kebudayaan itu dianggapnya selalu mampu mengamati hal-hal yang tampak sederhana, tetapi dikupasnya dengan detail dan tajam.
Baca juga: Pidato Kebudayaan Garin Nugroho, Urgensi Strategi Budaya untuk Masa Depan Indonesia
Di mata orang biasa, hal-hal tertentu yang terjadi umumnya terlewat begitu saja karena sudah dianggap sebagai sebuah kewajaran atau bagian dari keseharian. Namun, Garin selalu mampu menangkapnya berbeda.
Lewat sudut pandangnya yang kerap unik, Garin mengolahnya sedemikian rupa hingga menjadi hal luar biasa. Rupanya, hal tersebut tak hanya dituangkannya lewat film-filmnya, tetapi juga pidato kebudayaannya kali ini.
Hilmar lantas menyoroti observasi menarik dari Garin yang dalam pidatonya memberikan sapaan warganet kepada hadirin. Sebuah sentilan unik, yang mengisyaratkan peran warga negara seolah telah digantikan oleh sekadar warganet dengan isinya yang beragam, buzzer, warga algoritma, dan semacamnya.
Baginya, hal itu memang ada benarnya belakangan ini. Meski tampak sederhana, untuk sampai pada pembacaan ini, Garin begitu jeli dalam melihat hal tersebut. Hasilnya, warganet dan warga negara pun jadi diskursus menarik. "Mas Garin itu sangat mendalam. Dia kan juga sudah menulis tentang kekuasaan dan hiburan bertahun-tahun ya" ucapnya.
Dinamika hiburan dan politik memang sudah bergeser tajam. Hilmar membayangkan 10 tahun lalu diskusi yang muncul ialah bagaimana menyodorkan cara pandang hiburan dalam mengemas pesan politik, agar sampai ke audiens dengan baik. Namun, sekarang berubah, si pembuat pesan hiburan itu sendiri yang menjadi politisi.
Bagi Hilmar, inilah kecerdikan Garin dan cara pandangnya yang unik. Dia bisa memotret keadaan yang sudah seperti kebiasaan, tetapi kemudian menyorotinya dari sudut yang berbeda dan memberi insight menarik.
"Mas Garin saya rasa tepat mengajak kita untuk kembali kepada hal-hal yang fundamental di dalam kehidupan berbangsa. Untuk apa sih kita hidup bersama, pada ujungnya kita bicara tentang kemanusiaan ya," tuturnya.
Menurutnya, itulah pesan sangat kuat yang coba direfleksikan kembali. Jadi, setelah melalui analisis yang tajam, mendalam, dan kompleks, Garin mengajak publik merenungi nilai-nilai dasar dari kehidupan berbangsa.
Hilmar sepakat, sudah semestinya kekuasaan yang belum sepenuhnya memperhatikan hal-hal demikian, kembali menengoknya. Kemudian, bersama-sama membalas budi kepada rakyat. Sebuah pesan apik untuk kondisi sekarang yang memang tengah berada di awal pemerintahan baru.
Di luar itu, Hilmar menilai kontribusi Garin dalam lanskap kebudayaan, utamanya film begitu luar biasa selama ini. Baginya, Garin adalah tokoh perintis kebangkitan film Indonesia pada medium 80-an - 90-an. Menjadi menarik, kebangkitan film ini justru didorong oleh orang yang bukan murni film, sebab Garin adalah sarjana hukum.
"Namun, pada akhirnya ini pula yang jadi kekayaannya, dia menguasai isu sosial, ekonomi, politik, hukum yang kemudian diramu dan dihadirkan dalam bentuk sinema," jelasnya.
Tak hanya soal isu, Garin juga adalah sutradara yang senang mengeksolorasi bentuk. Dari waktu ke waktu, perjalanan kariernya membuatnya makin matang. Garin misalnya pernah membuat video klip musik, film panjang, film vertikal, hingga cineconcert. Garin adalah pelopor di banyak hal.
"Garin terus punya kontribusi besar dalam memancing atau boleh dibilang menggerakan percakapan publik, dari film-filmnya yang tentang Papua, anak-anak jalanan, atau juga dalam karyanya lain berjudul Daun Di Atas Bantal," imbuhnya.
Baca juga: Pidato Kebudayaan Garin Nugroho di Mata Aktor Teuku Rifnu Wikana
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.