Teuku Rifnu Wikana (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Pidato Kebudayaan Garin Nugroho di Mata Aktor Teuku Rifnu Wikana

11 November 2024   |   12:15 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Like
Pidato kebudayaan Garin Nugroho bertajuk “Balas Budi untuk Rakyat” membawa perenungan menarik bagi aktor Teuku Rifnu Wikana. Menurutnya, gagasan yang dibawa sutradara asal Yogyakarta tersebut sangat menarik dalam mengajak publik melihat realitas kebudayaan saat ini.

Ada banyak hal dari pidato Garin yang menarik perhatian Teuku Rifnu. Dia menyebut, ceramah kebudayaan Garin telah menyambungkan benang merah apik tentang ranah sosial, politik, dan kebudayaan sebagai satu spektrum yang tak bisa terpisahkan. 

Lewat pidato Garin, dia juga melihat sutradara pelopor pasca 1990-an itu ingin mengingatkan kembali kepada publik tentang estetika, sains, dan teknologi. Tiga hal yang punya nilai penting dalam pengembangan peradaban, tetapi sayangnya tak menjadi acuan khusus buat pemerintah.

“Pidato Garin memunculkan kembali soal urgensi dari estetika, sains, dan teknologi. Ketiganya saling berhubungan dan penting,” ucap Teuku Rifnu saat ditemui Hypeabis.id di gedung Graha Bhakti Budaya, Jakarta, Minggu (11/11/2024).

Baca juga: Pidato Kebudayaan Garin Nugroho, Urgensi Strategi Budaya untuk Masa Depan Indonesia

Rifnu juga menyukai bagian kritik Garin soal keberadaan Taman Ismail Marzuki (TIM). Wadah kebudayaan ini belakangan memang telah berubah bentuk dan bergeser dari apa yang dicita-citakan pendahulu.

Padahal, TIM semestinya tidak diperuntukan hanya sebagai lumbung ekonomi dari adanya kreasi-kreasi seni dan budaya. Lebih, dari itu, TIM mesti memposisikan diri sebagai ilmu pengetahuan yang di dalamnya ada seni dan budaya. “Ada nilai heritage juga yang sebenarnya tak boleh diganggu gugat. Ini penting sih dan menarik banget,” imbuhnya.

Bagi Rifnu, pembacaan Garin soal kebudayaan, sosial, dan politik memang selalu menarik. Hal tersebut juga sebenarnya selalu muncul dalam karya-karya sinema yang diproduksinya.

Menurutnya, Garin sebagai sutradara sekaligus pemikir kebudayaan memang tak pernah lepas bersinggungan dengan tiga hal tersebut. Oleh karena itu, karya-karyanya selalu mampu memotret kebudayaan, sosial, dan politik dari masa ke masa.

Namun, tak sekadar memotret realitas. Garin juga dianggapnya kerap kali memberi sudut pandang yang menarik dalam melihat realitas lewat karya film. “Dia sangat peka dan sensitif dengan situasi yang terjadi,” jelasnya.

Rifnu mengatakan keberadaan film dan realitas memang berkelindan. Film adalah refleksi dari realitas sekaligus cerminan dari kondisi sosial, politik, dan budaya. Garin selalu melakukan hal-hal tersebut lewat karyanya. 
 

Oleh karena itu, lanjutnya, pidato kebudayaan ini juga bisa menjadi momentum bersama untuk melihat film sebagai refleksi kehidupan di Indonesia. Menurutnya, film maupun seni lainnya sudah waktunya lebih diperhatikan karena punya peran penting dalam merefleksi kehidupan sekaligus menggambarkan peradaban.

“Orang-orang dari negara tertentu juga jarang sekali melihat sebuah negara dari angkatan atau pejabat-pejabatnya, sering kali pintu masuknya adalah nilai-nilai estetika yang dihadirkan dari film,” tuturnya.

Pada akhirnya, Rifnu sepakat dengan apa yang suguhkan Garin soal urgensi strategi kebudayaan untuk menuntun masa depan Indonesia. “Sudah waktunya, Balas Budi untuk Rakyat” tegasnya. 

Baca juga: Pameran Anugerah Kebudayaan Hadirkan Senarai Karya Maestro Indonesia

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Sinopsis dan Daftar Pemeran Drakor Light Shop, Karya Kreator Webtoon Moving

BERIKUTNYA

Menengok First Look Lisa BLACKPINK di Serial The White Lotus Season 3

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: