Kenali Penyakit HFMD yang Mengancam Anak-Anak: Gejala, Risiko, dan Upaya Pencegahan
07 November 2024 |
17:30 WIB
Penyakit tangan, kaki, dan mulut atau Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) yang disebabkan oleh virus Enterovirus 71 (EV71) kini menjadi perhatian serius. Penyakit ini sangat mudah menular, terutama di kalangan anak-anak di bawah usia 10 tahun, dan kerap disalahpahami sebagai 'flu Singapura.'
HFMD telah memicu kejadian luar biasa di berbagai negara Asia-Pasifik. Berdasarkan data dari Journal of Biomedical Science pada 2019, terjadi peningkatan kasus besar HFMD di kawasan Asia Pasifik. Di Singapura, salah satu wabah terbesar terjadi pada 2008 dengan jumlah kasus mencapai 30.000-an.
Di Malaysia pada 1997, sebanyak 29 anak meninggal, sementara tahun 1998 di Taiwan tercatat 78 anak meninggal, dan di China sebanyak 3.322 anak meninggal antara 2008 hingga 2015. Di Vietnam, pada 2011–2012, tercatat 200 kematian dalam dua tahun, sedangkan di Kamboja sebanyak 52 orang meninggal pada 2012. Terakhir, pada 2023, di Vietnam 23 anak meninggal akibat infeksi Enterovirus 71.
Baca Juga: Waspada! Komplikasi Flu Singapura Bisa Picu Peradangan Otak
Dokter Nani Rizkiyati, Ketua Tim Kerja ISPA Kementerian Kesehatan, menyatakan bahwa kasus HFMD mengalami peningkatan di seluruh provinsi Indonesia pada awal 2024, mencapai 6.500 kasus. Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) melaporkan terdapat 27.417 kasus suspek HFMD sepanjang tahun ini.
Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar kasus HFMD terjadi pada anak-anak, meskipun beberapa juga ditemukan pada orang dewasa. Pada tahun 2023, tercatat 11.651 kasus suspek HFMD, dan pada tahun 2022 ada 8.125 kasus di Indonesia.
Kasus terbanyak pada awal 2024 terjadi di Pulau Jawa, terutama di Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten. Penularan juga terdeteksi di Jakarta, Kalimantan, dan Bali.
"Mobilitas tinggi, terutama selama mudik Lebaran, dan rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan turut meningkatkan risiko penularan HFMD, terutama pada bayi dan balita," ungkap Nani.
Dokter spesialis anak Kanya Ayu Paramastri, menjelaskan bahwa HFMD umumnya ditandai dengan demam tinggi lebih dari 39°C yang berlangsung hingga tiga hari, sariawan di mulut, nyeri saat menelan, dan hilangnya nafsu makan. Komplikasi HFMD bisa berbahaya dan mengancam jiwa jika tidak segera ditangani.
“Pada anak-anak, komplikasi HFMD dapat menyebabkan dehidrasi berat, meningitis aseptik, hingga ensefalitis. Oleh karena itu, orang tua perlu waspada terhadap tanda-tanda seperti demam tinggi dan sariawan yang membuat anak enggan makan atau minum,” jelasnya.
Penularan HFMD terjadi melalui droplet dari batuk atau bersin, kontak langsung dengan penderita, atau melalui benda yang terkontaminasi. Oleh karena itu, menjaga kebersihan, terutama dengan mencuci tangan sebelum makan dan setelah mengganti popok, sangat penting. Edukasi dan pencegahan melalui kebiasaan sanitasi juga diperlukan.
Selain menjaga kebersihan, pengobatan HFMD bersifat simtomatik, yaitu meredakan gejala dengan obat penurun demam dan antiinflamasi. "Minum cukup air sangat dianjurkan untuk mencegah dehidrasi, serta memberikan makanan lunak agar tidak memperparah iritasi di area mulut," tambah Kanya.
Selain pencegahan melalui kebersihan, vaksinasi menjadi langkah penting dalam mengurangi risiko HFMD. PT Kalventis Sinergi Farma, anak usaha dari PT Kalbe Farma Tbk., telah meluncurkan vaksin HFMD EV71 untuk anak usia 6 bulan hingga 3 tahun.
"Vaksin ini telah mendapat persetujuan BPOM dan dinilai aman serta efektif melindungi anak-anak hingga usia 5 tahun," ujar dr. Kanya.
Mulialie, Direktur PT Kalbe Farma Tbk, menyatakan bahwa lonjakan kasus HFMD di Indonesia yang berdampak besar pada anak-anak menjadi perhatian serius bagi perusahaan. Oleh karena itu, Kalbe berkomitmen untuk menyehatkan bangsa dengan menyediakan vaksin yang sesuai dengan beban penyakit menular di Indonesia.
"Melalui vaksin EV71, kami berharap dapat mendukung upaya pencegahan dan melindungi generasi penerus dari ancaman serius HFMD," ujarnya.
Baca Juga: Kemenkes Rilis Daftar Patogen Virus dan Bakteri yang Berpotensi jadi Pandemi
Editor: M. Taufikul basari
HFMD telah memicu kejadian luar biasa di berbagai negara Asia-Pasifik. Berdasarkan data dari Journal of Biomedical Science pada 2019, terjadi peningkatan kasus besar HFMD di kawasan Asia Pasifik. Di Singapura, salah satu wabah terbesar terjadi pada 2008 dengan jumlah kasus mencapai 30.000-an.
Di Malaysia pada 1997, sebanyak 29 anak meninggal, sementara tahun 1998 di Taiwan tercatat 78 anak meninggal, dan di China sebanyak 3.322 anak meninggal antara 2008 hingga 2015. Di Vietnam, pada 2011–2012, tercatat 200 kematian dalam dua tahun, sedangkan di Kamboja sebanyak 52 orang meninggal pada 2012. Terakhir, pada 2023, di Vietnam 23 anak meninggal akibat infeksi Enterovirus 71.
Baca Juga: Waspada! Komplikasi Flu Singapura Bisa Picu Peradangan Otak
Dokter Nani Rizkiyati, Ketua Tim Kerja ISPA Kementerian Kesehatan, menyatakan bahwa kasus HFMD mengalami peningkatan di seluruh provinsi Indonesia pada awal 2024, mencapai 6.500 kasus. Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) melaporkan terdapat 27.417 kasus suspek HFMD sepanjang tahun ini.
Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar kasus HFMD terjadi pada anak-anak, meskipun beberapa juga ditemukan pada orang dewasa. Pada tahun 2023, tercatat 11.651 kasus suspek HFMD, dan pada tahun 2022 ada 8.125 kasus di Indonesia.
Kasus terbanyak pada awal 2024 terjadi di Pulau Jawa, terutama di Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten. Penularan juga terdeteksi di Jakarta, Kalimantan, dan Bali.
"Mobilitas tinggi, terutama selama mudik Lebaran, dan rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan turut meningkatkan risiko penularan HFMD, terutama pada bayi dan balita," ungkap Nani.
Gejala dan Risiko Komplikasi HFMD
Dokter spesialis anak Kanya Ayu Paramastri, menjelaskan bahwa HFMD umumnya ditandai dengan demam tinggi lebih dari 39°C yang berlangsung hingga tiga hari, sariawan di mulut, nyeri saat menelan, dan hilangnya nafsu makan. Komplikasi HFMD bisa berbahaya dan mengancam jiwa jika tidak segera ditangani.
“Pada anak-anak, komplikasi HFMD dapat menyebabkan dehidrasi berat, meningitis aseptik, hingga ensefalitis. Oleh karena itu, orang tua perlu waspada terhadap tanda-tanda seperti demam tinggi dan sariawan yang membuat anak enggan makan atau minum,” jelasnya.
Penularan HFMD terjadi melalui droplet dari batuk atau bersin, kontak langsung dengan penderita, atau melalui benda yang terkontaminasi. Oleh karena itu, menjaga kebersihan, terutama dengan mencuci tangan sebelum makan dan setelah mengganti popok, sangat penting. Edukasi dan pencegahan melalui kebiasaan sanitasi juga diperlukan.
Langkah Pencegahan dan Pengobatan
Selain menjaga kebersihan, pengobatan HFMD bersifat simtomatik, yaitu meredakan gejala dengan obat penurun demam dan antiinflamasi. "Minum cukup air sangat dianjurkan untuk mencegah dehidrasi, serta memberikan makanan lunak agar tidak memperparah iritasi di area mulut," tambah Kanya.
Selain pencegahan melalui kebersihan, vaksinasi menjadi langkah penting dalam mengurangi risiko HFMD. PT Kalventis Sinergi Farma, anak usaha dari PT Kalbe Farma Tbk., telah meluncurkan vaksin HFMD EV71 untuk anak usia 6 bulan hingga 3 tahun.
"Vaksin ini telah mendapat persetujuan BPOM dan dinilai aman serta efektif melindungi anak-anak hingga usia 5 tahun," ujar dr. Kanya.
Mulialie, Direktur PT Kalbe Farma Tbk, menyatakan bahwa lonjakan kasus HFMD di Indonesia yang berdampak besar pada anak-anak menjadi perhatian serius bagi perusahaan. Oleh karena itu, Kalbe berkomitmen untuk menyehatkan bangsa dengan menyediakan vaksin yang sesuai dengan beban penyakit menular di Indonesia.
"Melalui vaksin EV71, kami berharap dapat mendukung upaya pencegahan dan melindungi generasi penerus dari ancaman serius HFMD," ujarnya.
Baca Juga: Kemenkes Rilis Daftar Patogen Virus dan Bakteri yang Berpotensi jadi Pandemi
Editor: M. Taufikul basari
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.