Flu Singapura bukan seperti penyakit flu pada umumnya (Sumbe gambar: pexels/ Andrea Piacquadio)

Begini Kata Dokter Soal Efektivitas Vaksin HFMD untuk Anak-anak

28 October 2024   |   17:28 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Penyakit Flu Singapura atau Head, Foot, Mouth Disease (HFMD) dalam beberapa bulan terakhir memang cukup mengkhawatirkan. Kasus yang mencapai puncaknya pada tiga bulan pertama di 2024 tersebut hingga sekarang telah menginfeksi 6.500 anak di Indonesia.

Setelah bulan ketiga, kasus HFMD memang perlahan menurun. Namun, bukan berarti masalah kasus virus musiman ini benar-benar berhenti. Beberapa penambahan kasus masih terjadi, meski angkanya terus makin terkendali.

Kini, penanganan kasus HFMD di Indonesia bisa makin baik. Pasalnya, saat ini vaksin untuk menangani anak-anak yang menderita infeksi HFMD sudah ditemukan.

Baca juga: Jangan Panik, Ini Bedanya Flu Biasa & Flu Singapura

Ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi Penyakit Tropik IDAI Edi Hartoyo mengatakan vaksin HFMD saat ini memang telah tersedia di Indonesia. Adanya vaksin ini pun diharapkan bisa membuat penanganan kasus HFMD bisa lebih terkendali.

Edi menyebut sejauh ini vaksin HFMD sudah cukup bisa diandalkan. Sebab, efektivitasnya terbilang tinggi. Vaksin ini pun dapat diberikan kepada anak-anak yang belum pernah atau pernah terkena sakit HFMD.

“Efektivitasnya tinggi, di atas 78 persen,” ucap Edi dalam Media Briefing IDAI: Kewaspadaan HFMD pada Anak, Senin (28/10/2024).

Kendati demikian, Edi mengatakan karena vaksin ini masih terbilang baru, tentu berbagai penelitian lanjutan masih perlu diupayakan. Sebab, meski efektivitasnya di atas 78 persen, beberapa hal lain masih perlu dikaji.

Hal tersebut misalnya, terkait dengan berapa lama vaksin akan efektif menghalau suatu penyakit. Kemudian, apakah anak yang telah divaksin, masih dapat terkena atau tidak, dan sebagainya.

Sebab, menurut Edi, penyebaran penyakit HFMD ini memang cukup masif. Dalam artian, seseorang yang pernah terkena HFMD, masih dapat terkena kembali di masa depan.

Edi mengatakan Immunogenesis atau kemampuan sel untuk memicu respons imun memang berbeda-beda dan variabel pembentuknya sangat kompleks. Hal ini membuat seseorang yang sudah divaksin atau sudah terkena penyakitnya, bukan berarti langsung aman.

Ada beberapa faktor penyebabnya. Pertama adalah pengaruh dari sistem imun yang ada di tubuh penderita. Kedua, adalah kualitas vaksin yang dipakai. Ketiga, status nutrisi penderita.

“Penyakit ini kalau sudah kena, tidak menyebabkan kebal. Jadi, memang masih bisa kena [tertular],” imbuhnya.

Oleh karena itu, hal tersebut tidak bisa langsung digeneralisasi begitu saja. Edi pun mengimbau agar orang tua untuk tetap mengedukasi anak-anaknya dengan baik. Dengan demikian, potensi penularannya bisa terputus.

Edi mengatakan bahwa penularan HFMD mirip seperti Covid-19. Oleh karena itu, ketika ada yang terkena HFMD, sebaiknya pasien bisa langsung diisolasi. Hal ini untuk menghindari penularan dari kontak langsung maupun kontak tidak langsung.

Selain itu, pastikan benda-benda yang dipakai oleh penderita berbeda dan tidak terkontaminasi dengan orang lain. Adapun untuk mempercepat penyembuhan, orang tua sebaiknya memperbaiki status gizi dan nutrisi si anak sehingga imun mereka bisa cepat naik dan membuat cepat sembuh.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Cara Membuat Olahan Telur Pitan, Hidangan Unik Khas China

BERIKUTNYA

Perpaduan Keju Prancis dan Rempah Indonesia di Europe Full of Character: Savor Cheeses of France

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: