Jangan Panik, Ini Bedanya Flu Biasa & Flu Singapura
15 April 2024 |
20:00 WIB
Kasus virus musiman kembali mengepung Indonesia. Belakangan, penyakit flu Singapura merajalela dan kian diwaspadai di seluruh dunia. Khususnya di Asia Pasifik, virus ini mengintai di wilayah Asia Tenggara seperti Malaysia, Vietnam, Singapura, hingga Indonesia.
Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat lebih dari 5.000 pasien terinfeksi flu Singapura di Indonesia tercatat hingga awal April 2024. Di Indonesia, sebagian besar virus ini menyerang bayi dan anak-anak. Namun kasus yang tercatat pada usia dewasa juga tak sedikit.
Sebagaimana diketahui, merebaknya virus flu Singapura disebabkan oleh lonjakan kasus yang menjadikannya kejadian luar biasa (KLB). Dokter Spesialis Paru RSPI Sulianti Saroso Pompini Agustina Sitompul menerangkan, terdapat 2 jenis virus yang membuat kasusnya meninggi.
Virus Coxsackievirus A16 yang merupakan golongan dari famili enterovirus yang digadang menjadi biang dari lonjakan kasus flu Singapura di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Sementara di kawasan Asia Pasifik, Pompini menyebut jenis Enterovirus A71 lebih banyak ditemukan.
Baca juga: Serba-serbi Flu Singapura yang Merebak di Indonesia, dari Gejala Awal Hingga Cara Penularan
Pompini menyambung, sebanyak 8 negara di Asia Tenggara diperkirakan mengalami lonjakan dengan kasus rawat inap mencapai 6%. Sebanyak 18,7 persen dari kasusnya diidentifikasi mengalami komplikasi yang berakhir pada kematian.
Menurutnya, penyakit ini memiliki pola musiman meski tiap negara memiliki karakteristik berbeda bergantung pada zona iklimnya. Biasanya, negara-negara dengan temperatur yang cukup panas seperti Hong Kong Taiwan, Australia, hingga wilayah Asia Tenggara rentan terserang virus ni.
Pompini menjelaskan, penularan virus dari flu Singapura ini terjadi melalui kontak sakit dari orang yang terjangkit ke orang lain melalui droplet atau cipratan liur, baik dari hidung atau mulut. Biasanya, pasien yang terjangkit akan mengalami gejala bercak kemerahan di area telapak tangan, telapak kaki, hingga mulut.
Lonjakan kasus flu Singapura pada anak tentu menjadi perhatian. Sebab, anak-anak masuk dalam orang dengan faktor risiko yang rentan terkena flu Singapura. “Anak-anak kerap berkontak dengan benda yang mungkin sudah terkontaminasi virus, sehingga virusnya lebih mudah masuk ke dalam tubuh,” katanya.
Pompini melanjutkan, kasus flu Singapura masih terus dipantau di beberapa negara. Di Indonesia, Kemenkes RI menerima banyak laporan terkait gejala saluran pencernaan seperti mual dan muntah selain demam dalam gejala flu Singapura ini.
Pasien yang terjangkit flu Singapura biasanya mengalami keluhan demam dan sakit tenggorokan. Meski dinamai penyakit flu, Pompini menyebut biasanya flu Singapura tidak disertai dengan batuk atau pilek seperti gejala influenza pada umumnya.
“Maka itu juga yang jadi pembeda flu Singapura dengan flu musiman, flu Singapura biasanya tidak disertai gejala seperti flu musiman karena jenis virusnya memang berbeda,” katanya.
Dokter Anak RSPI Sulianti Saroso Nuraliza menjelaskan, gejala demam yang menyertai flu Singapura biasanya berada di bawah 38 derajat celcius. Gejala ini pun samar sebab mirip dengan gejala sebagian besar penyakit infeksi lainnya. Virus flu Singapura juga membutuhkan waktu untuk bisa berkembang di usus.
Munculnya bintil kemerahan pada area mulut, disebut Nuraliza menjadi gejala yang cukup mengganggu di antara gejala lainnya. Sebab, bintil pada mulut bisa menyebabkan rasa sakit menelan yang membuat rasa tidak nyaman pada tenggorokan.
Untuk mendiagnosa pasien dengan flu Singapura, dokter akan melihat dari gambaran klinis pada pasien. Lenting dan bercak pada area kaki, tangan, dan mulut menjadi penanda utama dari gejala flu Singapura.
Menurut Nuraliza, ada beberapa kondisi pasien flu Singapura yang membutuhkan rawat inap. Biasanya, pasien direkomendasikan untuk menjalani rawat inap jika gejala penyertanya tergolong parah.
“Virus ini akan sembuh dengan sendirinya, tidak butuh terapi anti virus.Jadi kondisi untuk rawat inap dilihat dari gejala penyerta misalnya jika pasien mengalami demam dan kejang, atau gangguan makan dan minum akibat lenting di mulut yang memang harus membutuhkan rawat inap,” katanya.
Baca juga: 5 Fakta Flu Singapura yang Bikin Cemas para Orang Tua
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat lebih dari 5.000 pasien terinfeksi flu Singapura di Indonesia tercatat hingga awal April 2024. Di Indonesia, sebagian besar virus ini menyerang bayi dan anak-anak. Namun kasus yang tercatat pada usia dewasa juga tak sedikit.
Sebagaimana diketahui, merebaknya virus flu Singapura disebabkan oleh lonjakan kasus yang menjadikannya kejadian luar biasa (KLB). Dokter Spesialis Paru RSPI Sulianti Saroso Pompini Agustina Sitompul menerangkan, terdapat 2 jenis virus yang membuat kasusnya meninggi.
Virus Coxsackievirus A16 yang merupakan golongan dari famili enterovirus yang digadang menjadi biang dari lonjakan kasus flu Singapura di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Sementara di kawasan Asia Pasifik, Pompini menyebut jenis Enterovirus A71 lebih banyak ditemukan.
Baca juga: Serba-serbi Flu Singapura yang Merebak di Indonesia, dari Gejala Awal Hingga Cara Penularan
Pompini menyambung, sebanyak 8 negara di Asia Tenggara diperkirakan mengalami lonjakan dengan kasus rawat inap mencapai 6%. Sebanyak 18,7 persen dari kasusnya diidentifikasi mengalami komplikasi yang berakhir pada kematian.
Menurutnya, penyakit ini memiliki pola musiman meski tiap negara memiliki karakteristik berbeda bergantung pada zona iklimnya. Biasanya, negara-negara dengan temperatur yang cukup panas seperti Hong Kong Taiwan, Australia, hingga wilayah Asia Tenggara rentan terserang virus ni.
Pompini menjelaskan, penularan virus dari flu Singapura ini terjadi melalui kontak sakit dari orang yang terjangkit ke orang lain melalui droplet atau cipratan liur, baik dari hidung atau mulut. Biasanya, pasien yang terjangkit akan mengalami gejala bercak kemerahan di area telapak tangan, telapak kaki, hingga mulut.
Lonjakan kasus flu Singapura pada anak tentu menjadi perhatian. Sebab, anak-anak masuk dalam orang dengan faktor risiko yang rentan terkena flu Singapura. “Anak-anak kerap berkontak dengan benda yang mungkin sudah terkontaminasi virus, sehingga virusnya lebih mudah masuk ke dalam tubuh,” katanya.
Pompini melanjutkan, kasus flu Singapura masih terus dipantau di beberapa negara. Di Indonesia, Kemenkes RI menerima banyak laporan terkait gejala saluran pencernaan seperti mual dan muntah selain demam dalam gejala flu Singapura ini.
Gejala Pembeda Flu Biasa & Flu Singapura
Ilustrasi flu (Sumber gambar: Usman Yousaf/Unsplash)
“Maka itu juga yang jadi pembeda flu Singapura dengan flu musiman, flu Singapura biasanya tidak disertai gejala seperti flu musiman karena jenis virusnya memang berbeda,” katanya.
Dokter Anak RSPI Sulianti Saroso Nuraliza menjelaskan, gejala demam yang menyertai flu Singapura biasanya berada di bawah 38 derajat celcius. Gejala ini pun samar sebab mirip dengan gejala sebagian besar penyakit infeksi lainnya. Virus flu Singapura juga membutuhkan waktu untuk bisa berkembang di usus.
Munculnya bintil kemerahan pada area mulut, disebut Nuraliza menjadi gejala yang cukup mengganggu di antara gejala lainnya. Sebab, bintil pada mulut bisa menyebabkan rasa sakit menelan yang membuat rasa tidak nyaman pada tenggorokan.
Untuk mendiagnosa pasien dengan flu Singapura, dokter akan melihat dari gambaran klinis pada pasien. Lenting dan bercak pada area kaki, tangan, dan mulut menjadi penanda utama dari gejala flu Singapura.
Menurut Nuraliza, ada beberapa kondisi pasien flu Singapura yang membutuhkan rawat inap. Biasanya, pasien direkomendasikan untuk menjalani rawat inap jika gejala penyertanya tergolong parah.
“Virus ini akan sembuh dengan sendirinya, tidak butuh terapi anti virus.Jadi kondisi untuk rawat inap dilihat dari gejala penyerta misalnya jika pasien mengalami demam dan kejang, atau gangguan makan dan minum akibat lenting di mulut yang memang harus membutuhkan rawat inap,” katanya.
Baca juga: 5 Fakta Flu Singapura yang Bikin Cemas para Orang Tua
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.