Waspada! Komplikasi Flu Singapura Bisa Picu Peradangan Otak
28 October 2024 |
18:58 WIB
Para orang tua perlu waspada, Flu Singapura yang banyak menginfeksi anak-anak berusia di bawah 5 tahun ini rupanya bisa membawa efek komplikasi yang serius. Pada beberapa kasus, penyakit yang juga dikenal dengan sebutan HFMD (Head, Foot, Mouth Disease) ini bisa menyebabkan peradangan otak.
Ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi Penyakit Tropik, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Edi Hartoyo mengatakan dalam beberapa kasus, virus Flu Singapura dapat menyebabkan komplikasi yang serius, seperti Ensefalitis atau peradangan pada jaringan otak.
Baca juga: Kemenkes Rilis Daftar Patogen Virus dan Bakteri yang Berpotensi jadi Pandemi
Sejauh ini, komplikasi Flu Singapura yang sampai mengarah ke peradangan otak itu sempat terjadi di Taiwan. Di sana, beberapa kasus peradangan otak rupanya turut disebabkan oleh virus tersebut.
“Penyebab Flu Singapura itu ada dua, Cox 16 dan EV 71. Nah, EV 71 ini yang pernah menyebabkan peradangan otak,” ujar Edi dalam Media Briefing IDAI: Kewaspadaan HFMD pada Anak, Senin (28/10/2024).
Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) hingga pekan ke-13 tahun 2024 terdapat 6.500 kasus Flu Singapura. Jumlah kasus memang mencapai puncaknya pada 3 bulan pertama 2024.
Kendati terus menurun setelahnya, keberadaan Flu Singapura mesti tetap diwaspadai. Sebab, virus ini termasuk yang sangat cepat menyebar dan menular ke anak-anak yang lain.
Seperti jenis flu lain, Flu Singapura dapat menular dengan mudah. Virus ini dapat menyebar dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung cairan tubuh, seperti percikan air ludah, cairan hidung, hingga tenggorokan pengidap.
Selain itu, kontak dengan barang yang terkontaminasi oleh cairan tubuh pengidap juga dapat menjadi medium penyebaran. Hal inilah yang membuat penyebaran kasus HFMD biasanya akan berlangsung cepat.
Lebih lanjut Edi menjelaskan bahwa virus Flu Singapura akan masuk ke tubuh melalui pernapasan. Virus ini akan berjalan menuju usus dan menyebar ke seluruh tubuh hanya dalam 24 jam. Virus kemudian akan menginveksi susunan saraf pusat, kulit, hingga jantung.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin ini mengatakan, seseorang yang mengalami penyakit ini akan langsung bintil-bintil berair dan sariawan pada mulut, tangan, dan kaki.
Anak-anak pun bisa mengalami demam yang tinggi, hingga 39 derajat celcius. Kemudian, biasanya akan disertai dada yang berdebar. Kebanyakan kasus Flu Singapura pada anak akan diawali dengan munculnya demam tinggi.
Setelah 1-2 hari, barulah muncul sariawan atau luka di sekitar gusi, lidah, dan pipi bagian dalam. Oleh karena itu, ketika ada gejala demam tinggi, sebaiknya orang tua langsung membawa anak ke rumah sakit untuk mendapat pemeriksaan lebih lanjut.
Kemudian, jika sudah muncul lesi di mulut, sebaiknya anak juga dibawa ke rumah sakit. Sebab, lesi di mulut akan membuat anak kesulitan mendapat asupan makanan dan nutrisi yang baik. Hal ini dikhawatirkan imunitas tubuhnya akan makin menurun.
Baca juga: Waspadai Cara Penularan Virus Mpox di Indonesia
Sejauh ini, Flu Singapura kebanyakan menginveksi anak-anak. Namun, penyakit ini sebenarnya bisa juga menyerang kepada orang dewasa. Beberapa kasus pernah terjadi, meski jumlahnya tak banyak
Menurutnya, prevalensi penyakit ini menimpa orang dewasa cukup kecil. Hal ini lantaran daya tahan tubuh orang dewasa sudah cukup stabil dan baik. Kondisi itu berbeda dengan anak kecil yang imunitasnya belum terbentuk sempurna. “Yang paling berisiko adalah anak di bawah usia 5 tahun,” tegasnya.
Editor: Fajar Sidik
Ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi Penyakit Tropik, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Edi Hartoyo mengatakan dalam beberapa kasus, virus Flu Singapura dapat menyebabkan komplikasi yang serius, seperti Ensefalitis atau peradangan pada jaringan otak.
Baca juga: Kemenkes Rilis Daftar Patogen Virus dan Bakteri yang Berpotensi jadi Pandemi
Sejauh ini, komplikasi Flu Singapura yang sampai mengarah ke peradangan otak itu sempat terjadi di Taiwan. Di sana, beberapa kasus peradangan otak rupanya turut disebabkan oleh virus tersebut.
“Penyebab Flu Singapura itu ada dua, Cox 16 dan EV 71. Nah, EV 71 ini yang pernah menyebabkan peradangan otak,” ujar Edi dalam Media Briefing IDAI: Kewaspadaan HFMD pada Anak, Senin (28/10/2024).
Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) hingga pekan ke-13 tahun 2024 terdapat 6.500 kasus Flu Singapura. Jumlah kasus memang mencapai puncaknya pada 3 bulan pertama 2024.
Kendati terus menurun setelahnya, keberadaan Flu Singapura mesti tetap diwaspadai. Sebab, virus ini termasuk yang sangat cepat menyebar dan menular ke anak-anak yang lain.
Seperti jenis flu lain, Flu Singapura dapat menular dengan mudah. Virus ini dapat menyebar dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung cairan tubuh, seperti percikan air ludah, cairan hidung, hingga tenggorokan pengidap.
Selain itu, kontak dengan barang yang terkontaminasi oleh cairan tubuh pengidap juga dapat menjadi medium penyebaran. Hal inilah yang membuat penyebaran kasus HFMD biasanya akan berlangsung cepat.
Lebih lanjut Edi menjelaskan bahwa virus Flu Singapura akan masuk ke tubuh melalui pernapasan. Virus ini akan berjalan menuju usus dan menyebar ke seluruh tubuh hanya dalam 24 jam. Virus kemudian akan menginveksi susunan saraf pusat, kulit, hingga jantung.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin ini mengatakan, seseorang yang mengalami penyakit ini akan langsung bintil-bintil berair dan sariawan pada mulut, tangan, dan kaki.
Anak-anak pun bisa mengalami demam yang tinggi, hingga 39 derajat celcius. Kemudian, biasanya akan disertai dada yang berdebar. Kebanyakan kasus Flu Singapura pada anak akan diawali dengan munculnya demam tinggi.
Setelah 1-2 hari, barulah muncul sariawan atau luka di sekitar gusi, lidah, dan pipi bagian dalam. Oleh karena itu, ketika ada gejala demam tinggi, sebaiknya orang tua langsung membawa anak ke rumah sakit untuk mendapat pemeriksaan lebih lanjut.
Kemudian, jika sudah muncul lesi di mulut, sebaiknya anak juga dibawa ke rumah sakit. Sebab, lesi di mulut akan membuat anak kesulitan mendapat asupan makanan dan nutrisi yang baik. Hal ini dikhawatirkan imunitas tubuhnya akan makin menurun.
Baca juga: Waspadai Cara Penularan Virus Mpox di Indonesia
Sejauh ini, Flu Singapura kebanyakan menginveksi anak-anak. Namun, penyakit ini sebenarnya bisa juga menyerang kepada orang dewasa. Beberapa kasus pernah terjadi, meski jumlahnya tak banyak
Menurutnya, prevalensi penyakit ini menimpa orang dewasa cukup kecil. Hal ini lantaran daya tahan tubuh orang dewasa sudah cukup stabil dan baik. Kondisi itu berbeda dengan anak kecil yang imunitasnya belum terbentuk sempurna. “Yang paling berisiko adalah anak di bawah usia 5 tahun,” tegasnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.