Joko Anwar Ungkap Tantangan Casting Terberat Untuk Film Pengepungan di Bukit Duri
05 November 2024 |
11:49 WIB
Sutradara Joko Anwar akan merilis film ke-11 garapannya berjudul Pengepungan di Bukit Duri. Berbeda dari karya-karya Joko sebelumnya, jajaran pemain dalam film ini didominasi oleh aktor dan atkris muda. Sang sutradara pun menyebut bahwa pemilihan pemain dalam film ini menjadi yang tersulit selama kariernya sebagai filmmaker.
Joko Anwar mengatakan dia ingin keluar dari zona nyaman dalam menggarap film Pengepungan di Bukit Duri yakni dengan menggandeng deretan aktor dan aktris muda, yang semuanya belum pernah menjadi cast dalam karya-karya dia sebelumnya.
Baca juga: Film Pengepungan di Bukit Duri Angkat Isu Kekerasan di Kalangan Remaja
"Terus terang kami mencari pemain untuk Pengepungan di Bukit Duri ini adalah proses pencarian pemain yang paling sulit selama karier saya, karena karakternya sangat layered [berlapis]. Bukan cuma satu dimensi tapi banyak sekali hal yang dimuat dalam satu karakter," katanya saat jumpa media di XXI Epicentrum Jakarta, belum lama ini.
Dibantu dengan casting director, Joko melakukan proses pencarian pemain film Pengepungan di Bukit Duri selama sekitar 4 bulan. Bahkan, dia mengaku sampai frustasi untuk mencari para pemain yang tepat, sesuai dengan kebutuhan cerita film.
Proses pencarian pemainnya pun berlangsung ketat. Joko mengungkapkan bahwa untuk tiap karakter film ini, rata-rata ada sekitar 20 pemain yang melakukan audisi.
Akhirnya, terpilih lah sejumlah aktor dan aktris muda berbakat yang membintangi film dengan judul bahasa Inggris The Siege at Thorn High itu, yakni Morgan Oey, Omara Esteghlal, Hana Malasan, Endy Arfian, Fatih Unru, Satine Zaneta, Dewa Dayana, dan Florian Rutters.
Selain itu, ada juga nama-nama lainnya seperti Faris Fadjar Munggaran, Sandy Pradana, Farandika, Raihan Khan, Sheila Kusnadi, Millo Taslim, dan Bima Azriel.
Diakui Joko, seluruh pemain film Pengepungan di Bukit Duri mendorong semangatnya untuk membuat film yang berkualitas. Tak hanya memiliki talenta yang luar biasa, kata dia, seluruh pemain tersebut juga telah memberikan energi yang totalitas untuk bermain dalam tiap karakternya.
"Beberapa kali hampir frustasi karena enggak dapet. Tapi begitu mereka masuk ke ruang audisi, semua pemain ini bukan hanya bikin kami senang karena mendapatkan para pemain yang bisa memainkan karakter-karakter yang ada di skenario, tapi ternyata Indonesia punya talenta-talenta yang luar biasa," kata Joko.
Tia Hasibuan selaku produser menambahkan Pengepungan di Bukit Duri menjadi film pertama dari Come and See Pictures yang seluruh pemainnya merupakan para aktor dan aktris muda. Hal ini pun menjadi tantangan tersendiri bagi pihaknya untuk mengumpulkan para pemain muda.
"Karena memang kami tidak pernah syuting film dengan karakter-karakter remaja, jadi ya ini PR-nya kaya dua kali lipat untuk mengumpulkan semua cast," katanya.
Film Pengepungan di Bukit Duri mengangkat isu kekerasan yang terjadi di kalangan remaja. Filmnya mengambil latar 2027, ketika situasi di Indonesia bergejolak. Menggambarkan kondisi masyarakat yang berada di ambang kehancuran, dipicu oleh diskriminasi dan kebencian rasial.
Di tengah semua itu, muncul karakter Edwin, guru pengganti di SMA Duri yang dikhususkan untuk mendidik siswa-siswi bermasalah. Situasi semakin rumit, Edwin pun menghadapi pertarungan untuk bertahan hidup ketika sekolah tempatnya mengajar mendadak berubah menjadi ajang pertarungan hidup dan mati.
Karya ini menjadi film ke-11 yang digarap oleh Joko Anwar sekaligus karya thriller-aksi pertamanya sejak terakhir kali menggarap film Gundala pada 2019.
Pengepungan di Bukit Duri merupakan film kolaborasi Come and See Pictures dengan rumah produksi Hollywood Amazon MGM Studios. Kerja sama ini menjadi kolaborasi perdana Amazon MGM Studios dengan rumah produksi di Asia Tenggara untuk film rilisan bioskop. Adapun, film Pengepungan di Bukit Duri dijadwalkan tayang pada 2025 di bioskop Indonesia.
Baca juga: Alasan Joko Anwar Baru Filmkan Skenario Pengepungan di Bukit Duri Setelah 17 Tahun
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Joko Anwar mengatakan dia ingin keluar dari zona nyaman dalam menggarap film Pengepungan di Bukit Duri yakni dengan menggandeng deretan aktor dan aktris muda, yang semuanya belum pernah menjadi cast dalam karya-karya dia sebelumnya.
Baca juga: Film Pengepungan di Bukit Duri Angkat Isu Kekerasan di Kalangan Remaja
"Terus terang kami mencari pemain untuk Pengepungan di Bukit Duri ini adalah proses pencarian pemain yang paling sulit selama karier saya, karena karakternya sangat layered [berlapis]. Bukan cuma satu dimensi tapi banyak sekali hal yang dimuat dalam satu karakter," katanya saat jumpa media di XXI Epicentrum Jakarta, belum lama ini.
Dibantu dengan casting director, Joko melakukan proses pencarian pemain film Pengepungan di Bukit Duri selama sekitar 4 bulan. Bahkan, dia mengaku sampai frustasi untuk mencari para pemain yang tepat, sesuai dengan kebutuhan cerita film.
Proses pencarian pemainnya pun berlangsung ketat. Joko mengungkapkan bahwa untuk tiap karakter film ini, rata-rata ada sekitar 20 pemain yang melakukan audisi.
Akhirnya, terpilih lah sejumlah aktor dan aktris muda berbakat yang membintangi film dengan judul bahasa Inggris The Siege at Thorn High itu, yakni Morgan Oey, Omara Esteghlal, Hana Malasan, Endy Arfian, Fatih Unru, Satine Zaneta, Dewa Dayana, dan Florian Rutters.
Selain itu, ada juga nama-nama lainnya seperti Faris Fadjar Munggaran, Sandy Pradana, Farandika, Raihan Khan, Sheila Kusnadi, Millo Taslim, dan Bima Azriel.
Diakui Joko, seluruh pemain film Pengepungan di Bukit Duri mendorong semangatnya untuk membuat film yang berkualitas. Tak hanya memiliki talenta yang luar biasa, kata dia, seluruh pemain tersebut juga telah memberikan energi yang totalitas untuk bermain dalam tiap karakternya.
"Beberapa kali hampir frustasi karena enggak dapet. Tapi begitu mereka masuk ke ruang audisi, semua pemain ini bukan hanya bikin kami senang karena mendapatkan para pemain yang bisa memainkan karakter-karakter yang ada di skenario, tapi ternyata Indonesia punya talenta-talenta yang luar biasa," kata Joko.
Tia Hasibuan selaku produser menambahkan Pengepungan di Bukit Duri menjadi film pertama dari Come and See Pictures yang seluruh pemainnya merupakan para aktor dan aktris muda. Hal ini pun menjadi tantangan tersendiri bagi pihaknya untuk mengumpulkan para pemain muda.
"Karena memang kami tidak pernah syuting film dengan karakter-karakter remaja, jadi ya ini PR-nya kaya dua kali lipat untuk mengumpulkan semua cast," katanya.
Film Pengepungan di Bukit Duri mengangkat isu kekerasan yang terjadi di kalangan remaja. Filmnya mengambil latar 2027, ketika situasi di Indonesia bergejolak. Menggambarkan kondisi masyarakat yang berada di ambang kehancuran, dipicu oleh diskriminasi dan kebencian rasial.
Di tengah semua itu, muncul karakter Edwin, guru pengganti di SMA Duri yang dikhususkan untuk mendidik siswa-siswi bermasalah. Situasi semakin rumit, Edwin pun menghadapi pertarungan untuk bertahan hidup ketika sekolah tempatnya mengajar mendadak berubah menjadi ajang pertarungan hidup dan mati.
Karya ini menjadi film ke-11 yang digarap oleh Joko Anwar sekaligus karya thriller-aksi pertamanya sejak terakhir kali menggarap film Gundala pada 2019.
Pengepungan di Bukit Duri merupakan film kolaborasi Come and See Pictures dengan rumah produksi Hollywood Amazon MGM Studios. Kerja sama ini menjadi kolaborasi perdana Amazon MGM Studios dengan rumah produksi di Asia Tenggara untuk film rilisan bioskop. Adapun, film Pengepungan di Bukit Duri dijadwalkan tayang pada 2025 di bioskop Indonesia.
Baca juga: Alasan Joko Anwar Baru Filmkan Skenario Pengepungan di Bukit Duri Setelah 17 Tahun
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.