Kasus Mycoplasma Pneumonia pada Anak Naik di Kanada & Amerika Serikat, Waspadai Gejalanya!
05 November 2024 |
12:48 WIB
Infeksi Mycoplasma pneumonia dilaporkan kembali meningkat di sejumlah negara, termasuk Kanada dan Amerika Serikat. Dalam beberapa bulan terakhir, dua negara tersebut memaparkan data terjadi kenaikan kasus yang cukup signifikan, terutama pada anak-anak.
Di Kanada, sejumlah kasus Mycoplasma pneumonia terus terlacak dan menunjukkan peningkatan kasus yang kentara dalam beberapa bulan terakhir. Kemudian, Pusat Pengendalian Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) juga melaporkan hal senada.
Kasus infeksi Mycoplasma pneumonia, terutama pada anak kecil, telah menunjukkan peningkatan berarti sejak musim semi. Dalam laporannya, infeksi bakteri ini dapat terjadi pada semua usia, tetapi kasus yang sering terjadi mengenai anak-anak umur 5 tahun sampai 17 tahun.
Baca juga: Vaksinasi Penting untuk Mencegah Pneumonia yang Jadi Silent Killer
Sebagai informasi, kemunculan Mycoplasma pneumonia memang telah menjadi fenomena global sejak 2023 lalu. CDC secara rutin memantau perawatan unit gawat darurat bagi penderita pneumonia dan penyakit pernapasan lainnya.
Dalam data diagnosis dari 31 Maret hingga 5 Oktober 2024, CDC menyebut telah terjadi peningkatan infeksi di semua kelompok umur. Dengan perincian, persentasenya meningkat dari 1,0 persen menjadi 7,2 persen pada anak-anak usia 2–4 tahun, dan dari 3,6 persen menjadi 7,4 persen pada anak-anak usia 5–17 tahun dalam jangka waktu tersebut.
Kendati demikian, di Indonesia masih belum ada data resmi yang dikeluarkan terkait potensi merebaknya Mycoplasma pneumonia. Namun, pada Desember 2023 lalu, Kemenkes sempat mengungkap infeksi bakteri ini telah menyerang enam anak di Indonesia.
Kala itu, dari 6 pasien yang terkonfirmasi terinfeksi kasus tersebut, 5 pasien di antarnya pernah dirawat di RS Medistra dan 1 pasien di RS JWCC, Jakarta. Dari 5 pasien yang dirawat di RS Medistra, 2 pasien menjalani rawat inap pada 12 Oktober dan 25 Oktober, sedangkan 3 pasien lainnya menjalani rawat jalan pada November 2023. Kemudian, satu pasien di RS JWCC disebut menjalani rawat inap.
Mycoplasma pneumonia merupakan jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan pada manusia. Meski bukan virus, keberadaannya belakangan ini memang tengah jadi perhatian dunia kesehatan secara global.
Mycoplasma pneumonia adalah jenis bakteri yang masuk ke dalam kelas Mollicutes. Bakteri ini memiliki ciri khas berupa ukurannya yang sangat kecil dan kemampuan hidup tanpa dinding sel bakteri.
Lantaran ukurannya yang sangat kecil, Mycoplasma pneumonia sering kali sulit dideteksi dengan metode konvensional. Mengutip dari laman Kemenkes, Dokter Spesialis Paru Erlina Burhan juga menyebut infeksi Mycoplasma pneumonia tak bisa dilakukan dengan pemeriksaan biasa.
Bakteri baru bisa dideteksi dengan cara khusus, seperti pemeriksaaan X-ray, pemeriksaan hematologi, PCR, pemeriksaan kultur Mycoplasma, dan serologi antibody.
Menurut Erlina, Mycoplasma pneumonia termasuk bakteri yang bisa ditularkan oleh cairan droplet melalui udara. Proses penularannya berlangsung dalam beberapa tahap. Pertama ialah bakteri akan menempel pada epitel saluran pernapasan.
Kedua, Mycoplasma pneumonia akan memproduksi hidrogen peroksida dan superoksida yang berbahaya bagi sel tubuh. Sebab, kedua zat tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada sel epitel dan silia di sekitarnya.
Dokter Erlina mengatakan upaya pencegahan Mycoplasma pneumonia dapat dilakukan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Dimulai dari menjaga kebersihan rumah, memastikan aliran udara segar dan bersih, mencuci tangan dengan abun dan air efektif untuk melindungi diri dari bakteri ini.
Berikut adalah langkah melindungi diri dari penyakit Mycoplasma pneumonia menurut Kemenkes dan WHO
Gejala umum Mycoplasma pneumonia antara lain:
Editor: Fajar Sidik
Di Kanada, sejumlah kasus Mycoplasma pneumonia terus terlacak dan menunjukkan peningkatan kasus yang kentara dalam beberapa bulan terakhir. Kemudian, Pusat Pengendalian Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) juga melaporkan hal senada.
Kasus infeksi Mycoplasma pneumonia, terutama pada anak kecil, telah menunjukkan peningkatan berarti sejak musim semi. Dalam laporannya, infeksi bakteri ini dapat terjadi pada semua usia, tetapi kasus yang sering terjadi mengenai anak-anak umur 5 tahun sampai 17 tahun.
Baca juga: Vaksinasi Penting untuk Mencegah Pneumonia yang Jadi Silent Killer
Sebagai informasi, kemunculan Mycoplasma pneumonia memang telah menjadi fenomena global sejak 2023 lalu. CDC secara rutin memantau perawatan unit gawat darurat bagi penderita pneumonia dan penyakit pernapasan lainnya.
Dalam data diagnosis dari 31 Maret hingga 5 Oktober 2024, CDC menyebut telah terjadi peningkatan infeksi di semua kelompok umur. Dengan perincian, persentasenya meningkat dari 1,0 persen menjadi 7,2 persen pada anak-anak usia 2–4 tahun, dan dari 3,6 persen menjadi 7,4 persen pada anak-anak usia 5–17 tahun dalam jangka waktu tersebut.
Kendati demikian, di Indonesia masih belum ada data resmi yang dikeluarkan terkait potensi merebaknya Mycoplasma pneumonia. Namun, pada Desember 2023 lalu, Kemenkes sempat mengungkap infeksi bakteri ini telah menyerang enam anak di Indonesia.
Kala itu, dari 6 pasien yang terkonfirmasi terinfeksi kasus tersebut, 5 pasien di antarnya pernah dirawat di RS Medistra dan 1 pasien di RS JWCC, Jakarta. Dari 5 pasien yang dirawat di RS Medistra, 2 pasien menjalani rawat inap pada 12 Oktober dan 25 Oktober, sedangkan 3 pasien lainnya menjalani rawat jalan pada November 2023. Kemudian, satu pasien di RS JWCC disebut menjalani rawat inap.
Anak memakai masker (Sumber gambar: UnsplashTaylor Brandon)
Pencegahan Mycoplasma pneumonia
Mycoplasma pneumonia merupakan jenis bakteri yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan pada manusia. Meski bukan virus, keberadaannya belakangan ini memang tengah jadi perhatian dunia kesehatan secara global.Mycoplasma pneumonia adalah jenis bakteri yang masuk ke dalam kelas Mollicutes. Bakteri ini memiliki ciri khas berupa ukurannya yang sangat kecil dan kemampuan hidup tanpa dinding sel bakteri.
Lantaran ukurannya yang sangat kecil, Mycoplasma pneumonia sering kali sulit dideteksi dengan metode konvensional. Mengutip dari laman Kemenkes, Dokter Spesialis Paru Erlina Burhan juga menyebut infeksi Mycoplasma pneumonia tak bisa dilakukan dengan pemeriksaan biasa.
Bakteri baru bisa dideteksi dengan cara khusus, seperti pemeriksaaan X-ray, pemeriksaan hematologi, PCR, pemeriksaan kultur Mycoplasma, dan serologi antibody.
Menurut Erlina, Mycoplasma pneumonia termasuk bakteri yang bisa ditularkan oleh cairan droplet melalui udara. Proses penularannya berlangsung dalam beberapa tahap. Pertama ialah bakteri akan menempel pada epitel saluran pernapasan.
Kedua, Mycoplasma pneumonia akan memproduksi hidrogen peroksida dan superoksida yang berbahaya bagi sel tubuh. Sebab, kedua zat tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada sel epitel dan silia di sekitarnya.
Dokter Erlina mengatakan upaya pencegahan Mycoplasma pneumonia dapat dilakukan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Dimulai dari menjaga kebersihan rumah, memastikan aliran udara segar dan bersih, mencuci tangan dengan abun dan air efektif untuk melindungi diri dari bakteri ini.
Berikut adalah langkah melindungi diri dari penyakit Mycoplasma pneumonia menurut Kemenkes dan WHO
- Rekomendasi vaksin untuk melawan influenza, COVID-19, dan patogen pernapasan lainnya jika diperlukan.
- Menjaga jarak dengan orang yang sedang sakit.
- Tinggal di rumah jika merasa sedang sakit.
- Menjalani tes dan perawatan medis sesuai kebutuhan.
- Memakai masker jika merasa sakit.
- Memastikan ventilasi yang baik.
- Jaga perilaku PHBS (cuci tangan memakai sabun antiseptin dan air mengalir).
- Segera ke fasilitas atau layanan kesehatan terdekat jika ada tanda gejala, seperti batuk atau kesukaran bernapas disertai dengan demam.
Gejala umum Mycoplasma pneumonia antara lain:
- Batuk kering yang bertahan lama dan bisa semakin parah, sering kali tanpa produksi dahak.
- Demam ringan hingga sedang. Demam biasanya tidak terlalu tinggi, tetapi bisa membuat tubuh terasa tidak nyaman.
- Sakit tenggorokan yang bisa disertai dengan rasa gatal atau iritasi.
- Kelelahan yang berkepanjangan meskipun aktivitas tidak terlalu berat.
- Sesak napas atau napas pendek-pendek, terutama jika infeksinya sudah melibatkan paru-paru.
- Nyeri dada ringan, biasanya akibat batuk yang terus-menerus atau peradangan pada paru-paru.
- Sakit kepala atau nyeri otot yang bisa muncul bersamaan dengan gejala lainnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.